Part 15

719 116 7
                                    

15. Mimpi

"Ck! Anak cengeng seperti dia kenapa harus jadi teman kita."

"Pantas saja orang tuanya membuang dia."

"Anak cengeng!"

"Tidak tahu diri!"

"Dasar!"

Yujin kecil hanya bisa menangis mendengar semua ejekan dari temannya. Sesekali ia meringis saat salah satu dari mereka menendangnya dan memukul kepalanya. Yujin tidak tahu apa salahnya, sampai teman-temannya membulinya seperti ini.

"Yaish!! Sudah berapa kali aku memberi peringatan kepada kalian, huh?!"

Gadis kecil dengan rambut lurus tergerai datang dan langsung berdiri di hadapan Yujin. Matanya menatap tajam semua anak laki-laki yang tadinya membuli Yujin.

"Yang ini jadi pahlawan kesiangan. Urusannya denganmu apa, huh?!" timpal anak paling besar itu tak mau kalah.

"Kau!" Minju menunjuk anak itu dengan tatapan membara. Kemudian memberi gestur tubuh ingin memukul.

"Jangan marah-marah seperti itu."

"Apa urusanmu?!" Ia berjalan beberapa langkah ke depan sambil berkacak pinggang. "Kalian pergi dari sini atau babak belur di sini?"

Semua anak laki-laki itu bergidik ngeri. Mereka bergegas meninggalkan Minju dan Yujin. Tidak mungkin mereka ingin babak belur lagi karena Minju yang selalu memukulnya saat membuli Yujin. Cukup kemarin jadi hari mengerikan mereka yang terakhir.

Selepas kepergian kelima anak tadi, Minju langsung menoleh ke arah Yujin. Ia membuang nafas panjang, lalu mendengus kesal melihat Yujin kembali menangis. Jujur saja, sebenarnya Minju malas membantu anak itu. Tapi ia merasa kasihan melihat Yujin dibuli seperti tadi. Dan, alhasil mau tak mau Minju menolongnya.

Hah... sudah berkali-kali Minju menolong Yujin. Tapi Yujin sama sekali tidak memberinya balasan atau apapun untuk mengucapkan terimakasih. Bukankah Minju terlalu baik hati kepadanya?

"Ah! Kenapa kau diam saja saat dibuli?! Kau itu laki-laki, seharusnya kau berani melawan mereka yang menjatuhkan harga dirimu!" Minju berkacak pinggang. Menatap Yujin kesal sekesal mungkin.

"Maaf."

"Sudahlah! Terkadang aku menyesal sudah bertemu denganmu. Sungguh!" ujarnya ketus. Kemudian berjalan pergi dari sana.

Yujin yang mendengar itu langsung mendelik. Entah kenapa ia tidak suka mendengar ucapan Minju barusan.

"Aish! Kita bertemu karena takdir. Kenapa kau harus menyesal bertemu denganku?"

Minju langsung menutup mulut Yujin dengan cepat. Matanya melotot sampai terlihat ingin keluar dari tempatnya.

"Dan aku benci takdir. Kau sama sekali tidak memberiku imbalan untuk mengucapkan terimakasih." Langsung mempoutkan bibirnya.

Anak kecil seperti Minju pasti akan tambah terlihat imut saat merajuk bukan? Itulah yang dipikirkan Yujin saat ini. Umurnya memang masih belum cukup untuk tahu hal itu. Tapi pemikiran Yujin sebenarnya sudah dewasa dan bijaksana. Hanya saja, nyalinya belum cukup mencapai standar orang dewasa seperti pemikirannya.

Banyak sifat istimewa yang dimiliki Yujin. Cukup sulit untuk menebaknya.

"Oh! Sepertinya aku punya sesuatu." Kata Yujin.

Minju langsung meghentikan langkahnya. Ia menatap Yujin bertanya. Sedangkan Yujin terlihat tengah mengambil sesutu dari saku celananya.

"Cha! Terimakasih sudah menolongku." Yujin kembali berucap sambil menunjukkan sebuah permen lolipop kepada Minju.

