1. Gaduh

60 12 37
                                    

"Cieeee, terima! terima! terima!" seluruh murid di lapangan berseru.

Pria dengan gaya acak-acakan. Seragam tidak rapi, dasi hanya diikat sekali, kerah baju berdiri, rambut berjambul, dan wajah babak belur sedang menunjukan aksi gilanya di tengah lapangan setelah upacara bendera.

Pria itu berjongkok di depan wanita yang usianya lebih tua darinya, yang notabenya sebagai guru ekonomi.

"Bu, ayolah bu. Gue jatuh cinta pada pandangan pertama sama lo. Dari satu minggu yang lalu, saat lo pertama kali mengajar sekolah ini," mohonnya sambil memegang tangan sang guru seperti di drama-drama romansa.

"Bagas Giovany Sagara! Berdiri kamu," titah Bu Ragil selaku guru yang sedang ditembak Bagas.

Murid-murid dari kelas X-XII tidak ada yang meninggalkan lapangan, padahal biasanya setelah dibubarkan barisan semuanya berhamburan ke kelas atau ke kantin. Hanya demi menyaksikan tontonan langkah seperti saat ini.

***

Bagas Geovany Sagara namanya, cucu sang pemilik sekolah SMA Metalic tempat ia bersekolah sekarang. Brandal, itu adalah julukan paling cocok untuk Bagas. Bagaimana tidak? ia adalah murid paling nakal dan bandel di sekolah. Dengan menggunakan tittle keluarga, Bagas masih bertahan di sekolah sampai saat ini.

Guru dan para pegawai SMA Metalic sangat bersyukur Bagas sekarang kelas XII, yang artinya sebentar lagi lulus. Tidak satupun dari mereka yang bisa menghentikan kenakalan Bagas, karena bagi Bagas ucapan-ucapan guru hanya bagaikan sehelai bulu ayam yang mengorek-orek telinganya.

Mabuk, ngerokok dalam kelas, godain cewek-cewek, bolos pelajaran, dan baku hantam adalah rutinitas Bagas. Tapi sebonyok apapun Bagas, tidak bisa merubah wajah tampannya entalah pakai skincare apa bocah itu.

Ragil Diana Putri, guru ekonomi kelas XII. Umurnya masih sangat muda untuk ukuran guru SMA, pantas saja ia sering digoda beberapa murid laki-laki. Guru cantik yang membuat Bagas mengejarnya dalam waktu satu minggu ini.

***

Bagas dengan lihai membuat lingkaran dari asap rokoknya, bersandar di dinding belakang sekolah. Menatap ilalang-ilalang yang sedang menari tertiup angin.

Dreg dreg krusek

"Ada apa?" sahut Bagas setelah mendengar langkah kaki.

"Hmm, lo bolos pelajaran lagi bro?" Elang muncul di hadapannya.

"Keki gue sama guru botak tua bangka itu, males sumpah! gue anak ips masa iya belajar kimia," sesekali menyedot rokoknya.

"Sama njing!" Elang mengambil duduk bersandar disebelah Bagas, mengambil bungkus rokok dekat tangan Bagas. Diambilnya satu batang dimasukan ke mulut, mengambil korek dan menyalakan rokoknya.

"Nugie sama Dares mana?"

"Mereka berdiri depan bendera tuh, gara-gara nyolek bokong Bu Dara,"

"Hahahaha, goblok banget. Tolol! Udah tau tuh Mie Burung Dara kaya apa, malah digodain. Mampuskan," tawa Bagas untuk kedua temannya.

"Ohya, lo seriusan suka sama Bu Ragil apa cuma buat iseng-isengan lo?" tanya Elang menatap Bagas.

Yang ditanya bukannya menjawab tapi malah menyedot rokok sambil smirk, pandangan lurus ke depan.

"Gue nanya bego!" Elang kesal dengan respon Bagas.

"Kalo gue serius, lo mau apa?" tantangnya tersenyum miring.

"Njir, gila lo? masa iya lo naksir guru sendiri. Cewek seksi di sirkuit kan banyak bro,"

"Tapi, ada yang beda dari si Ragil, dan gue suka walaupun dia sering ngehukum gue. Gue malah seneng kalo dihukum sama dia,"

"Sinting lo! Mana tadi pagi lo kaya nggak tau malu lagi nembak dia di depan anak-anak,"

"Hmm, bodo. Sekalian biar para penggemar gue jauh-jauh. Jijik gue kalo dideketin cewek-cewek centil mulu,"

"Sombong banget lo!"

***

Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid berhamburan menuju parkiran.

Bagas, Elang, Nugie, dan Dares keluar dari kelas. Tepat di depan kelas ada cewek mungil, cantik, dengan membawa cake ukuran sedang di atas kedua telapak tangannya.

Cewek ber-badge kelas X, berdiri tepat dihadapan Bagas mendongak melemparkan senyum terindahnya.

Merasa ada yang menghalangi jalan, mereka berempat menghentikan jalannya.

"Wiihh cakep, kelas berapa dek?" goda Nugie yang memang sudah hobinya.

"C-Clara Silvia?" Dares mengeja nametag gadis itu.

Clara mengangguk, "iya kak, aku Clara dari kelas X Ipa 5,"

"Kak Bagas, ini buat kak Bagas," Clara menyodorkan apa yang dibawanya.

Yang diajak bicara hanya menatap jijik pada Clara. Muka tengil yang selalu menempel di wajah tampannya, tangan yang dimasukan ke saku celana dan menyelempangkan satu sisi tas ranselnya.

"Widihhh, Bagas lagi, Bagas lagi," protes Nugie yang iri.

"Iya, ini buat Kak Bagas," lagi-lagi Clara menunjukan senyum termanisnya.

Bugh

Bagas menepis kue itu hingga jatuh. Alhasil jadi berantakan di lantai.

"Gue nggak suka kue yang udah jadi sampah," Bagas menabrak kasar bahu Clara dan berlalu dari tempatnya.

Clara terisak dengan perlakuan Bagas barusan, "Kak Bagas jahat!" teriaknya disela isakan.

"Sabar dek Bagas emang gitu," Elang menepuk bahu Clara dan mengikuti Bagas.

"Yang sabar ya, kalo Dedek Clara bawain Abang Nugie kue pasti Abang Nugie terima kok. Nggak kaya Bagas tadi," bukannya dijawab, Clara makin mewek dan meninggalkan Nugie juga Dares.

"Hahaha, kacang kan lo?" ejek Dares mengikuti teman-temannya.

Diparkiran Elang hanya geleng-geleng menatap teman yang sudah seperti saudaranya ini.

Merasa ditatap Bagas pun buka suara, "nggak usah ceramahin gue,"

Elang hanya menghela nafas kasar.

"Ohya, nanti kita ditantang balapan sama anak-anak second,"

Bagas menaiki motor sportnya dan memakai helm teropong, "Jam?"

"Tujuh malam, kali ini taruhannya tidur sama Gea,"

"Gea? cewek bahenol besar atas bawah itu?" sahut Dares yang baru datang.

Bagas senyum miring, walaupun tak tampak, "Terima," ia menyalakan motornya.

TBC

Yuhuuu cerita baru lagi mudah-mudahan banyak yang suka yaa :* :* :*

jangan lupa komen dan vote :*

Follow ig author yuk @ingeeyoo

BrandalWhere stories live. Discover now