Chapter 02

3.2K 316 48
                                    

Gun memandang sosok anak kecil dengan tatapan tajam, membuat si anak kecil yang di tatap pun makin mengeratkan pelukan nya di leher sang Paman yang kini mendudukkan dirinya di sofa berhadapan dengan Gun. New menggelengkan kepala melihat sikap Gun dinilai terlalu keras terhadap anaknya sendiri.

"Berhenti bersembunyi disana dan tatap mata Papa, Nirin."

Gun memanggil nama anak perempuan tadi dengan nada memerintah, bisa Gun lihat jika Nirin menggelengkan kepala, mengindahkan ucapan sang ayah.

"Kau membuat dia takut, Gun." Ucap New mencoba menyadarkan Gun karena telah membuat anak sekecil Nirin harus ketakutan karena sikap Gun terlalu berlebihan.

Bukan kah wajar jika anak kecil mengacaukan isi rumah? Mereka masih anak-anak dan tentu saja membuat rumah berantakan adalah salah satu hal paling menyenangkan bagi mereka. Tugas orang tua hanya lah memantau serta menjaga mereka dan kalaupun sikap mereka tak bisa di tolerir lagi, seharusnya orang tua bisa menegur dan menasehati sang anak. Bukan memarahinya.

Gun menghela nafas panjang, setelah ia bisa mengontrol emosi, Gun kembali memanggil Nirin namun kali ini nada suara nya terdengar lebih lembut dari sebelumnya "Nirin, kemarilah peluk Papa."

Nirin menoleh sekilas, anak perempuan itu lalu melepaskan pelukan nya dari New dan beranjak menghampiri Gun, memeluk sang ayah dengan sangat erat seolah meminta pengampunan atas semua kesalahan yang ia perbuat.

"Papa sudah tidak marah lagi?" Nirin mendongakkan kepala menatap Gun polos dan tatapan Nirin mampu mencairkan seluruh emosi yang masih tertinggal di benak Gun.

Gun tersenyum, ia menarik badan Nirin dan mendudukkan sang anak di pangkuan nya kemudian ia mengelus surai Nirin yang berantakan dengan lembut. "Papa tidak akan marah." Ucap Gun mengecup puncak kepala Nirin, "Katakan pada Papa, kenapa Nirin mengacaukan rumah dan membuat mama kesusahan, hm?"

"Nirin tidak bermaksud begitu!" Jawab anak kecil itu cepat seraya menggeleng-gelengkan kepala pertanda bahwa apa yang dikatakan oleh Gun tidaklah benar. "Nirin ingin bermain, tapi mama tidak mau menemani Nirin."

Gun kini mengalihkan pandangannya pada sosok gadis yang duduk di sampingnya sembari sesekali merapihkan rambut nya yang masih terlihat acak-acakan. Mengerti akan arti dari tatapan sang tunangan, Cherreen menghela nafas panjang sebelum menjawab. "Aku sedang memasak saat itu, dia mengaduh kelaparan dan ingin bermain dalam waktu bersamaan. Ketika aku selesai memasak dia sudah memberantakkan seisi rumah, kau tahu? Aku bahkan harus mengejarnya kesana kemari untuk memberikannya makan."

Gun kini mengerti apa yang telah terjadi disaat dirinya tak ada di rumah, Gun bahkan tidak habis pikir kenapa Nirin dan Cherreen tak pernah akur padahal faktanya gadis itulah yang melahirkan serta merawat Nirin. Namun kedua nya tak pernah memiliki pikiran sejalan. Selalu saja Nirin dengan usil menjahili ibu nya, seolah sengaja melakukan hal itu untuk membuat sang ibu marah.

"Baiklah, Nirin sekarang pergilah ke kamar. Papa akan menyusul."

Nirin mengangguk mengiyakan ucapan ayah nya. Setelah kepergian Nirin, New pun pamit untuk pulang kerumahnya. Meninggalkan Gun dan Cherreen berdua di sana.

Gun mendekati Cherreen, mengelus rambut gadis itu perlahan, "Kau baik-baik saja sekarang?"

Cherreen berdehem sebagai jawaban dan bergerak gusar, Gun mengerutkan dahi nya heran dengan sikap tunangannya itu.

"Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?"

Cherreen menanggapi dengan anggukan, "Aku harus pergi ke Chiang Mai besok, Mae di rawat dirumah sakit dan kau pasti tahu, Pho tidak akan bisa merawat Mae karena pekerjaan yang menumpuk. Apa kau tidak masalah jika aku pergi?"

☑️ I'll Kill You, Boss!Where stories live. Discover now