Bukannya mengambil pemberian Yujin, Minju malah melangkah kembali dengan bibir yang maju beberapa senti.

"Ck! Sama sekali tidak berkesan. Kau tahu kita sudah umur berapa sekarang? Sepuluh tahun, Yujin, dan kau tidak punya pemikiran untuk membuat perempuan terkesan kepadamu."

Tunggu, ada apa dengan ucapan Minju? Yujin tertawa keras mendengarnya. Membuat Minju langsung memutar tubuhnya untuk mengahadap Yujin lagi.

"Kenapa? Tidak ada yang lucu di sini."

Yujin kecil hanya mengedikkan kedua bahunya sambil tersenyum. Setelah itu, ia sedikit berlari menghampiri Minju. Kemudian berlutut di hadapan Minju. Berhasil membuat gadis kecil itu terkejut sampai menutup mulutnya tak percaya.

Apa Yujin menganggap ucapannya serius? Sungguh, entah kenapa hati Minju langsung berdetak tak karuan.

"Seperti ini? Aku akan melakukannya lagi besok. Tapi lain cerita."

"Mwoya?!"

Minju terbangun dari tidurnya. Mimpi apa tadi? Rasanya lebih mengerikan dari mimpi buruk dan lebih menakutkan dari mimpi horor. Bahkan tubuhnya dipenuhi oleh keringat. Minju langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Berusaha menepis ingatan masa kecilnya dulu.

Ah! Sungguh memalukan. Kenapa bisa sampai terbawa mimpi. Apa mungkin Minju terlalu memikirkannya. Ya ampun, Minju pikir dirinya sudah tidak waras lagi. Untuk apa memikirkan hal tidak penting begitu serius!

Ditengah asyiknya bergelut dengan pikiran dan perasaannya. Tiba-tiba jendela kamarnya diketuk dari luar. Membuat Minju langsung menoleh cepat. Lalu memincingkan mata. Sinar matahari terlalu silau sampai membuat penglihatannya tidak jelas.

Karena penasaran sekaligus kesal jendelanya terus diketuk. Minju akhirnya memutuskan untuk turun dari ranjangnya. Kemudian berjalan mendekati jendela kamar.

"Menganggu saja!" gerutunya sambil membuka jendela itu.

Namun, tak lama setelahnya. Minju terkejut saat melihat siapa yang mengetuk jendelanya. Reaksi terkejut yang sama saat di mimpinya kini terpancar di wajah natural Minju.

"Kita bertemu lagi." Pria itu tersenyum lebar.

♔♔♔


Tuan Kang tengah bersantai di ruang pribadinya. Ia memainkan jari jemarinya dengan cara mengetuk meja yang didesain khusus untuknya. Di depannya ada Hyewon dan dua pria bertopi hitam.

"Tuan, misi kita bisa gagal jika kita tidak menyingkirkannya terlebih dulu." Ujar pria tinggi.

Tuan Kang berdiri dari kursi kebesarannya. Ia berjalan mendekati pintu kaca yang langsung memperlihatkan pemandangan Kota Seoul. Kota yang selalu ramai setiap harinya.

"Kau benar. Kita tidak bisa tinggal diam."

"Secepatnya kita harus menyingkirkan penghalang itu."

Kali ini Hyewon yang berucap. "Jadi, apa rencana Ayah sekarang?"

"Rencana Ayah?" kata Tuan Kang yang malah bertanya balik kepada putranya.

"Tentu membuat perusahaan Han hancur. Bukankah sejak awal itu rencana Ayah? Kalau tentang menyingkirkan tikus itu...."

Tuan Kang meletakkan tangannya di dagu. Seakan tengah berpikir keras.

"Mungkinkah aku harus mengeluarkan ibunya untuk memancingnya?"

Pria paruh baya itu langsung menyeringai.

























TBC~~
Mungkin cukup itu aja ya momen Yujin&Minju kecil. Ngomong-ngomong, gue mau buat cerita baru:')

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang