4. Indonesia

7.6K 390 1
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

Tak terasa aku telah sampai di Indonesia, rasa nya perjalanan ku terasa sangat cepat. Masih ada rasa ketidak ikhlasan dalam diriku untuk berpijak ditanah air. Bukan nya tak ingin pulang namun aku masih tak rela meninggalkan tempat dimana aku banyak belajar hidup mandiri.

"Mbak mari kita harus segera sampai dirumah, sudah ditunggu" ucap tentara perempuan yang menjemput ku ke Mesir.

"Ah... iya baik"

Aku mengikuti langkah kedua tentara ini, sangat cepat langkah mereka hingga aku sendiri sulit untuk mengimbangi, sabar Ammera namanya juga tentara!

Sempat bingung kemana arah tujuan ku pulang karena mobil yang kutumpangi tak mengarah ke rumah nenek melainkan ke sebuah asrama TNI-AD.

Sampai di provos salah satu dari ajudan ayah turun untuk laporan dan kami dipersilahkan masuk. Dan apa yang terjadi aku terkesima dengan bangunan disini, tak adakah cat dinding warna lain? Mengapa semua harus warna hijau? Perasaan rumah nenek tidak seperti ini padahal kakek juga tentara. Oh ayolah aku bingung?

"Kita sudah sampai Mbak"

"Ohh iya, terima kasih"

"Sama-sama, mari saya bantu angkat koper nya"

Aku mengangguk mengiyakan ucapannya. Pintu rumah terbuka menampakkan wanita paruh baya, ya itu ibuku.

"Assalamu'alaikum Bu" ucap ku sambil mencium tangan putihnya.

"Waalaikumsallam nak, ibu rindu" ibu kian mencium ku dan memelukku erat. Pelukan ibu tetap selalu hangat, andai aku dapat merasakan nya setiap saat.

"Ayok masuk" ibu menggiring ku masuk ke dalam rumah.

Didalam aku bertatap muka dengan Ammora namun, tak ada senyum sapa yang ku dapat, hanya tatapan tak suka yang ia tunjukkan kepada ku.

"Assalamu'alaikum kak" aku berusaha menggapai tangan nya berniat untuk menyalaminya karena bagaimana pun ia tetap lebih tua dari ku.

"Waa'alaikumsallam" tak ada sambutan hangat dari nya. Ia meninggalkan ku begitu saja.

"Sudah kamu istirahat saja, nenek dan kakek sedang dijalan arah kesini, ayo ibu antar ke kamar"

"Iya Bu"

Saat baru saja aku hendak ke kamar mandi suara ibu menginterupsiku untuk menemuinya diruang tamu. Disana sudah ada Nenek dan kakek ku yang memasang raut wajah bahagia ketika melihat ku. Aku berhambur memeluk mereka sungguh teramat sangat aku merindukan mereka.

"Nek Mera kangen"

"Sama nenek juga kangen sama kamu, kamu pulang sehat kan?"

"Sesuai apa yang nenek lihat saat ini"

Senyum tercetak di wajah nenek dan kakek juga diriku. Akhirnya ada juga yang menyambut kehadiran ku dengan peluk cium selain ibu, dan tinggal satu orang lagi yang kutunggu yaitu Ayah.

Banyak yang kuceritakan kepada nenek, kakek dan ibu tentang diriku selama di Mesir, mereka juga tak henti-henti nya menanyai ku banyak hal. Kecuali saudara kembar ku yang tak kunjung keluar kamar, entah apa yang ia lakukan didalam sana aku tak tahu biarlah.

Hilang rasa lelah ku melihat ketiga orang tua dihadapan ku tersenyum menyambut hangat diriku. Sampai sore menjelang ayah baru pulang dari kesatuan tempat ia bekerja. Kepulangan nya langsung memeluk ku hingga aku sedikit terkejut karena baru kali ini ayah memeluk ku hingga erat.

"Maafkan ayah nak, ayah gagal menjadi seorang ayah untuk kamu"

Damn! Ayah menangis sambil memeluk ku dan meminta maaf. Entah sejak kapan air mata ku turun deras begitu saja.

"Maafkan ayah nak, selama ini ayah tak dapat memberikan kebahagiaan yang cukup untuk kamu, maafkan ayah yang selalu memaksa kamu, maaf nak maaf"

Lidah ini begitu kelu hingga aku sulit untuk berkata-kata.

"Ayah, sudah aku tidak apa-apa"
Ayah mengurai pelukan nya, menatap ku sendu dan mengusap air mata ku.

