6

1.9K 146 16
                                    

Waktu terus bergulir dengan cepat, tanpa terasa si kecil Fatih dan Al mulai beranjak dewasa. Sebuah surat yang menjadi penentu kelulusan mereka ada ditangan masing-masing.

Ribuan santri ikhwan kelas 3 di pesantren Darul Quran di kumpulkan di lapangan. Mereka semua menanti saat-saat yang begitu mendebarkan. Hanya menunggu aba-aba dari sang ustadz penantian mereka akan segera terbayar.

"Dengan mengucapkan Basmallah, kita buka sama-sama amplop yang kalian pegang," ujar salah satu ustadz yang ada di podium.

"Bismillahirrohmanirrohim," ucap santri bersamaan. Mereka semua membuka amplop berwarna putih tersebut. Teriakkan histeris menggema di seluruh pondok pesantren, sujud syukur berjama'ah terjadi di tengah lapangan yang terpapar sinar mentari begitu terik.

Tak sedikit pula para santri yang menangis bahagia. Menangis karena perjuangan mereka selama bertahun-tahun di pesantren tidaklah sia-sia.

Dua orang anak lelaki saling berpelukkan. Menepuk-nepuk punggung orang yang mereka peluk. Sedih, campur bahagia terpampang di wajah mereka.
"Selamat Al! Kita lulus!" ucap seorang lelaki.
"Iya bang, alhamdulillah! Akhirnya kita lulus juga!" Mereka kembali berpelukkan menyalurkan rasa bahagia satu sama lain.

"Fatih, Al selamat kita lulus!" ucap temannya yang berada tepat di samping mereka.
"Iya alhamdulillah Mal. Jangan lupain kita ya nanti." ucap Al sambil memeluk temannya.
"Insyaa Allah kita akan tetap bersaudara."

"Selamat kepada seluruh santri yang lulus ujian nasional tahun ini. Ustadz sangat bangga pada kalian. Ingat segala ilmu, dan akhlaq kalian selama di sini jangan pernah kalian tinggalkan sedikitpun ketika diluar sana. Amalkan segala ilmu yang telah kalian dapat, lanjutkan terus muroja'ah hafalan yang sudah kalian hafalkan. Jadilah manusia panutan orang lain. Jadilah hafiz Quran yang dirindukan surga. Selamat jalan untuk kalian semua santri-santi yang ustadz sayang dan banggakan. Raihlah sukses kalian dengan jalan sesuai tuntutan sunnah dan Al Quran. Barakallah."

Kembali riuh sorak gembira menggema dari para santri. Di luar keluarga mereka telah menunggu untuk menjemput mereka kembali kerumah. Ke tempat dimana mereka semua bisa berkumpul melepaskan rindu pada setiap anak yang menuntut ilmu di pondok pesantren itu.

"Sekarang kalian boleh kembali ke asrama masing-masing, siapkan barang-barang yang kalian bawa pulang. Periksa kembali jangan ada yang tertinggal. Salam dari kami ustadz-ustadz yang ada disini ke keluarga kalian masing-masing. Mohon maaf jika selama kalian disini kami memiliki banyak kekurangan dan kesalahan dalam mendidik kalian. Doa terbaik selalu menyertai kalian dari kami para ustadz disini." Kembali suara dari podium terdengar.

Suasana haru mulai menyelimuti setiap diri santri masing-masing. Tiga bahkan ada yang enam tahun mengabdi di pesantren ini bukanlah waktu yang sebentar, saat ini pondok adalah keluarga baru mereka. Akan banyak kenangan yang tak pernah para santri lupakan ketika sudah meninggalkan pondok.

Saling peluk dan tangis menggema, ucapan selamat tinggal riuh di telinga setiap orang. Setelah saling berpelukkan dan bermaafan mereka kembali ke asrama masing-masing dan keluar membawa segembolan barang bawaan mereka.

Al dan Fatih berjalan menghampiri abinya yang sedang menunggu bersama adik perempuannya. Lambaian tangan terlihat oleh kedua mata mereka. Senyuman kembali terbit di wajah-wajah yang sudah di tumbuhi beberapa jenggot di dagu.

"Assalamu'alaikum abi, Athifa," ucap Fatih dan Al ketika telah sampai di hadapan abi dan adiknya.
"Wa'alaikumsalam, Masyaa Allah anak-anak abi. Selamat ya nak, semoga semua yang kalian perjuangkan mendapat ridho dari Allah dan cita-cita kalian segera tercapai."
"Aamiin," ucap mereka bersamaan.

"Abang, kakak selamat ya," Athifa memeluk kedua kakaknya secara bersamaan di sambut dengan hangat oleh kakak-kakaknya.

"Abi bunda sehat?" tanya Fatih pada sang ayah setelah sebelumnya ia melihat kiri kanan mencari sang bunda yang tidak ada batang hidungnya yang terlihat.

