W.O.B. pt.3

420 85 44
                                    

"Aku akan mencarikan kandidat baru untukmu," ujar Maettel pada Dannu yang sedang memakan Nasi Padangnya dengan khidmat. Hari ini Dannu ingin makan Nasi Padang, jadilah ia meminta ingin bertemu dengan Maettel di Restoran Nasi Padang.

"Makan dulu baru bicara." Dannu lalu memakan empal dagingnya lamat-lamat. Setelah ia menelan empal daging itu, ia kemudian mengambil empal daging lainnya dan meletakkannya di piring Maettel. "Yang ini enak, kau harus coba."

Maettel memperhatikan Dannu makan dalam beberapa waktu. Semakin lama ia melihat Dannu makan, semakin tergiur dirinya. "Apa benar seenak itu?" Maettel menyerah, ia akhirnya bertanya pada Dannu.

Sementara Dannu yang tidak sadar akan sifat malu-malu kucing milik Maettel mengangguk semangat kemudian. "Telur balado ini juga lumayan, agak pedas. Kau bisa makan pedas kan?"

"Bisa."

"Bagus. Makan yang banyak."

Meski Dannu menyuruhnya makan yang banyak, Maettel tetap memilah makanan yang cocok untuk dirinya. Tubuhnya yang selalu fit tidak datang dari makan secara berlebihan. Tubuh Dannu sedikit lebih besar dari tubuhnya, dia mungkin melakukan banyak olahraga untuk menjaga tubuh itu. Lihatlah Maettel, sekali ia makan makanan berlemak, tubuhnya bisa naik dalam sekejap.

"Bagaimana menurutmu tentang dia?" Maettel memperlihatkan Dannu sebuah foto seorang gadis yang menawan. Untuk sekejap, Dannu sedikit goyah. Gadis yang ada di gambar sangat sesuai dengan tipenya. Semodelan dengan milf yang selalu ia tonton ketika kedua adiknya pergi pacaran dan ia ditinggal sendirian di rumah.

 Semodelan dengan milf yang selalu ia tonton ketika kedua adiknya pergi pacaran dan ia ditinggal sendirian di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"She's pretty." Melihat ada pisang susu yang tersedia di pinggir meja, Dannu segera mengambil satu dan memakannya langsung. Ia tidak sadar akan ekspresi wajah Maettel yang sedikit berubah.

"Kau suka bule?" tanya Maettel.

"Uh-hm. Tipikal Indonesian, kita suka bule dan cenderung menganggap mereka superior."

"Aku setengah bule."

"Hm?"

"Nothing."

"Ok."

Merasa tak ingin melihat wajah Dannu lagi, Maettel segera bangkit dan pamit pulang. Dannu mengiyakan. Di dalam hati, Maettel sedikit kecewa karena Dannu tidak menahannya. Ia butuh pelampiasan. Maettel memutuskan untuk ke gym dan bermain bersama dengan sarung tinjunya. Anggap saja samsak yang akan dihajarnya adalah Dannu kan?

"Sial!" Maettel memukul samsak itu sekali. "Kenapa bisa berubah!" Samsaknya dipukul lagi. "Kupikir dia sedang flirting denganku!" Dipukul lagi. "Apa aku terlalu pede?" Kali ini ia menendang samsak itu keras. "Atau dia yang plinplan." Ditendang lagi. "Hah!" Dipukul, ditendang, dipukul lagi, dipukul lagi, baru ditendang lagi.

"Hei, Mae." Ketika Maettel ingin memukul samsak itu lagi, seseorang tiba-tiba memanggilnya.

"Oh, hai Baron. Ke sini sama siapa?" sapa Maettel dan meninggalkan samsaknya sejenak untuk menyapa kawannya, Baron.

Tales of WoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang