40. Keduanya Hilang

57.4K 6.2K 240
                                    

———

Alaska membuka kasar pintu kamar Vano. Vano yang sedang bermain ps pun langsung bangkit dan menatap Alaska bingung.

" Ngap— "

Bughh

Vano terhuyung ketika Alaska meninju pipi nya kuat. Ia mengusap pipi nya yang terasa ngilu kemudian berbalik meninju Alaska.

" Maksud lo apaan? Dateng-dateng langsung mukulin orang. " Kata Vano kesal.

Alaska mengatur nafasnya, " Setelah lo hancurin masa depan adiknya, lo masih punya harga diri buat deketin kakaknya? "

Vano menatap Alaska sinis, " Oh lo udah tau kalo Aluna kakaknya Amanda. "

" Gue gak habis pikir sama lo! Lo kemasukan setan apa sih? Sampe berubah jadi brengsek gini?! "

" Gue gak brengsek! Gue ngelakuin hal itu ke Amanda buat ngebuktiin kalo gue cinta sama dia! " Kata Vano marah.

Alaska berdecih, " Cinta? Gue baru tau kalo cinta harus ngelakuin itu buat jadi buktinya. "

" Setelah lo ngerusak Amanda, lo gak peduli lagi ke dia. Dia kesini nangis-nangis, cerita semua ke gue dan mulai detik itu juga gue benci sama lo, van. "

" Sekarang Amanda udah gak ada, puas lo?! "

Vano bergeming. Ia tahu ia salah. Ia juga tidak tahu kenapa saat itu ia bisa hilang kontrol dan merenggut kesucian Amanda.

Alaska melangkah keluar kamar, namun sebelum itu ia menoleh sekilas ke arah Vano,

" Amanda hamil anak lo. "

———
Aluna menopang dagu, tatapannya menuju halaman novel yang kemarin Alaska belikan. Dengan hanya ditemani teh kotak dingin, ia betah menghabiskan waktu istirahatnya di kelas.

" Lo gak laper, lun? " Tanya Keyla yang baru kembali dari kantin bersama Rega.

" Udah kenyang baca buku. " Jawab Aluna sekenanya. Ia lalu melirik sekitar, hanya ada Iqbal, Rangga dan Rega.

" Alaska kemana? " Tanya Aluna, membuat ketiga cowok itu saling pandang.

" Balik duluan. " Jawab Rangga tanpa menatap wajah Aluna.

" Tumben, biasanya dia rajin kalo masalah sekolah. " Kata Aluna pelan.

Ia lalu menutup novelnya lalu berdiri, " Gue ke kelas Vano dulu ya. "

Hari ini sepi. Tidak ada Alaska dan sejak kemarin Vano seakan menjauhinya.

" Ray, ada Vano? " Tanya Aluna ke Raya yang baru keluar dari IPA 3.

Raya melongok ke dalam kelas, " Gak masuk, dari pagi gak ada. "

Tatapan Aluna berubah, " Oh oke, thanks. "

Dengan berat hati, ia melangkah kembali menuju kelasnya. Langsung menelungkup kan kepalanya ke atas meja, tidak menghiraukan tatapan bingung Keyla dan yang lain.

Hari ini, tidak ada sosok dingin Alaska ataupun sosok hangat Vano. Mereka sama-sama tidak masuk, membuat Aluna sedikit merasa sedih.

" Lun, adek lo namanya Amanda Katerina? "

Aluna mengangguk lemas sebagai jawaban. Dan anggukan itu membuat Iqbal, Rangga dan Rega membuang nafas kasar, terungkap sudah semua.

Dilihat dari sikapnya sejauh ini, bisa disimpulkan Aluna tidak tahu jika penyebab Amanda bunuh diri adalah karena Vano.

Entah apa yang akan terjadi jika suatu saat Aluna mengetahuinya.

———
" Ja, capek. "

Aluna yang baru pulang sekolah langsung mengeluh kepada Raja yang sedang memakan kukis buatannya.

" Ngapwa twuh mukwa, kuswut bwat dah kek pantwat pwanci. "

Aluna mendengus, " Kalo gue pantat panci lo apaan? Pantat wajan? "

Raja terkekeh, lalu ikut duduk di sebelah Aluna, " Ngapa? "

" Semua ngejauhin gue. "

" Siapa? "

" Alaska dan Vano. "

Raja mengusap rambut panjang Aluna, " Mungkin mereka udah capek berjuang buat lo? "

" Lah kok gitu? " Cicit Aluna.

" Masa mereka harus berjuang sedangkan lo bodo amat an? Mereka juga punya hati, lun. Ada saatnya mereka berhenti karena perjuangan mereka tidak pernah dianggap. " Jelas Raja dengan bahasa se puitis mungkin.

" Tapi gue nganggep perjuangan mereka kok. " Bantah Aluna.

" Lo memang nganggep perjuangan mereka. Cuma, lo terlalu gak peka. Hari ini lo jalan sama Vano, besoknya sama Alaska, lo kira mereka gak sakit hati? "

Aluna menunduk lalu berkata pelan, " Mereka kan kakak adek. "

" Dah tau. "

Aluna melotot, " Kok gak bilang?! "

" Kalo gue bilang, lo mau apa? "

" Ribet banget sih. " Gerutu Aluna kesal.

Sebelum Aluna bangkit, Raja mencegahnya, " Jangan gantungin perasaan orang. "

" Gue gak gantungin siapa-siapa! Malah si Vano yang gantungin gue! " Sentak Aluna.

Raja tersenyum, " Udah sadar kalo selama ini digantungin? Buat apa lo setia sama dia, kalo dia nya gak ngasih kepastian ke lo. Buang-buang waktu. "

Aluna diam, mencerna ucapan Raja yang sepenuhnya benar.

Ia harus segera mengambil keputusan.

———
" Gimana dia di sekolah? " Tanya Alaska kepada tiga temannya.

" Yagitu. " Jawab Iqbal cuek.

" Aluna jadi lebih sering diem, gue yakin dia ngerasa kehilangan gak ketemu lo hampir seminggu. " Sahut Rega.

Memang sudah seminggu Alaska tidak masuk sekolah. Ia hanya ingin menghindari Aluna untuk sementara.

" Buat apa lo ngehindar dari Aluna? " Tanya Rangga.

Alaska menghela nafas, " Gue gak sanggup ngeliat dia, bawaannya keinget Amanda. Gue juga gak bisa ngebayangin betapa hancurnya Aluna kalo dia tahu adiknya udah dirusak oleh orang yang dia sayang. "

" Dia pasti bakal benci Vano. "

" Bagus dong kalo dia benci sama Vano, lo jadi bisa gebet dia. " Ucap Iqbal.

" Bukan tipe gue. " Jawab Alaska datar. Ia mengetuk-ngetuk pulpen nya ke meja sembari berpikir.

" Pas gue ngeliat foto mereka bertiga, kenapa mereka keliatan akrab banget? Bukannya Amanda cuma kenal Vano gara-gara gue kenalin? " Tanya Alaska, membuat ketiga temannya menggeleng tak tahu.

" Engh, ka. Kalo sebenernya Vano cinta sama Amanda, perasaan dia ke Aluna sebenarnya gimana? "

T.B.C ❤️



Alaluna [Completed]Where stories live. Discover now