Nino segera berjalan cepat ke kelasnya karena bel masuk sebentar lagi akan berbunyi. Sementara Sixx yang juga baru saja ingin berjalan menuju ke kelasnya tiba-tiba dihadang oleh Wan. Ada hal aneh yang terjadi pada sahabatnya itu, matanya bengkak sekali. Wan adalah tipe manusia yang jika sekali menangis matanya akan langsung merah dan membengkak sesuai dengan intensitas tangisannya. Sesuatu jelas telah terjadi kepada Wan. Akhirnya Sixx membawa Wan ke tempat dimana ia biasanya beristirahat.
Baru saja tiba, Wan tiba-tiba menangis lagi. Sixx panik. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Akhrinya ia membawa Wan ke dalam pelukannya. Tubuh Wan berbeda dengan tubuh Nino yang kecil. Wan juga pemain voli, jadi tubuhnya agak sedikit keras. Berbeda dengan tubuh Nino yang jika kau peluk tidak secara hati-hati, kau seolah-olah bisa menghancurkannya.
"Ada apa?" bisik Sixx kepada Wan yang sudah mulai sedikit tenang meski telah menangis selama setengah jam. Sixx terpaksa harus melambaikan tangan kepada mata pelajaran di jam pertamanya hari ini.
"Fiv−Fivy, dia memutuskanku." Wan terlihat sangat patah hati sekarang. Ia tampak lemas dan tidak memiliki niat untuk melakukan apapun saat ini. Yang dibutuhkan dirinya hanya sahabatnya saja dan tidak ada yang lain.
"Sudah kubilang dari awal jika dia tidak cocok denganmu."
"Sixx, jangan membuatku lebih sedih dari ini."
"Sorry."
"Tapi semua ini bukan salah Fivy, ini semua salahku."
"Apa yang kau lakukan?"
"Berjanjilah untuk tidak marah padaku?"
"Memangnya kapan aku pernah marah padamu?"
"Aku . . . mencoba untuk berbicara ke Fivy bagaimana caranya agar aku bisa memisahkanmu dari Nino."
". . ."
"Semenjak kau bersama Nino, waktumu denganku menjadi semakin berkurang. Lagipula, Nino bukan pengaruh yang baik untuk nama baikmu, jadi lebih baik jika aku memisahkanmu darinya. Ini semua demi kebaikanmu. Tapi begitu aku membawa percakapan ini kepadanya, Fivy tiba-tiba marah besar kepadaku. Dia bilang, 'Jangan mencampuri hubungan orang lain.' Aku tidak mungkin melakukan hal itu! Kau sahabatku! Tidak mungkin aku membiarkanmu begitu saja bersama dengan Nino."
"Tapi kita semua tahu kalau rumor itu tidak benar."
"Sixx, kau mau termakan sama tipu muslihatnya? Ei dari kelas sebelah pernah bilang kepadaku jika Nino bertemu dengan dia, kemudian Nino tiba-tiba seperti kehilangan akal sehatnya dan melemparkan tubuhnya begitu saja untuk dijamah. Tidak mungkin aku bisa membiarkanmu bersama dengan seorang pelacur seperti itu!"
Tangannya yang tidak menyentuh tubuh Wan tergenggam erat, Sixx sedang menahan amarahnya. Ia tidak menyangka jika sahabatnya punya pemikiran yang sedangkal itu tentang kekasihnya. Dirinya juga tidak akan mungkin bisa marah kepada Wan, pria itu sudah menggenggam hatinya selama bertahun-tahun.
"Break up with him, Sixx."
". . ."
"I'll help you."
Sampai akhir percakapannya dengan Wan, Sixx tidak mampu merespons apapun perihal keinginan sahabatnya itu untuk memisahkan dirinya dengan Nino. Ada sesuatu di dalam hatinya yang menahan seluruh syarafnya untuk tidak menjawab suruhan Wan. Ia tidak bisa memutuskan Nino begitu saja. Selama beberapa hari ini, Ninolah yang selalu ada di sisinya. Nino yang selalu menemaninya. Nino yang selalu dengan setia memijat kepalanya jika dirinya sedang pusing dengan pekerjaan rumah yang sama sekali tidak ia pahami. Nino yang akan selalu memijat tubuhnya setiap latihan volinya usai. Hingga Nino yang selalu memasakkannya makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales of Woe
Short Storywoe (n.) /wō/ literary : great sorrow or distress. • • • Caution : Buku ini berisikan kompilasi beberapa cerpen yang setiap cerpennya ditulis lebih dari 10.000 kata. Adapun tema dari buku ini sesuai dengan tags yang telah penulis bubuhkan. Diharapk...