Chapter 3

171 14 2
                                    

난 때 우리 차기야 불러주고 사람 가는데...
.

Gaara meletakkan setumpuk bandle diklat soal-soal latihan ujian masuk sekolahnya tahun-tahun sebelumnya di depan Sakura yang kini sedang berkutat dengan alat tulisnya. Gadis itu mendongak menatap wajah datar kakaknya yang hanya menghela napas ketika mendapati wajah berantakan dan lingkar hitam di mata adiknya itu.

"Ini yang lima tahun lalu."

Sakura mengangguk sebelum kembali berkutat dengan diklat-diklat di tangannya.

"Semalam tidur larut lagi?"

Sakura kembali mendongak menatap Sang Kakak yang kini telah duduk di hadapannya dan mengangguk. Ia meletakkan alat tulisnya dan mengangkat tangannya merenggangkan otot-ototnya yang kaku.

"Kau juga harus memperhatikan kesehatanmu. Jika terlalu diforsir, bukannya berhasil dalam ujian kau akan tidak fokus."

Jika berhadapan dengan Sasori, hanya akan ada pertengkaran di antara mereka, berbicara dengan Gaara justru sebaliknya. Laki-laki itu adalah tipe serius yang tidak terlalu peduli dengan sekelilingnya. Jadi ketika mendapati laki-laki itu seperhatian ini tentu membuat Sakura menaikkan alisnya heran.

"Tumben kau perhatian. Biasanya aku sekaratpun kau tidak peduli."

Gaara menyeringai tipis. Sakura masih seperti biasa, selalu berusaha terlihat baik-baik saja walau hatinya berdarah-darah sekalipun. Sesaat menatap gadis itu penuh arti sebelum laki-laki itu memutuskan mengangkat topic yang sejak kemarin membuat gadis itu murung.

"Sasuke sudah cerita semua padaku."

Wajah Sakura muram seketika. Ia mengambil pensil mekaniknya dan kembali mengerjakan soal-soal di hadapannya mencoba mengalihkan fokus dari topic yang paling ia hindari beberapa hari ini.

"Apa kau menforsir diri seperti ini karena omongannya?"

"Bisa kau tidak menyebut nama orang itu? Aku sedang tidak ingin kehilangan semangat belajarku karenanya, Nii-chan."

Gaara menatapnya penuh arti. Sesaat terdiam memandang gadis yang kini sudah kembali sibuk dengan aktivitasnya sebelum memilih untuk kembali angkat bicara.

"Kalau begitu mari kita bicarakan laki-laki yang sudah membuatmu bertengkar dengan Sasuke."

Gerakan tangan Sakura berhenti seketika. Ia kembali menatap Sang Kakak dengan alis yang berkerut dalam. Terakhir kali ia bertengkar dengan Gaara adalah ketika mereka mencari surat dari Jong Woon yang dibuang gadis itu. Setelahnya Sang Kakak tidak pernah lagi menyinggung laki-laki itu.

"Kau masih terobsesi untuk bertemu dengannya?"

Sakura mendengus tidak terima.

"Kau mengatakan seolah-olah aku ini seorang maniak, Nii-chan."

Gaara mengangkat bahunya acuh.

"Siapapun akan berpikir seperti itu jika melihat kau seperti ini."

Sakura manyun mendengarnya. Ia memilih tidak menjawab dan kembali berkutat dengan soal-soalnya, membiarkan Sang Kakak yang menatapnya dalam. Sesaat tenggelam dalam keheningan yang panjang, Gaara kembali angkat bicara.

"Kenapa kau tidak berhenti saja? Kau bahkan tidak tahu siapa dia dan siapa keluarganya ."

Kali ini Sakura menghentikan total kegiatannya. Ia kembali meletakkan pensil mekaniknya dan menatap Sang Kakak dengan pandangan tidak terima.

"Aku tidak peduli siapa dia! Yang aku tahu dia adalah orang yang penting bagiku!"

Gaara terpaku seketika saat rentetan kemarahan itu keluar tanpa mampu gadis itu kendalikan. Ia menatap wajah tegang Sakura yang seolah sedang berusaha sekuat tenaga mengendalikan amarahnya. Matanya mengunci mata gadis itu, berusaha mencari sesuatu di dalam sana yang masih belum mampu ia pahami. Sesuatu yang mungkin belum pernah ia alami. Mencoba menyelami jalan pikirannya. Dan satu salimat selanjutnya membuatnya hanya mampu mengatupkan bibirnya rapat. Sebuah kalimat yang masih tidak mampu dinalar otaknya.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang