13. Hard Plan

297 40 4
                                    

Paritha memang menjanjikan Levin kelak menjadi pewarisnya, tapi tidak benar-benar begitu. Karena alasan utamanya adalah Aiden,

Itu adalah alasan mengapa Paritha belum juga menandatangi surat penyerahan namanya terhadap Levin. Ini bagian dari konspirasi dimana ia memanfaatkan Levin sementara ini sebagai pengganti Aiden sebelum cucu sulungnya itu kembali.

Jika kalian terkejut Jean bisa dengan santai mengatasi keterkejutannya atas fakta lain tentang Aiden yang sebenarnya tidak koma itu, maka maaf kalian salah.

Karena kenyataannya satu Minggu belakangan ini Jean menjadi jarang sekali keluar kamar. Sejauh ini terasa semakin mengancam, semua yang ada di rumah ini tidak bisa ditebak. Bisa saja bukan jika ancaman selanjutnya adalah untuk Jean, sasarannya bisa saja berubah Jean.

Tapi ia juga tidak bisa menjadi egois, jika ia terlalu takut untuk dirinya sendiri maka bagaimana bisa ia mengamankan Levin. Ini tidak benar, ia harus keluar dari ketakutannya.

Dan mungkin ini adalah bentuk tindakannya,

Ya-- kini Jean telah tepat berdiri dihadapan Aiden yang sedang terduduk di atas ranjang itu. Secara diam-diam Jean berhasil sampai ke kamar tersembunyi ini.

Setelah Jean pertimbangkan, ia mungkin harus menerima penawaran Aiden Minggu lalu. Dari yang Jean lihat Aiden memang tidak berbohong, Aiden sepertinya memiliki tujuan yang baik. Jadi tidak ada salahnya jika itu akan membantunya untuk melindungi Levin.

"Senang bisa bertemu denganmu lagi" seperti biasa, Aiden selalu menampilkan senyum ringannya. Tidak peduli apa yang sedang terjadi, Aiden memang tidak bisa ditebak biakan?

"Aku tidak berniat basa basi, jadi tolong rencana apa yang kamu rancang? Katakan saja apa yang harus aku lakukan pertama"

"Hei santai, tidak usah terburu-buru, aku juga belum ingin menyudahi aktingku ini. Kamu tau kan Levin akan baik-baik saja sebelum aku sudahi ini" Aiden sekali lagi menunjukan betapa santainya dia, tidak ingin membawa Jean menjadi tegang juga.

Karena sebuah rencana memang harus ditata dengan kepala dingin.

Tapi sebaliknya dengan Jean, gadis itu justru berdecak sebal. Merasa pria dihadapannya ini malah seperti bermain main. Padahal yang sedang mereka bahas ini tentang keselamatan seseorang, bagaimana bisa ia masih terkekeh seperti itu?

"Baiklah sepertinya kamu ini memang tidak suka tertawa. Tapi-- sebelum aku mengatakan apa yang harus kamu lakukan, bukankah lebih baik jika aku menjelaskannya dulu?" Aiden bergeser, menata tubuhnya agar lebih nyaman.

Tangannya juga mengintruksi agar Jean duduk disebuah kursi didekatnya. Ini mungkin akan sedikit lama dan melelahkan.

"Jadi, kamu harus tau lebih dulu tentang Mila"

"Mila?" Gumam Jean pada dirinya sendiri, tentu saja karena nama itu asing ditelinganya. Adakah hal lain yang mengejutkannya lagi?

"Paritha memang nenek kami, maksudku aku dan Levin. Tapi tidak dengan darah. Kakek menikah dengan Paritha setelah ia memiliki putra, ia adalah ayahku. Jadi kau bisa mengerti kan, kalau aku dan Levin tak memiliki hubungan darah dengan si tua Bangka itu?"

Aiden mulai menjelaskan siapa dirinya dan Levin, serta apa hubungannya dengan Paritha.

Jean mengangguk, seolah ia paham. Meskipun ia tetap harus berfikir dalam waktu yang tidak sebentar.

"Jadi Mila itu?" Ya, dari penjelasan tersebut belum ada yang menyangkut tentang Mila bukan?

"Aish, sabar sedikit. Diam dan dengarkan saja dulu" celetuk Aiden yang yang kesal, tentu saja ia butuh waktu jeda untuk menjelaskan hal serumit dan sepanjang ini. Tapi gadis yang sedang dijelaskan justru tidak sabaran.

DEPRESSION ✔ [Completed]Where stories live. Discover now