9

391 24 0
                                    

Assalamu'alaikum
Haiii readers apa kabar?
Mohon maaf jika dalam waktu yang cukup lama author menghiatuskan diri.
Tapi jangan khawatir cerita ini akan terus berlanjut sampai end nanti

Soo... tunggu apa lagi yuk kasih vote yang banyak plus komen dan juga jangan lupa di share ke teman-teman biar ceritanya makin seru jadi authornya makin semangat
Udah ahh intronya kita lanjut lg ya ke ceritanya.

***

Berarti Anemia Aplasik ini beda dengan sakit bunda?

Al
Beda bang, tapi kemungkinan dia bisa kena leukemia, karena imunnya itu rentan banget.

Makasih ya Al, Informasinya.

Al
Sama-sama bang

Kamu disana jaga kesehatan ya Al, jangan bergadang, selesaikan tugas-tugas dengan cermat.

Al
Iya bang Insyaa Allah aku jaga kesehatan. Bang jam 8 nanti aku mau video call ya sama semua, udah kangen banget. Apa lagi sama si manja 🤭

Oke nanti abang sampaikan, udah dulu ya Al. Abang mau kebawah mau sholat terus bantuin bunda.

Al
Okey bang

Ku tutup aplikasi berwarna hijau itu dan meletakkan handphone di atas kasur. Selesai sholat Ashar berjama'ah seperti biasa aku dan Athifa selalu berkerja sama membereskan rumah, sudah menjadi tugasku dan adik-adik untuk membantu bunda.

Waktu terus bergulir, tak terasa waktu hampir magrib, dengan cepat aku membereskan sampah-sampah dedaunan yang telah ku sapu dan segera membersihkan badan agar tidak ketinggalan sholat berjama'ah di masjid.

Seperti kata Al jam 8 tepat ia melakukan panggilan video, kami terus bersenda gurau tanpa sadar waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Selesai berpamitan dengan kedua orang tuaku, aku langsung membaringkan di pembaringan ternyaman.

***

Pagi telah beranjak, setelah sholat subuh tak lupa aku berMuroja'ah untuk menjaga hafalan-hafalanku. Memang benar kata ustadz-ustadz di pesantren dulu, menghafal itu sangat mudah yang sulit adalah menjaga hafalnnya, karena bagaimanapun dunia luar itu tak seperti di pesantren. Di luar godaan begitu banyak, sehingga kadang kita menjadi lalai, bukan hanya lalai terhadap hafalan tapi terkadang lalai pula terhadap perintah dan larangan Allah.

Selesai melakukan kewajibanku sebagai seorang hamba segera ku langkahkan kaki ke meja makan, disana terlihat bunda dengan cekatan menyusun beberapa piring di atas meja, menuangkan sedikit demi sedikit nasi goreng yang ada di wajan ke dalam piring, tak lupa sudah tersedia pula telur dan timun serta kerupuk sebagai pelengkap sarapan kami kali ini.

"Bunda kata abang apa? Ga usah cape-cape" kataku mencoba mengambil alih kegiatan bunda
"Abang ini, apa-apa ga boleh, terus bunda harus apa dong!" ucapnya setelah menepuk tanganku yang ingin membantunya
"Bunda ga usah ngapa-ngapain, abang takut bunda sakit."
"Kamu itu ya, bunda ga akan sakit kalau hanya masak, orang ga berat ko. Lagian kan masak hobi bunda, kalo semua ga boleh yang ada bunda jadi jenuh. Setiap hari hanya baca, nonton, main handphone. Pegel bang lama-lama."

"Oke oke, emang ya kalau berdebat sama emak-emak ga ada habisnya, emak-emak selalu punya berbagai macam alasan. The power of emak-emak emang the best," ucapku yang di selingi tawaan kami berdua

Surga KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang