1 - Panggilan Dari Firdaus

682 23 2
                                    

Satu Bayi, Empat Hati

1 – Panggilan Dari Firdaus

S.O.S ke rumahku please.

Itu adalah chat pertama Firda subuh hari. Masuk melalui aplikasi Whataspp-nya, secara pribadi hanya untuk memberitahu Dewa seorang. Padahal ini hari Senin, hari yang paling Dewa benci dalam seminggu. Kondisi hatinya sudah buruk-seburuknya dan malasnya sudah level tinggi. Namun, menerima pesan singkat dari Firda, yang isinya minta tolong lagi. Hanya pada Dewa, dan sungguh itu bagaikan mendapat tiket premium dari surga.

Langsung saja, Dewa bergegas mandi, masak sarapan sendiri lalu mengenakan seragam putih abu-abu yang sudah disetrika.

"Dedew, mau kemana?" tanya Putri, adiknya yang masih SMP. Baru saja selesai mandi dan tampak darinya yang masih membawa handuk baru basah.

"Mau ke rumah Kak Firda," jawab Dewa sibuk mengikat tali sepatu, "bilangin Mama ya?"

"Iya deh terserah," ujar Putri berlalu masuk ke kamar.

Lepas Dewa menyahut salam senyaring mungkin, kakinya langsung membalap ke luar. Langit masih biru pucat, bercampur gradasi dengan kuning jingga. Aroma daun basah begitu segar. Hawanya mungkin mengigil, tetapi Dewa sendiri malah sudah berkeringat. Hari Senin, hari upacara sekolah dan dalam satu jam ke depan, dia juga harus berdiri dan menghadap matahari terbit. Yah, tidak apa-apa, yang penting harus ke rumah Firda dulu.

***

S.O.S ke rumahku please.

Layar ponsel ponsel Andre berkedip-kedip, mengalihkan fokusnya yang sudah dari tadi ke layar laptop. Sudah lama sebelum subuh sebenarnya Andre sudah bangun. Niatnya jelas ingin menyelesaikan file proposalbuat acara perpisahan sekolah yang sudah ia susun selama seminggu ini.

Namun, tepat setelah subuh salah satu temannya si Firda mengirim pesan singkat ini. Yah, tidak ada pilihan lain. Andre menyandarkan punggung ke kursi, jemarinya memperbaiki posisi kaca mata. Yah, tidak ada pilihan lain.

Andre kemudian bangkit dan berjalan memuju luar kamar. Dia memilih berjalan dengan mendahulukan ujung kakinya dulu baru tumitnya. Pelan-pelan dia mengambil langkah, hingga akhirnya Andre sampai di ruangan yang dituju.

Agak berantakan, terutama dengan berbagai jenis kain dan jenis warna. Sepanjang lantai juga berserakan potongan kain serta gumpalan benang kusut. Hingga di ujung ruangan, Andre bisa melihat sosok wanita yang tengah tertidur di atas meja mesin jahit. Matanya terpejam pulas sekali, sampai Andre hanya bisa mengulum senyum melihatnya.

"Aku bawa laptop aja deh sekalian," bisiknya dan membalikkan diri, kembali menuju kamar.

***

S.O.S ke rumahku please.

"Hm?"

Gara-gara notifikasi pesan itu, Amanda berhenti menggerakkan jarum suntik itu menyentuh kulitnya. Gadis itu melirik layar ponsel dan membaca saksama pesan Firda Sepertinya penting, tetapi ya sudahlah. Lagi pula pagi ini tidak ada siapapun di rumah Amanda.

"Selesaikan dulu yang ini deh," gumam Amanda mengibaskan rambut ikalnya ke belakang, dan meraih benda berjarum tajam itu kemudian menancapkannya ke pergelangan tangan kiri.

Cairan dingin itu melancar masuk melalui daging dan aliran darah. Amanda memejamkan mata dan entah mengapa otaknya langsung menggambarkan pemandangan pantai kala senja. Layaknya ingatan samar-samar yang memberi bubuk gula ke hatinya. Kalau bisa dirinya ingin selalu berada di pantai itu. Selamanya.

Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]Where stories live. Discover now