08. Hate

1.8K 268 13
                                    

Setelah mengatakan hal demikian Yunseong langsung menatap Minhee dengan dalam.

"Apa yang kau maksud?" Tanyanya.

"Bukankah kau menginginkan nyawaku? Kali ini aku memberikanmu kesempatan" Balas Minhee.

"Maksudku, apa kau yakin. Bahwa aku yang harus membunuhmu?"

"Lebih baik, daripada aku harus dibunuh oleh wanita itu"

Yunseong langsung menaikkan sebelah alisnya dan berkata. "Baiklah, jika memang itu yang kau inginkan. Akan aku lakukan"

"Bagus"

Sebenarnya si CEO muda tersebut tidak habis pikir dengan Minhee. Memang benar Yunseong ingin membunuhnya. Tetapi dia dibuat terkejut dengan Minhee. Tak biasanya seseorang mudah mengatakan hal demikian. Entahlah biarkan saja, lagipula yang dia inginkan sudah disetujui oleh Minhee.

"Besok akan kusiapkan semua yang kau butuhkan. Setelahnya kita membuat surat perjanjian tersebut" Kata Yunseong.

Minhee hanya diam. Menandakan bahwa dia sudah setuju.

"Ada lagi yang kau butuhkan?"

"Aku butuh beberapa pakaian"

"Apa kau membutuhkannya saat ini juga?"

"Kau menculikku tanpa membawa baju. Jadi aku membutuhkannya sekarang. Kau juga bisa lihat bahwa baju bagian bawahku sudah sobek" Ujarnya sambil menunjukkan sobekan tersebut.

Yunseong hanya menghela nafas.

"Ini sudah malam. Tidak ada toko yang buka" Jawabnya.

"Kalau begitu pinjami aku baju milikmu"

"Bajuku?!"

"Tentu, lalu siapa lagi kalau bukan kau?"

"Tidak akan. Aku tidak mau"

"Jadi, kau ingin aku telanjang?"

"Yak! Bukan begitu juga maksudku" Yunseong tampak sedikit canggung.

"Sepertinya itu memang keinginanmu. Aku akan membuka bajuku sekarang" Minhee mulai menarik ujung bagian bawah bajunya dengan enteng.

Melihat itu Yunseong langsung terkejut dan membulatkan matanya. "OKAY! Akan kupinjami baju milikku! " Potongnya dengan nada meninggi.

Minhee langsung menghentikan aksinya. Yunseong berjalan menuju lemari dan mengambil sebuah pakaian untuk Minhee. Dia nampak bingung. Kira-kira baju apa yang akan diberikannya. Akhirnya atensinya menuju ke sebuah piyama miliknya yang sudah tidak cukup. Piyama itu berwarna hitam dengan aksen bulan berwarna putih. Yunseong mengambil baju tersebut dan melemparkannya ke pangkuan Minhee.

"Pakailah itu" Ujarnya dingin.

Minhee tidak membalasnya dan langsung berdiri setelah menerima baju tersebut. Badannya berbalik dan menuju ruangannya sendiri untuk berganti. Sedangkan Yunseong hanya diam melihatnya dengan ekspresi datar.

Setelah selesai Minhee teringat jika kamar ini memiliki sebuah balkon. Perlahan dia berjalan menuju ke sana dan membuka pelan pintunya yang terbuat dari kaca. Berjalan pelan sambil meraba-raba untuk mencari pinggiran balkon. Saat menemukannya, langsung Minhee meletakkan tangannya di sana dan terdiam berdiri.

Tanpa sadar sejak tadi Yunseong memperhatikannya sejak dia membuka pintu balkon. Kamarnya dan Yunseong memang bersebelahan. Maka dari itu balkon mereka berjarak tidak terlalu jauh. Awalnya Yunseong ingin menyalakan rokoknya. Namun terhenti saat melihat Minhee.

Tetapi yang ditatap tidak sadar akan adanya sesosok yang memperhatikannya. Minhee memejamkan matanya menikmati hembusan angin malam yang tidak terlalu kencang. Dia memang suka merasakan suasana seperti ini. Terasa tenang baginya. Sejenak Yunseong terdiam melihat Minhee yang sedang berdiri di sana. Sangat jelas bahwa ia memiliki begitu banyak beban di dalam diri dan Yunseong bisa melihat itu. Wajah Minhee begitu bersih dan putih. Freckles di wajahnya begitu kentara menambah kesan manis. Yunseong tertegun melihatnya.

Blind - HwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang