5 - kidnapped

6.2K 1.1K 112
                                    

"Andaikan cara untuk menyelamatkanmu adalah dengan mengorbankan diri, maka aku rela

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

"Andaikan cara untuk menyelamatkanmu adalah dengan mengorbankan diri, maka aku rela. Tolong maafkan aku.... aku memang cuma pembawa sial."


















Apa yang dilakukan Jaemin di sini? dan kenapa timingnya tidak tepat sekali?

Aku menggeleng. Jelas mempertanyakan hal seperti itu tidak akan membantu suasana canggung yang membuatku merasa sangat risih dengan tatapan Jaemin yang kini tengah duduk di sudut ruangan cafe - berhadapan denganku. Dan Haechan, membelakangi Jaemin saking enggannya bertatap muka dengan sepupunya.

"Haechan..." aku menarik kaos lengan Haechan dengan hati-hati. "Ayo kita ajak dia makan bareng..."

"Dia? dia siapa?" tanyanya, sarkas.

Haechan tetaplah Haechan, keras kepala sekali. Malah melontarkan pertanyaan retorik yang - yah, kau tahu apa maksudku. Aku berdecak, melipat tangan di atas meja dan membenamkan wajah frustrasi. Di satu sisi aku tidak ingin menyakiti perasaan Haechan, namun siapa yang tega meninggalkan Jaemin makan sendirian di cafe tanpa teman?

Apalagi melihat wajahnya yang kini diam-diam melirikku, kemudian kembali berpura-pura melihat menu cafe setelah tertangkap basah. Kupingnya memerah, malu.

Lucunya.

"Yaudah sih, tinggal ajak aja apa susahnya." suara Haechan tiba-tiba.

Meski sedikit terkejut melihat sikapnya yang tiba-tiba berubah seperti itu, aku tetap tidak memerdulikannya.

"Jaemin!" panggilku.

Lantas lelaki bersurai hitam legam itu sontak mengangkat wajahnya ke sumber suara. Matanya membelalak terkejut, namun dengan bibir yang masih terkatup rapat - setengah tersenyum. Aku mengulum bibir sejenak, kembali memanggilnya dengan sedikit ragu - ragu.

"Kalau gk keberatan... m-mau makan bareng?" tawarku kemudian.

Jaemin mengangguk antusias, tersenyum lebar beserta deretan gigi putihnya. Lelaki itu membenarkan tas ranselnya di punggung, berlari kecil ke sumber suara. Sepertinya ia tidak tahu siapa yang sedang duduk di hadapanku. Jelas, karena Haechan membelakanginya dari tadi.

"Kok sendirian?" tanyaku, sambil berdiri mempersilahkan Jaemin duduk di samping kursiku. Jaemin tersenyum tipis, "Gapapa, pengin sendirian aja."

"Tuh kan, dianya pengin sendirian. Harusnya ga usah diajak sekalian." suara Haechan, terdengar tidak suka.

Suasana semakin canggung karena Haechan melontarkan kalimat yang terdengar sarkas. Di sampingku, Jaemin terlihat terkejut akan keberadaan sepupunya yang baru ia sadari. Menatapku, kemudian Jaemin membuka suara. "Emm - gapapa, aku juga ada urusan. Lain kali aja kayaknya."

SirenUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum