PROLOG

227 91 162
                                    

Jadi pertama-tama aku mau minta maaf sama kalian, Yang membaca cerita dari DyyWahab.

Kalo seandainya masih banyak flat atau Typo nya. Dan aku rasa, aku bukan penulis hebat seperti penulis-penulis lainnya. Disini aku masih belajar untuk mendalami bakatku sebagai Author, tapi aku bakal tetap berusaha supaya kalian bisa nyaman sama ceritaku ini.

Pokonya untuk kedepannya Terus suport aku. Dan ditunggu kritikannya dari kalian, kita sama-sama saling menghargai karya masing-masing yaa. Kalo ada yg perlu di beri tahukan, jangan lupa berkomentar.

Happy Reading!

***

Ini adalah cerita klasik ku yang penuh luka, tawa, hingga air mata. Cerita dimana aku menemukan cinta sejati, menemukan kebahagiaan sekaligus kepedihan, rasa yang sudah lama bertahta. Membelenggu menjadi semu yang tak ada temu.

Ini adalah awal sebuah rasa. Tumbuh. Namun tidak hadir secara nyata.

Kita tidak akan pernah satu tujuan, satu hidup dan satu hati. Karna kita memang di takdirkan berbeda.

Yang berbeda, tidak akan lama bersama. Yang sama. Sudah pasti bisa selamanya.

Jika aku bisa memilih, lebih baik aku redup kalau itu bisa membuatmu terang. Daripada hidup, namun hanya bisa membuatmu gelap.

***

Author Pov

Tinggi, putih, kekar, hidung mancung dan bibir merah tipis. Syarel Maharsa atau lebih di kenalnya dengan sebutan El, cowok itu kini sedang menjadi sorotan para murid SMA Lingga. El yang beberapa kali memasukan bola basket pada ring, menjadi pertandingan yang amat serius pada pagi ini.

Di banjiri keringat dan semangat yang membara, membuat pria dengan wajah yang kental ke Asia an itu, Semakin terlihat tampan dan sexsi di mata kaum hawa.

Pertandingan pun selesai, di akhiri dengan tepuk tangan riuh dari siswa-siswi yang menonton langsung, skor terbanyak lagi-lagi di cetak oleh SMA Lingga yang di pimpin sang ketua basket handal.

Siapa lagi kalau bukan Syarel.

"Bapak bangga sama kamu El," pak Arya yang menjadi pembina Ekskul basket itu menyalami El, kemudian menepuk-nepuk pundak murid kebanggannya.

El terseyum puas. "Termakasi pak," balasnya ramah.

Bukan hanya El saja yang terlihat senang akan kemenangan tim basket di SMA nya, gadis yang sedari tadi menonton dari jauh pun ikut tersenyum. Gadis itu kini sedang memegang satu botol minuman di tangannya, ia ingin sekali memberikan minuman yang sudah ia beli itu pada el.

Ia pun segera melangkah turun ke lapangan, Shafa tidak sabar untuk memberikan minumannya. Kakinya melangkah cepat sesekali menarik nafas dalam-dalam, berusaha setenang mungkin.

Setelah sampai ia langsung menyodorkan air mineral itu di hadapan El.

"Buat kaka," ujarnya setengah gugup.

El diam, menatap datar gadis di depannya. Jujur ia cukup menganal jauh gadis ini, gadis yang dengan berani menyatakan cintanya tiga bulan yang lalu.

Shafa Saqueena, sudah beberapa kali gadis ini di tolak. Bukannya menyerah tapi malah semakin menjadi, membuat Syarel begitu muak dengan segala tingkahnya. Terlalu murahan.

"Vinka!" El menyerukan sebuah nama, Shafa menatap wajah El dengan bingung. Ia mengikuti arah pandangan El, disana ia bisa melihat perempuan dengan rambut sebahu sedang berjalan mengarah pada keduanya, Shafa tahu dia siapa.

Redup✔Where stories live. Discover now