2|Two

82 18 31
                                    

Hukum karma itu memang nyata
Disaat aku menyianyiakan orng yang benar benar menyayangiku, di saat yang sama juga aku disakiti oleh orang yang benar benar aku sayang.
-Clarissa


Pagi hari di kota Jakarta yang padat ini ramai oleh pengendara motor dan mobil yang berada di sekitaran jalan.

Gavian turun dari mobil yang ia kendarai dengan tas yang sudah berada di punggungnya.

Tak heran banyak pasang mata yang menatap Gavian kagum.

Malaikat tak bersayap.

Satu kalimat yang sangat pas untuk seorang Gavian Alvaro. Gavian berjalan melewati koridor sekolah yang ramai oleh siswa siswi yang menyapanya dan di balas dengan ukiran senyum manis oleh Gavian.

"Pagi kak Gavian..." sapa salah satu siswi kelas X.

"Pagi." Gavian membalas sapaan wanita di itu.

Sedangkan satu cewe yang sedang menengok dan memperhatikan seorang Gavian dari jendela kelas berucap, "najis tebar pesona ae lu bambank!" gumam Caca pelan.

"Ekhem cie yang merhatiin Gavian sampe rela naik keatas meja demi liat dari jendela." Vio yang baru datang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Caca.

Kemudian Caca turun dari dari meja "Idie najis ngeliatin dia, gaada kerjaan banget gue."

"Fakta coy! Terus ngapain lo liat ke luar jendela sampe rela rela naik meja," balas Vio yang gamau kalah dari Caca.

"Gue lagi piket bersihin kaca jendela Vio." Sela Caca. Nanti bisa ketauan dia kepoin Gavian gimana? Kan ga lucu. Lagian apalagi Vio mulut ember beuh.

"Piket bersihin jendela pake apa lo anjir? Di jilat?" tanya Vio "Dahlah jujur ae lu perhatiin si Vian yekan?"

"Iye, gue cuman mau tau ke seharian dia di sekolah ini gimana."

"Kalo kata orang orang tikok sih berawal dari kepo bisa bikin suka sama itu orang! Apalagi Gavian, beuh semua orang normal takjub sama dia."

"LU NGATAIN GUE GA NORMAL JADINYA?" Caca memberikan Vio tatapan tajamnya.

"Hehe bisa jadi." Vio cengengesan.

"Sialan lu Vi. Dahlah gue mau ke kantin mau beli minum lu mau nitip ga lo?" tanya Caca sambil bangun dari duduknya.

"Nitip deh teh poci satu ye Ca nanti gue ganti santuy," kata Vio seraya melipat kedua tangannya di meja dan menenggelamkan kepalanya di atas meja.

"Iye." Caca kemudian pergi meninggalkan kelas dan berjalan menuju kantin.

Sampai di kantin ia memesan dua teh poci untuk dirinya dan Vio. Sesudah mendapatkan dua teh poci tersebut, Caca langsung bergegas pergi dari kantin yang cukup ramai itu.

Risih.

Banyak orang yang ngeliatin Caca, ada yang tersenyum ramah dan ada pula yang menatapnya sinis.

Susah jadi cewe cantik, cantik di sirikin!

Ew

Caca hanya mengabaikan semuanya dengan pandangan datarnya. Baru beberapa langkah dari kantin ia menubruk seseorang dan alhasil dua teh poci yang di bawa Caca tumpah kebajunya.

"Ah shit!" Lirih Caca sambil menunduk menatapi bajunya yang basah akibat noda teh poci yang berwarna coklat itu.

"Eh? Maaf," ucap pria tersebut. Samar samar sepertinya Caca tau siapa orang ini, kemudian Caca mengangkat kepalanya untuk melihat orang tersebut.

Gavian and CacaOnde histórias criam vida. Descubra agora