"Sehat, bunda ada dirumah nenek lagi siapin buat kepulangan kalian. Yuk kita pulang! Pasti semua keluarga sudah menunggu kalian."

Mobil yang membawa mereka akhirnya meninggalkan halaman pondok tersebut setelah mereka berpamitan dengan teman-teman dan guru-guru disana. Fatih begitu rindu dengan sosok bundanya. Beberapa kali kejadian yang hampir membuat ibundanya meninggalkan mereka semua membuat ia begitu takut. Namun Allah selalu menunjukkan kuasa atas Nya. Tiba-tiba pengakit yang bundanya derita menghilang pasca melahirkan adik perempuannya.

Waktu terus berlalu, akhirnya mereka tiba di kediaman sang nenek. Disana telah kumpul semua anggota keluarga. Om dan tante serta kakek nenek dari pihak bundanya maupun dari pihak sang abi.

"Assalamu'alaikum," ucap Ilham ketika mereka sampai di depan pintu utama rumah dua lantai yang begitu megah itu.
"Wa'alaikumsalam," seorang wanita yang masig terlihat cantik meski sudah memasukki kepala tiga datang menghampiri mereka.

"Bunda!" teriak Al dan Fatih bersamaan ketika melihat kehadiran sosok yang sangat mereka rindukan.
"Barakallah ya bang, ka. Semoga ilmu kalian berdua berkah dan menolong kalian hingga ke Jannah-Nya," Mutia memeluk kedua anak lelakinya itu. Rasa haru dan bangga menyinggap di hati mereka.

"Bunda jangan nangis," ucap Al sambil menghapus lelehan air mata di mata cinta pertamanya itu.
"Bunda nangis karena bunda bahagia. Bunda kira bunda tidak akan pernah melihat dan menemani kalian di saat-saat seperti ini. Bunda kira bunda ga akan melewati masa-masa seperti ini. Bunda..."

"Please, bun ga usah ngomong begitu lagi. Buktinya Allah masih ngasih kita kesempatan untuk yang kesekian kalinya agar kita terus bersama-sama. Bunda ga usah mikir macem-macem ya. Bunda itu sehat udah ga sakit lagi!" Kali ini Fatih yang mengusap punggung bundanya.

"Maaf ya bunda jadi mengacau suasana bahagia ini. Kalau gitu yuk kita masuk, sudah pada menunggu di ruang makan. Bunda masakin masakan kesukaan kalian. Kalian pasti rindu 'kan? Sudah lama tak makan masakan bunda dan makan bersama dengan keluarga."

"Iya bun ayo!" Fatih dan Al menggandeng tangan kanan dan kiri bundanya. Di belakang Ilham menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat kelakuan kedua anak remajanya itu sungguh di luar dugaan. Mereka begitu menyayangi sang bunda bahkan begitu memanjakan bundanya.

Jika mereka berdua di rumah, bundanya tak pernah sedikit pun boleh memegang pekerjaan rumah. Mereka akan menggantikan bundanya untuk mengurus rumah.

Di meja makan telah tersedia berbagai menu masakan yang sangat menggugah selera. Tanpa banyak bicara mereka langsung menyantap makanan yang tersedia. Hanya butuh waktu 20 menit makanan di meja makan telah habis tak tersisa, hanya meninggalkan bekas piring kotor yang berada di atas meja.

"Kalian habis ini mau melanjutkan dimana?" tanya seorang lelaki yang rambutnya telah di penuhi oleh uban.
"Insyaa Allah Fatih akan melanjutkan kuliah di sini saja kek, sambil temani abi dan bunda."
"Kalau Al Alhamdulillah dapat beasiswa ke Sudan kek. Sebenernya abang juga dapat tapi abang ga mau ambil katanya biar aku saja yang jauh, abang dirumah mau jagain bunda."

"Kok begitu bang? Padahal ga apa-apa loh abang ambil beasiswa itu, lagian kenapa bunda harus di jagain? Kan ada abi dan Athifa."
"Bunda... abang cuma ingin mastikan kalau bunda itu tetap sehat. Ga masalah kan mau kuliah dimanapun? Lagian abang mau kuliah di kampus abi, dan ambil beasiswa disana. Boleh kan bi?"

"Masyaa Allah abi bangga sama kalian. Benar kata abang dimanapun kita menuntut ilmu pasti akan ada hikmahnya di kemudian hari. Abi memghargai keputusan kalian. Kalian sudah besar bisa memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik. Abi dan bunda, nenek, kakek serta semua yang ada disini akan mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua."

"Terima kasih bi," ucap mereka bersamaan.

Haii...
Apa kabar semua?
Kali ini Fatih dan Al kembali lagi hehehe dengan kondisi mereka sudah lulus sekolah.

Mau tau kelanjutan ceritanya?
Akan ada banyak kisah yang terjadi di part-part selanjutnya

Makanya terus vote dan commen boleh kasih masukan juga lho

Terima kasih

Surga KeduaWhere stories live. Discover now