minggu ke 8

4.3K 180 0
                                    

Crystal mengarahkan mobilnya menujy rumah sakit. Perutnya sangat kram akhir-akhir ini

"Gimana dok?" Tanya Crystal

"Lo istrinya Gibran kan yah? Yang sekolah di sekolahannya Aditya Theo?" Tanya dokter laki-laki itu. Dan semuanya tepat

"Iyah.. kok dokter tahu?"

"Gw teman baik mereka berdua dan Gw juga dateng waktu nikahan lo. Dan soal janin yahh.. gw minta maaf. Tapi janin lo harus diangkat, melihat kondisi fisik dan mental lo yang lemah gini.. gw takut lo lewat! Gw bakal bilangin ke suami lo ntar"

"Hah? J..jangan dok.. b..biar aku ajah. Dan lagi pula, aku gapapa kalo aku lewat, asall.. bayi ini selamat"

"Yakin lo?"

"Y..yakin" Crystal keluar dari ruangan dokter itu

"Arghhh.. gimana dong ini?"

Crystal duduk di bangku taman dekat rumah sakit, melihat hasil laporan dari dokter itu. Nyawanya hanya sembilan bulan, sembilan? Ah enggak. Mungkin cuman 7 bulan lagi. Crystal terisak, kertasnya ia remas, seperti bentuk hatinya saat ini.

"Gimana cara gw ngomong ke Mas Gibran yah? Arghhh. Kalo ngomong, pasti Mas Gibran bakalan setuju sama permintaan sahabatnya itu. Tapi... yaallahh"

Crystal kembali kerumahnya dengan senyumnya yang mengembang. Ia memilih merahasiakan semua ini agar anaknya tetap selamat

"Assalamualaikum Prass"

"Wa'alaikum- kakak.." Pras memeluk kakaknya, ada sesuatu yang mengganjal diantara perut mereka

"Kak lo hamil?" Sergah Pras yang diangguki oleh Crystal dengan senyumnya yang mengembang. 

Crystal menuju kamarnya, menyembunyikan surat itu dikotak diarynya. Setelah cukup lama berincang. Crystal memutuskan untuk berpamitan pulang.

Dirumah, Crystal langsung saja menuju ke kamarnya. Sudah ada Gibran yang sedang mengeringkan rambutnya. Crystal terlihat sangat gugup.

"M..m.maass.. a..aku.. eum.. aku" Crystal semakin gugup

"Apa sih?" Tanya Gibran

"Eumm.. aku.. aku boleh minta... sesuatu nggak?" Tanya Crystal menunduk

"Apa?" Gibran menjawab dengan ekspresi datar

"Kebahagiaan.. Cinta, kasih sayang, keluarga, ayah, ibu, kakak, hiks adik.. hanya itu. Aku nggak minta hartanya mas. Aku cuman pengen punya keluarga hiks yang selalu menemani aku disetiap waktuku"

"Aku bisa kasih kamu keluarga, harta, dan apa pun yang kamu mau. Tapi nggak dengan cinta dan kasih sayangku. Karna itu semua, cuman milik Dyah" Crystal menunduk dan menangis pelan.

"Gapapa.. gaperlu mas pikirin. Eumm lupain ajah ucapanku" dengan mudahnya Crystal melupakan kebahagiaannya demi kebahagiaan orang lain. Namun, Dyah mendengarkan semua itu

***

"Aduhh.. kram banget sih perutku yaallahh.. apa pilihan aku buat pertahanin anak-anakku ini udah bener?"

"Maksud kamu?" Crystal menoleh. Didepan pintu sudah ada Dyah yang membawa susu ibu hamil.

"Mbakk.." sontak saja, Dyah menutup dan mengunci pintu rapat-rapat.

"Jujur sama aku. Maksud ucapan kamu tadi apa?" Tanya Dyah penasaran

"Ahh enggak mbakk.. aku cuman latihan buat film aku"

"Seriusan?"

"Iyahh"

"Aku belum tuli Crystal!" Tegas Dyah

"Aku..aku.. aku cumann"  Crystal bingung, antara harus jujur atau berbohong. Ia takut anaknya akan diambil. Tapi dia tak bisa bohong saat ini

"Kenapa Crys?" Tanya Dyah lagi

"Kata dokter kandunganku.. aku.. janinku.. dia.. dia.. h.h..haruss aku.." Crystal tak bisa berkata-kata saat ini. Dyah mengusap lembut punggung Crystal

"Jujur ajah!" Paksa Dyah. Crystal menarik nafas, kemudian menghembuskannya dengan perlahan

"Janinku harus diangkat, demi mempertahankan nyawa aku. Kalau nggak, mungkin saat aku melahirkan, aku gak akan bisa selamat" jelasnya, membuat Dyah melotot kaget.

"T..tapi jangan khawatir! Aku gak akan gugurin bayi ini. Aku gak akan hancurin kebahagiaan kalian kok" tambah Crystal yang semakin membuat Dyah terkejut

"Kamu nyerahin nyawa kamu buat keluarga ini?" Tanya Dyah

"Gila! Anak bisa lahir kapan ajah Crys! Nyawa kamu? Aku bingung sama kamu!"

"Mbakk.. tolong, jangan kasih tau mas Gibran sama yang lainnya soal ini. Mbak boleh kasih tau mereka nanti setelah aku melahirkan! Dan tolong bantu aku"

"Nggak aku nggak mau Crys. Ini bahaya! Aku gak mau"

"Mbak.. kalau tiga nyawa bisa diselamatkan dengan mengorbankan satu nyawa kenapa nggak? Kalau dua nyawa bisa membuat keluarga ini seneng kenapa nggak? Aku ini siapa? Aku nggak punya siapa-siapa selain Pras.. dan Prass juga mulai benci sama aku mbakk.. tapi mbak? Mas Gibran? Kalian saling mencintai"

"Crys?" Crystal dan Dyah berdebat, yang kemudian. Dyah pasrah akan keras kepalanya Crystal

Crystal (Tersedia Di Playstore)Where stories live. Discover now