46. Luvina

324 13 0
                                    


☀☀☀

Itulah waktu.
Tanpa sadar berjalan seenaknya dan tidak peduli yang berjalan diatasnya siap atau tidak.

☀☀☀

Setelah semua kejadian tak terduga itu, Luvi jadi punya banyak pengalaman penting di masa remajanya. Sekarang sudah tidak ada lagi kekhawatiran. Tidak ada dendam, tidak ada kebencian. Semuanya sudah selesai.

"Lulu... Makan dulu, sayang!"

Setelah mendapat teriakan itu, Luvi segera melangkah ke lantai dasar. Rambut coklatnya tergerai dan poni yang ia pasang assesoris jepit kecil di samping telinga. Masih ingat dengan jepit kecil pemberian Bundanya Gyan?

"Pagi, Mama."

Luvi mendudukkan pantatnya di kursi makan. Ia kemudian mengambil tumpukan piring dan menatanya.

"Non---"

"Nggak apa, Bi Ira. Setiap pagi kan juga seperti ini."

Ya, Luvi tidak lagi bersifat acuh. Setiap paginya, ia akan membantu tata-tata alat makan.

Dan untuk Mamanya....

"Makanan sudah siaaaap."

Rahma menaruh sepiring besar nasi goreng di tengah meja makan. Harumnya saja, sudah cukup untuk membuat perut Luvi menggila.

Drap-drap-drap.

Suara langkah kaki dari lantai atas. Luvi yakin itu suara Papanya.

"Sayang, bisa tolong pasangkan dasi ini?"

"Yaudah, sini!"

Rahma mencuci tangannya dulu, kemudian ia membantu Angga menata dasinya. Sementara Luvi, masih sibuk menata sendok.

Ting-tong!

Ketiga anggota keluarga itu pun menoleh bersamaan.

"Siapa 'ya yang bertamu sepagi ini?" Rahma mengira-ngira.

Tak berapa lama, seorang maid datang. Ia menunduk sopan.

"Nona, teman Anda kemari."

"Yasfa 'ya, Bi?" terka Luvi sambil mengelap sendok dengan tisu.

"Bukan, Non. Itu, Den Gyan."

Deg!

Luvi berhenti dari kegiatannya. Ia bertanya-tanya. 'Ngapain Gyan kemari pagi begini?'

Luvi menyelesaikan pekerjaannya dan menaruh kembali sendok di samping piring. Ia kemudian berjalan ke arah pintu. Disana, Gyan berdiri membelakangi pintu dengan tangan di saku.

Glup.

Luvi menyempatkan berkaca di pantulan akuarium yang tak jauh dari pintu masuk. Ia menyisir rambutnya.

'Apa gue sudah cantik ya?'

Setelah dirasa sudah rapi, ia membuka pintu itu dengan sedikit gugup.

"H-hay, Gy."

Seketika Gyan berbalik. Dan seketika membuat jantung Luvi berdegup bukan main.

Gyan tersenyum ke arahnya. Poni itu dikesampingkan, dan ada sedikit warna kecoklatan di sana. Tidak ada lagi kacamata dan dasi?

'Astaga... Bahkan seragam itu separuh dikeluarkan. Kenapa makin hari makin ganteng aja -eh?'

Kenapa Gyan tiba-tiba jadi murid berandal seperti ini?

My Problem Girl[Completed]Where stories live. Discover now