"Kali ini ayah berjanji akan memberikan yang terbaik untukmu, tapi maaf ayah harus memutuskan cita-cita mu belajar di Mesir sana, dan maaf ayah harus menjodohkan mu secara sepihak tanpa menunggu persetujuan mu, ayah hanya ingin yang terbaik untuk kamu"

"Aku paham, ayah selalu sayang sama aku kan?"

"Iya nak"

Malam ini ku habis kan untuk berbagi cerita dengan mereka, nenek dan kakek ku harus pulang dari sore hari karena tak memungkinkan untuk menginap.

***

Pagi nya aku pergi bersama ibu ke sebuah butik untuk fiting baju yang  akan ku pakai untuk akad, namun yang aku sayangkan aku tak dapat menemui calon suamiku dikarenakan ada tugas yang tak dapat ia tunda padahal jujur aku ingin sekali melihat nya.

Sangat tidak adil ketika calon suamiku sudah mengenal diriku banyak namun aku sebalik nya tak ada satu pun yang aku tahu mengenai calon suami ku, nama nya pun aku tak tahu miris kan.

"Mer ayo pilih dan coba mana yang kamu suka" ucap ibu

"Iya Bu"

Satu gaun membuatku jatuh hati untuk mencoba nya. Dan, Alhamdulillah komentar ibu juga desainer merespon sangat baik. Aku sangat cantik dan anggun katanya..

Selesai fiting ibu mengajak ku untuk ke salon, meskipun aku menolak namun ibu tetap keukeuh. Ya sudahlah turuti saja hitung-hitung perawatan sebelum menikah. Sampai tak terasa sudah seharian aku berkeliling kesana kemari bersama ibu hingga kami telah kembali sampai dirumah. Lelah sudah pasti. Namun, aku bahagia dengan hari ini.

Malam nya aku berbincang-bincang sedikit dengan ayah mengenai calon suami ku. Jujur aku masih penasaran seperti apakah calon imam ku itu.
"Emm..., ayah"

"Apa?" Ayah ku sedang duduk sembari menyesap kopi yang ibu buat dan mengelap sangkur yang kuperkirakan cukup tajam untuk membelah semangka.

"Calon suami yang ayah jodohkan dengan aku itu seperti apa?"
"Dia? Seperti ayah"

"Ya iya aku tahu, dia seperti ayah pekerjaan nya. Yang aku tanyakan sifat orang nya itu seperti apa?"

"Yang  pasti dia laki-laki dan insya Allah Soleh"

"Ahh... ayah, aku kan ingin ke jelasan nya" ucap ku merajuk.

Sungguh aku kesal dengan ayah ku ini, mengapa ia enggan sekali memberitahuku mengenai calon suami ku apakah calon ku itu jelek?

"Bayangkan saja sendiri bagaimana rupa dan sifat calon mu itu" ucap ayah berlalu masuk ke dalam meninggalkan ku dengan beragam tanda tanya.

"Ayah engga asik"

Aku merenung membayangkan akan seperti apa pernikahan ku nanti.

"Calon suami Lo jelek, sok cool, ketus, hitam, pelit, Poko nya sejelek jelek nya cowo calon suami lu yang paling jelek" ucap Ammora yang tiba-tiba saja membuyarkan lamunanku.
Jujur aku terkejut dengan apa yang dilontarkan Ammora mengenai calon suami ku.

"Kenapa kamu bisa bilang begitu?"

"Karena sebelum dijodohkan sama Lo Jafran itu ngelamar gue dulu, tapi gua ga mau. Dia kere, ga jauh lebih baik dari pacar gua yang bisa kasih gua segala nya"

"Hahhh... Begitu"

"Kenapa? Lo nyesel sekarang setelah gua bilang kebenarannya?"

Jujur aku tidak sepenuh nya percaya kepada kakak ku ini, bagaimanapun pilihan orang tua ku pasti yang terbaik tak mungkin kan ayah menjodohkan ku dengan orang jahat.

"Tidak, justru aku semakin penasaran"

"Haha... dasar cewek murahan mau saja dijodohin sama bekas orang, miskin pula"

Astagfirullah...

Sungguh kalimat kakak ku yang terakhir ini sangat membuat ku tersinggung, aku ikhlas dijodohkan dengan siapa saja, tapi aku sangat kecewa ketika Ammora berbicara bahwa aku hanya gadis murahan, ampuni dosa kakak ku ya Rabb....

TBC

Terima kasih sudah membaca, maaf jika ada salah² kata dalam penulisan. Ambil sisi baiknya, buang sisi buruknya.

salam hangat dari author ✌️

Sah Bersama Mu?? (Terbit E-book)Where stories live. Discover now