Pertemuan Pertama

91 15 1
                                    

Tetesan air dari langit yang jatuh membasahi tanah tempat mereka berdiri kini, seolah ikut merasakan duka yang menyelimuti mereka. Sang Alpha bukan hanya telah kehilangan Betanya tapi juga sahabat yang sudah menemaninya selama 40 tahun ini, Berry Steve seorang pria yang dikenal dengan pribadi yang sangat baik harus pergi mendahului mereka, tak ada yang mempercayai hal itu saat mereka mendengar kabar duka ini. Mengapa orang baik harus pergi terlebih dahulu, itulah yang ada disetiap benak orang-orang yang hadir dengan mengenakan pakaian berwarna hitam tanda kalau mereka ikut kehilangan.

Malvin berdiri diantara mereka dengan wajah yang tidak biasa, terlihat sebuah goresan panjang diwajahnya yang tampan namun menambah rasa takut bagi yang melihatnya melebihi sebelumnya. Ashton yang melihat itupun merasa sedikit bersalah karena dia tahu dari mana asalnya luka tersebut. Namun dengan kata-kata yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua Malvin meyakinkan sahabatnya itu kalau itu bukan masalah besar.

Irama Degup jantung yang sedari tadi dirasakannya tidak seperti biasanya membuat Malvin gelisah & tidak nyaman, entah apa penyebabnya.

'Apa kau baik-baik saja?' tanya Aro, warewolf Malvin.

'Aku tidak tau sepertinya ada yang salah, apa ada racun ditubuhku? mungkin yang menyebabkan luka diwajahku ini belum sembuh.'

'Aku tidak mencium adanya racun berbahaya'

'lalu apa?' tanya Malvin lagi.

'Entahlah, mungkin kita bisa bertanya pada tabib nanti setelah pemakaman' jawab aro dan Malvin hanya bisa setuju dengan Warewolfnya itu, walaupun dia semakin merasa kalau jantungnya berdebar semakin aneh.

Orang-orang masih berdiri menunggu pemakaman namun belum ada tanda akan dimulai, Malvin bertanya-tanya apa yang mereka tunggu, namun sebelum dia benar-benar bertanya sebuah mobil Jeep berwarna hitam datang dan terlihat seorang pria dan wanita setengah baya keluar dengan payung yang melindungi dari air hujan, mereka adalah paman dan bibinya Ashton. Mereka diam sambil menatap pintu penumpang yang masih tertutup hingga beberapa detik kemudian pintu itu terbuka.

Seorang gadis dengan mantel bertudung berwarna merah keluar dari mobil tanpa payung yang melindunginya ,dia berjalan dengan bunga ditangannya, wajahnya tak terlihat jelas karena tertutup dengan tudung mantel merah yang kontras diantara warna gelap yang menyelimuti tempat ini. Mereka membuka peti mati nya, sebuah isak tangis dari adik perempuan paman berry berhasil meruntuhkan pertahanan orang-orang yang ada disekitarnya terkecuali gadis itu, tak ada isak tangis yang terdengar dia hanya menatap Ayahnya yang kini tak bergerak dan meletakan bunga diantara tangan paman Berry yang kaku lalu tersenyum, terlihat dari bibirnya saat dia menunduk untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang Ayah, Meskipun tak ada isak tangis yang memilukan seperti yang dibayangkan orang-orang apabila gadis ini datang. Namun setetes air mata itu pun akhirnya jatuh meskipun tak bayak yang menyadarinya tapi itu semua tidak luput dari pengamatan Malvin.

Sebuah angin tiba-tiba berhembus sangat kencang menerbangkan payung-payung yang mereka pegang dan juga membuka tudung Mantel merah itu sehingga terlihatlah wajah itu, wajah yang mengejutkan orang-orang disana terutama orang-orang lama, bahkan sang Luna menatap tak percaya wajah gadis berusia 20 tahun itu.

Matanya tertutup saat angin membuka tirainya, namun tiba-tiba angin itu mengecilkan volume terbangnya tepat saat mata gadis itu terbuka menatap langit seolah memohon untuk tenang. sebuah mata berwarna biru itu seperti keteduhan bagi siapapun yang melihatnya.

"Ashley" panggil Ashton membuat gadis itu menoleh kearah saudara satu-satunya itu.

"Kita akan melanjutkan pemakamannya" lanjut Ashton, sang adik pun hanya mengangguk tanda setuju.

Ashley memperhatikan setiap details proses pemakaman sang Ayah yang dicintainya tanpa ia sadari sedari tadi ada seseorang yang telah kehilangan porosnya namun disisi lain juga telah menemukan eksistensinya selama ini, ya dia Malvin yang tak bisa mengalihkan matanya sejak angin membawanya pada aroma khusus yang diciptakan untuk dirinya itu.

"Ley"

"Aku tau ini mungkin bukan waktu yang tepat tapi aku harus mengatakannya" ucap warewolf ashley

"Ada apa?" tanya ashley.

"Tajamkan penciumanmu kau akan mengerti maksudku" Ashley melakukan yang diminta sang Warewolf, dia menutup matanya dan mencium aroma yang berbeda, sebuah aroma yang sangat kuat dan ada sebuah perasaan rindu, bahagia saat merasakannya. Ashley membuka matanya kearah aroma tersebut, sebuah tatapan lembut penuh kerinduan seolah merasuk kedalam dirinya namun ada sedikit kekejaman terpancar diwajahnya tapi tidak membuatnya takut justru ingin mendekat mencari tau.

"Ley dia Mate"

"Aku tau"ucap Ashley lirih dan sebuah senyum kecil yang tidak biasa itu pun terlihat dari wajah calon Alpha tersebut.

"Aku tau"ucap Ashley lirih dan sebuah senyum kecil yang tidak biasa itu pun terlihat dari wajah calon Alpha tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


tbc..

Angry WolfWhere stories live. Discover now