Chap 29

44 1 0
                                    

Selamat Membaca

***

Setelah lima hari insiden kejadian tersebut. Berita Reno menjadi tersebar di sekolah. beberapa gadis yang dulu mengidamkannya kini tergantikan menjadi pria yang tak harusnya pernah ada di sekolah mereka karena menurunkan derajat kepopuleran sekolah. Edita pun menjadi histerit atas kejadia yang menimpa sahabatnya.

Sementara Gia yang telah hilang kabar selama 3 hari membuat Edita panik tuju keliling. Meskipun Edita tak sempat menolongnya dan menaruh hati pada Robi, namun Gia tetap tak membiarkan persahabatan mereka pudar hanya berlandaskan oleh perasaan.

Gia yang tadinya sedang fokus mengeluarkan buku dari dalam tas tiba tiba Edita datang dengan histeris dan langsung memeluknya. Tidak ada percakapan terjadi selama beberapa menit membuat Gia masi belum mengerti sikap Edita yang seketika melonjat dan memberikan pelukan. Seakan perpisahan mereka telha memakan waktu bertahun tahun lamanya.

Masi dengan keadaan yang sama, Gia tetap dalam pelukan seolah tak membairkan sahabatnya kali ini lepas dari pandangannya. Mungkin rasa rindu Edita dan kekhawatiran menjadi pelampiasannya hari ini.

"Lo gak papakan?" akhirnya Edita melepaskan pelukan lagi lagi dengan histeris setelah beberapa menit berlangsung.

"Jahat bagnat si lo, gak ngabarin gue di saat lo lagi apa apa. Dan kenapa lo gak " tanya Edita dengan nada sedikit membentak kesal lalu lanjut berucap, "sampai rumah lo di biarin kosong gitu."

Gia hanya tersenyum mendengar ucapan Edita sembari menepuk bahu, menenangkan. Senyuman itu seolah melemparkan situasi sekarang sudah membaik dan kembali seperti semula.

"Iya maaf. Tapi sekarang gue udah baik baik kan lo liat," jawab Gia kembali menenangkan.

Seseat kemudian, Gia harus terpaksa pulang dengan cepat. Meminta izin pada guru karena ada sesuatu penting yang mesti ia hadiri. Edita, hanya dia yang tahu saat ini tujuannya dan dia juga berjanji akan mengikutinya tapi setelah pelajaran usai. Meskipun Gia selalu berkunjung dan kembali tanpa balasan dan kabar baik apapun, dia tetap bersi kokoh ingin mengunjungi RS dimana Robi terawat selama lima hari dan samapi sekarang masi belum sadar.

Begitu sampai, langka Gia yang tadinya berlari kini terhenti tepat didepan pintu dimana Robi mendapatkan sebuah perawatan. Menenkan gangang pintu saja membuat Gia rasanya kelu. Tangannay seoalh membeku setiap kali ingin berjumapa Robi dalma keadaan tak sadarkan diri. Serta rasa bersalhanya masi menumpuk hingga detik ini. Namun bukan Gia jika harus berhenti dan menyaksikan Robi hanya di luar ruangan.

Ganggang pintu telah terbuka pelan. Gia mendorongnya perlahan membuat seisis ruangan yang hanya ada Robi. Tidak ada siapapun, sunyi menyerinagi suasana. Gia kembali menutup pintu dan mendekatkan dirinya menuju kursi kosong berdampingan kasur pasien.

Tanpa ragu Gia menarik genggaman RObi hingga masuk kedalam sela sela jarinya dan satunya lagi mengusap punggna tangan Robi yang paling atas.

"Rob!! Kenapa si lo belum siuman juga. Lo gak bosan apa mimpi mulu. Gue mohon lo bangun, ada yang pengen gue omongin sama lo," ujar Gia dengan lemas.

Mendadak pintu terbuka. Secara otomatis Gia menoleh. Kemduaian bersamaan seseorang pira yang juga munucl dari balik pinut. Gia dapat mengingat wajah pria itu sudah tak asing lagi. Pikir Gia pria itula yang menolongnya saat kejadian tempo hari dulu.

Pria itu tersenyum menyapa lalu mendekat. Sementara Gia berdiri melepaskan genggaman tangannya dari Robi. Tatapannya penuh tanda tanya tentang pria itu.

Terimah kasih telah membca. Budayakan meninggalkan jejak ya. Jangan lupa beri vote atau kritik dan sarannya.

Enjoy..

I Love with cupu | COMPLETEDWhere stories live. Discover now