Dvn|09

26K 1.6K 6
                                    

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen

***

Apapun yang sedang kita hadapi
harus tetap bersyukur.
Toh, kedepannya gaada tahu nasib selanjutnya.

~DavinaAzarranie
***

Davina menatap layar ponselnya kosong. Tak tau apa yang akan ia kerjakan. Sungguh hidupnya sangat bosan dan hampa. Rasanya ingin pergi sejauh mungkin dari dunia ini, karena kembali lagi, tak ada satupun orang yang menyayangi dirinya.
Kecuali, dirinya sendiri.


Davina menyimpan benda pipih nan canggih itu dalam saku celananya. Kali ini ia hanya menatap kosong jalanan yang sedang padat oleh kendaraan bermotor yang sedang menunggu giliran untuk menjalankan mesin mereka masing-masing. Suasana hiruk pikuk kota saat sore hari sangat membuat Davina merasa sendiri. Terlebih lagi saat ia melihat papa-nya sedang menyetir mobilnya menuju kediaman yang sudah seperti neraka. Mobil itu berjalan melintasi Davina tanpa menghiraukan gadis itu yang sedang berjalan sendiri seperti orang gila yang sedang mencari makan.

Semua keluarganya tidak peduli pada diri gadis yang selama ini sudah disakiti, dicaci maki, disuruh ana ini. Semua itu dilalui Davina dengan penuh suka cita dan hanya berpasrah diri kepada Allah swt.

Davina. Ia masih terus berjalan menuju kediamannya, ia sedang berusaha mencari kerja sampingan untuk membiayai kebutuhan hidupnya selama satu bulan ke depan. Orang yang sangat ia sayangi sudah lepas tangan kalau uang saku Davina habis di tengah bulan. Bagaimana tidak habis, uang tersebut hanya berjumlah kecil dan hanya bisa membiayai jajannya selama setengah bulan. Namun, kali ini usaha Davina belum membuahkan hasil, ia masih belum menemukan pekerjaan.

Davina berjalan dengan sangat pelan sambil menikmati senja yang perlahan mulai berganti malam dan meratapi nasibnya yang bisa dikatakan kurang baik. Dia berucap dalam hati supaya diberikan kesehatan.

"Vina? Mau bareng gak?" Raffa menghantikan mobilnya dan hal itu membuat Davina terkejut bukan main. Hampir saja dia menjatuhkan benda pipih nan canggih yang ada di pegangannya. Namun, karena mengetahui suara berat itu milik siapa, dia langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku seragamnya dan secara otomatis menolehkan kepalanya ke sumber suara berasal.

"Lo bisa gak usah ngagetin Fa?" tanya Davina dengan nada sakartis.

"Wes, galak amat lo Vin, biasa aja kali," balas Raffa sambil menurunkan kacamata hitam yang bertengger manis dihidung mancung nan runcing miliknya.

"So? Udah ah Fa, gue mau pulang," ucap Davina yang kali ini dengan nada yang santuy.

"Gak mau nebeng gue?" tanya Raffa lagi.

"Emang boleh? Lo gak keberatan?" bukannya menjawab Davina malah kembali melemparkan pertanyaan kepada cowok ganteng itu.

"Apa sih yang enggak buat cewek cantik kayak lo," gombal Raffa pada Davina.

"Gak usah gombal, gak mempan," balas Davina yang sudah tidak bisa di suap dengan gombalan maut Raffa.

"Santai aja kali Vin, kayak baru temenan ama gue aja," ujar Raffa pada Davina yang masih berdiri di luar kaca jendela.

"Emang baru 'kan," seru Davina pada Raffa.

"jadi naik gak nih?" tanya Davina pada Raffa yang belum mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil.

"Eh, iya iya. Silahkan tuan putri," balas Raffa yang baru ingat bahawa Davina sudah menunggu untuk di syruh masuk.

"Gombal mulu dah Fa," ujar Davina yang sekarang sudah duduk manis di kursi penumpang.

DAVINA [Udah Terbit]Where stories live. Discover now