6. Hestama

46.9K 5.2K 278
                                    

Pagi ini cerah. Bekasi memang jarang hujan dan cenderung panas. Matahari sedang baik hari ini. Ia menyinari tanpa membuat kulit Lolita tersengat terik. Berjalan pelan dengan satu bungkus bunga tabur di tangan, lolita mendekati tempat peristirahatan terakhir ayahnya.

"Assalamualaikum Ayah," sapa Lolita kala tubuhnya sudah berada tepat di depan batu nisan milik suami bunda. "Ayah di surga lagi apa? Loli di sini lagi tengokin Ayah." Anak satu ini memang terkadang aneh. Oh, sering aneh.

Dua tangan Lolita mulai membersihkan rumput liar yang tumbuh diatas gundukan tanah itu. Lalu, ia membuka botol air mawar dan menyiramkan cairan itu.

"Lolita sedang skripsi, Yah. Baru selesai survey bagi-bagi kuisioner. Loli gak kayak abang yang pilih kuliah ternak. Loli kuliah public relations. Ilmu komunikasi." Ia bermonolog dengan senyum lembut yang tercetak di wajahnya. "Doakan skripsi Loli lancar ya, Yah, terus wisuda."

Air mawar dalam botol sudah habis. Lolita ganti mengambil kantung bunga tabur, dan melanjutkan ritualnya.

"Kalau sudah lulus nanti, Loli mau kerja. Punya gaji dan hidup mandiri. Gak perlu minta sana sini. Loli tuh suka sebel sama Bunda. Loli gak boleh pacaran. Bunda juga suka larang Loli belanja. Katanya, pemborosan. Padahal, Loli beli barang-barang dengan harga diskon. Usia Loli udah mau dua puluh tiga. Loli pengen nikah muda tapi Bunda ngelarang. Alasannya, cinta aja gak cukup buat bagun rumah tangga. Emang butuh apa lagi sih, Yah?"

Sambil menabur bunga, Lolita melanjutkan curhatnya.

"Apa karena Bang Andra masih jomlo juga ya? Jadi Bunda tahan Loli buat punya hubungan sama laki-laki. Ayah dateng ke mimpi Bunda gih, bilangin Bunda kalau Loli berhak bahagia. Loli mau dinafkahin pria. Pria yang cinta Loli. Pria kaya sih kalau bisa. Biar Loli gak usah kerja."

Bunga tabur sudah habis. Lolita menghela napas. Ia kini menatap batu nisan yang tertulis nama Ayahnya.

"Loli sayang Ayah. Meski Ayah sudah pergi lama. Loli mau baca doa dulu buat ayah, habis itu Loli mau pamit ke Bandung. Ada kejuaraan Tae Kwon Do di sana. Loli mau kasih semangat calon mantu Ayah."

Lolita mengelus batu kotak dengan ukiran nama itu.

"Doakan calon menantu Ayah semangat ya ... Loli mau temenin dia nih soalnya."

Lolita tersenyum. Setelah ini, ia akan menuju kampus dan berangkat menuju Bandung bersama kontingen Tae Kwon Do kampusnya. Dengan Damar yang menjadi salah satu peserta kejuaraan tahun ini.

Lolita mengambil gawai dan membuka aplikasi Al-Qur'an. Ia membaca Yasin yang ditujukan untuk ayahanda tercinta. Bagi Lolita, Ayah adalah sosok yang tak pernah mengecewakan dirinya. Ayah, akan mengorbankan apapun demi keinginannya. Dulu, tak jarang ayah dan bunda bertengkar kecil atau berdebat karena ayah tidak pernah tega melihat Lolita lelah mengerjakan tugas rumah. Kata ayah, lolita belajar saja. Jadi anak pintar dan salihah. Urusan kemampuan merawat rumah, bisa belajar kapan saja.

Namun Tuhan memanggil Ayah dengan cara yang membuat Lolita sedih berkepanjangan. Ayah kecelakaan saat mengendarai motor bersama pakde. Mereka tewas. Lolita histeris saat menjemput jenazah ayah hingga Andra melarang Loli datang ke pemakaman untuk mengantarkan ayah terakhir kali.

Tak terasa, sudah hampir jam delapan. Lolita harus segera sampai kampus. Kontingen kampusnya berangkat menuju Bandung jam delapan dan ia harus segera sampai sana.

******

Perjalanan Bekasi - Bandung tak pernah terasa semenyenangkan ini bagi Lolita. Di dalam Elf yang disewa UKM Tae Kwon Do kampusnya, Lolita duduk bersebelahan dengan Damar. Mereka berbincang hangat sambil menikmati buah potong yang Lolita beli di depan kampus.

Let Me Ki__ You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang