14 - Badai Drama dari Tania

50 4 0
                                    

14 – Badai Drama dari Tania

"Makanya lo coba masukin rumus x ke sini lho Ama, ngerti? Terus abis itu ...."

Sembari menyesap gelas minuman Capuchino Cincaunya, Ama tak bisa fokus pada penjelasan teman sekelasnya mengenai pelajaran matematika terakhir. Padahal gadis itu sendiri yang minta diajarin karena memang otaknya tak mampu menyerap pelajaran. Tepat seperti yang dikatakan teman-temannya, otak Ama itu sudah limit. Namun, bagi Ama bukan berarti otaknya tidak punya harapan kan? Setidaknya Amanda ingin cepat lulus dari sekolah ini, hanya itu tujuannya.

Namun, sialnya sejak kelakuan Rizal yang tiba-tiba menyatakan ingin menjadi pacar Ama, membuat mood hatinya hancur.

"MANA SI AMA BANGSAT HAH?!" pekik seseorang tiba-tiba memanggil nama Amanda.

Muncullah Tania di kelas IPS 3, langsung menyenggol beberapa murid hanya agar anak itu bisa memaksa masuk ke kelas. Pandangan dua gadis itu bertemu. Amanda meneguk liurnya yang pahit seketika. Amanda memutuskan berdiri dalam keraguan, berusaha membaca situasi. Tampak Alea dan Lizzy mengejar Tania dari belakang, wajah mereka sama-sama panik dan berusaha menyuruh Tania agar tenang.

Namun, wajah Tania terlanjur sekeras batu. Hingga gadis itu berjalan menuju bangku Amanda berada, membawa badai ketegangan. Ada sepercik firasat buruk, menjerit agar Amanda segera kabur dari sana.

Namun, Ama memilih menegarkan hati menghadapi Tania. "He-Hey, tumben lo datangin kelas gue. Lo—"

PLAKKKKKK!!!!

Tubuh Amanda langsung berputar menabrak meja setelah menerima tamparan telak itu. Entah mengapa hal itu saja membuat Amanda selemah ini. Apa efek barang haramkah? Atau apa? Rasa pedas di pipi kanannya masih membakar kala memikirkan itu. Tak sempat melawan sedetik pun, Tania tak menyia-nyiakan gelas Capuchino Cincau yang tergeletak di atas meja. Langsung saja ia lempar gelas itu tepat di wajah Amanda hingga tumpah ruang membasahi seragamnya hingga berwarna kecoklatan.

"Lo gak usah temenan sama gue lagi! Denger lo l*nte?!"

Semua orang masih terkesiap melihat perbuatan Tania. Tak ada satu pun yang berani melerai. Beberapa siswa-siswi yang lewat di kelas pun ikut berkerumun. Berita Tania cari ribut di kelas IPS 3 juga terdengar sampai ke kelas tetangga. Bahkan kelas IPS 2, kelas Dewa berada.

"Woy! Kalian kenapa sih diem doang! Ama temen sekelas kalian kan?!" desis Dewa yang langsung bergegas keluar dari kelas IPS 2 dan berusaha melewati para saksi mata yang memilih membisu di tempat.

Salah satu dari siswa dengan geram menjelaskan, "Jangan cari gara-gara sama Tania! Lo gak tahu dia pernah bikin siswi tahun kemarin pindah sekolah gara-gara ribut sama tuh anak?!"

"Lagian Ama juga mau-maunya temenan sama Tania ya kan?" timpal siswa yang lain.

"Udah cukup Ama aja yang cari gara-gara!"

"Iya biarin aja dulu sampe Tania puas."

Kini telinga Dewa yang kian panas mendengar itu semua. Orang-orang ini sudah parah memang. Mau Tania semengerikan apapun, di mata Dewa gadis itulah yang sudah kelewatan gila. Dengan sekuat tenaga Dewa melepaskan diri dari kerumunan itu, menghampiri si Tania dan menjadi orang pertama yang berani-beraninya menepuk pundak Tania.

"Heh! Lo mau nyakitin Ama sampai kapan? Lo kira gue gak berani lapor perbuatan elu yang sewenang-wenang gini?" sahut Dewa dan Tania langsung menoleh pada pemuda itu. Memberinya tatapan yang melotot.

"Berani lo ya pake nyentuh gue segala?!" Tania menyentak menjauh dari tangan Dewa. "Najis banget tahu gak! Lo mau senasib kayak Ama hah?! Lo gak usah belagu sok-sok mau nolong segala! Lo mau cari mati hah?!"

Satu Bayi Empat Hati [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang