(y/n) memasuki apartemen dengan Kenji yang masih berada dalam gendongannya dan Dazai yang mengekor di belakang.
"Ini rumahmu? Kalian tinggal disini? Apa suamimu pengangguran, eh? Kenapa tidak pindah ke tempat yang lebih besar? Kalian kan punya anak. Bagaimana kalian tega membesarkan anak ditepat sempit seperti ini? Bahkan untuk berjalan saja susah apalagi berlari...."
Perempatan kecil muncul di dahi (y/n). Namun ia memilih mengabaikan ucapan Dazai yang tanpa disaring itu. Berlalu ke arah dapur dan kembali dengan sebotol susu formula yang sedang diminum Kenji.
"Kau tidak punya sofa, hanya bantal lantai.? Apa suaminu benar-benar miskin?" Lagi, Dazai tak henti-hentinya mencemooh. Mungkin memang begitu sifatnya atau karena perasaan kesal makanya dia berbuat seperti itu.
"Sudah selesai? Atau ada lagi yang mau kau ejek, hm?" (y/n) mendudukan Kenji di lantai. Beralih ke dapur dan kembali dengan segelas ocha hangat.
"Pegawaimu yang rendah hati dan tidak sombong ini hanya bisa menyuguhkan segelas ocha. Ini teh kualitas murah yang dibeli dengan harga diskon."Sudah murah, diskon pula.. Dazai melirik ocha dalam gelas dan (y/n) bergantian.
"Sudah pasti rasanya akan jauh berbeda dengan teh kualitas tinggi yang diseduh dalam cangkir keramik yang harganya sangat mahal."
"Kau menyindirku?" Dazai mengempiskan hidungnya.
"Tidak. Minumlah. Kau pasti haus karena sepanjang jalan tak berhenti bicara seperti burung jalak. Bahkan saat memasuki apartemen sederhana ini kau pun masih tetap bersuara." (y/n) menarik Kenji dan mendudukan anak itu dipangkuannya.
"Jadi katakan, siapa ayah anak itu?" Dazai sudah tidak sabar lagi menunggu.
"Sepupuku."
"Jadi kau menikah dengan sepupumu sendiri? Lalu dimana dia?" Sebelah alis Dazai terangkat. Diraihnya ocha dalam gelas dan mendekatkannya ke mulut. Ucapan (y/n) tidak sepenuhnya salah soal kehausan dan dirinya yang terus berbicara sepanjang jalan. Disruputnya ocha dalam gelas, rasanya bahkan lebih nikmat dibanding teh yang biasa disajikan oleh kepala pelayan di rumahnya.
"Tidak ada."
Dazai meletakan ocha di nampan. "Kau ditelantarkan? Brengsek sekali dia."
"Dazai... sebaiknya kau diam dan dengarkan ceritaku." (y/n) mulai geram.
"Ah─ ya. Aku hanya kesal karena suami brengsekmu itu tidak ada disini." Tangan Dazai tergerak sebagai isyarat agar (y/n) melanjutkan ucapannya.
"Anak ini namanya Kenji Miyazawa."
"Dan kau (y/n) (l/n)." Dazai mengangguki ucapannya sendiri. "Kenapa kau tidak menggunakan marga suamimu? Apa karena kalian berpisah? Kau bercerai dengannya? Di usia yang sangat sangat sangat muda? Wow! Luar biasa!"
(y/n) berdecak. Ingin sekali ia melakban rapat mulut Dazai agar tidak sembarangan menyela ucapannya. "Kau bisa diam tidak, huh! Mau ku ceritakan atau tidak, sih!"
"Iya, iya, lanjut." Dazai kembali menggerakan tangannya dengan santai.
"Kakak sepupuku bernama Oga Miyazawa, menikah dengan seorang wanita kaya. Pernikahan mereka tidak berjalan mulus karena keluarga istrinya tidak menyetujui dan tidak merestui juga." Dazai menoleh dengan cepat.
"Tepat seminggu setelah istri kak Oga melahirkan, mereka berdua mengalami kecelakaan dan tewas ditempat kejadian. Karena kak Oga anak tunggal dan kedua orang tuanya sudah meninggal, maka hak asuh Kenji jatuh ke orang tua kak Hilda, istrinya. Namun karena kebencian mereka, Kenjipun tak pernah dianggap. Akhirnya aku yang waktu itu sedang menempuh pendidikan disebuah universitas memutuskan berhenti kuliah dan merawat Kenji." (y/n) menjeda.
"Aku dan kak Oga sama-sama tidak memiliki orang tua, tapi aku tidak akan membiarkan Kenji kesepian. Aku merawatnya hingga sekarang. Bahkan aku sudah mengurus surat adopsi agar nantinya keluarga kak Hilda tidak bisa mengambil Kenji seenaknya dariku. Kenji anakku, kau benar. Tapi aku tidak punya suami miskin dan brengsek seperti yang kau sangkakan sebelumnya."

YOU ARE READING
CEO Sinting [ E N D ]
FanfictionDiantara banyak pegawai yang telat, kenapa hanya aku yang dihukum???? "Sudah tau apa kesalahanmu, hm?" Siapapun tolong beritahu CEO sinting ini kalau aku hanya menjatuhkan pena yang tak sengaja mengenai sepatu mahalnya. "Kau menjatuhkan sesuatu." Be...