Empat Belas

71.8K 2K 43
                                    

"Mak bisa buat kayak gini ndak?" Kara  menunjukkan gambar makanan yang tengah ia tonton di youtub.

Entah mengapa akhir-akhir ini dia demen banget nonton orang makan. Yang ujung-ujungnya bikin dia ngiler dan langsung buka aplikasi ojol. Dan tadaaaa, makanan udah di tangan.

Bahkan dia pernah ngambek hanya gara-gara makanan yang dia tonton sama sekali nggak ada yang jual di daerah tempat dia tinggal. Ada sih yang jual. Itupun di luar kota. Mau ngajak suaminya kok nggak tega. Padahal suaminya itukan bucin parah sama dia. Mau ngajak kemana pasti hayuk-hayuk aja.

"Itu makanan apa sih?" Bu Ratih merasa asing dengan makanan yang dotunjukkan Kara saat ini.

"Samgyetang mak." Kara tetap fokus ke handphonenya. Menahan ngiler.

"Oh.. ini pake ayam ya? Alah.. gampang ini mah. Cuma kayak sop ayam biasa ini. Cuma nggak ada sayurnya."

"Ih beda mak. Ini di dalem ayamnya ada gingsengnya loh. Nih, nih tuh kan.. bikinin ya mak."

"Nggak. Lagi sibuk. Masak sendiri." Bu Ratih kini kembali fokus pada masakannya yang sempat dia tinggal.

"Kan mamak tau Kara nggak bisa masak." Kara manyun. Pura-pura merajuk.

"Jadi selama ini Fatih kamu kasih makan apa?" Teriak bu Ratih.

Suaranya membuat keluarga besar Kara yang tengah menyiapkan tempat dan memanggang daging di halaman belakang menolehkan kepalanya ke dapur.

Bahkan Fatih yang merasa nama-namanya disebut ikut menolehkan kepalanya dan melemparkan tanya tanpa suara pada Kara. Namun hanya dibalas Kara dengan ciuman dan kedipan genit. membuat Fatih mau tak mau menahan senyumnya.

"Ih ni anak satu," gemas bu Ratih melihat tingkah Kara yang kegenitan.

"Aw. Sakit mak. Lagian sama suami sendiri ini." Kara megusap-usap lenganya yang sempat mendapat cubitan.

"Udah, kamu potongin ini aja." Kara bersungut-sungut saat Bu Ratih menyerahkan semangkok bawang merah.

Duh auto pedas deh ni mata.

****

Arisan keluarga yang tengah berlangsung di rumah Pak Jayadi ini berlangsung hingga sore hari. Bahkan orang tua Fatih juga sempat datang meskipun tidak lama.

Kakek buyut Kara memang mewajibkan anak cucunya untuk menyempatkan berkumpul meskipun satu bulan sekali. Dan kegiatan itu bisa terlaksana hingga saat ini.

"Mau buah nggak A'." tanya Kara dipelukan Fatih. Tangannya mengusap-ngusap perut suaminya yang rada membuncit karna terus dijejalkan Kara dengan makanan. Perbaikan gizi katanya.

"Boleh."

Tuhkan. Fatih itu nggak bakal menolak apa yang Kara tawarkan dan Kara sodorkan. Saat ditanya alasannya, biar kamu dapet pahala terus. Singkat, padat, jelas. Ciri khas Fatih.
Kara yang mendapat jawaban seperti itu hanya mesem-mesem malu. Uhuk, sangat tidak mencerminkan dia yang biasanya.

"Yaudah aku ambilin bentar." Kara melepas pelukannya dan beranjak dari gazebo yang tengah dia duduki berdua dengan Fatih. Tadi sih sepupu-sepupu Kara mau pada gabung. Tapi langsung diusirnya. Alasannya, manten baru lagi mau mesra-mesraan. Padahal pernikahan mereka sudah hampir berjalan dua bulan. Itu masih kategori penganten baru kan?

"Berduaan mulu lo Kar." Bayu melirik Fatih yag tengah memperhatikan istrinya dari jauh.

"Sirik aja lo mas." balas Kara sinis. Tangannya mengambil beberapa buah dan mencelupkannya ke coklat cair yang disediakan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SuamiKu PemaluWhere stories live. Discover now