-Part 35-

7K 250 4
                                    

Stella tak menyangka jika pria seperti Vernon memiliki traumatic yang begitu dalam tentang masa lalunya. Ia berpikir jika kejadian yang diceritakan Vernon tak berdampak apa-apa pada mental pria itu.

Seolah jika tampak dari luar Vernon tak pernah menyimpan sesuatu yang membuatnya trauma. Ternyata dibalik  pribadinya selalu tenang, tertutup, dan sangat misterius, siapa sangka jika ada trauma dalam dirinya.

"Jadi, apa yang bisa kita lakukan ketika aku menghabiskan waktuku disini?," tanya Stella dengan menatap Vernon hangat.

"Aku tidak tau, tapi kau bisa melakukan apapun disini, apa kau tidak ingin sarapan terlebih dahulu?"

"Emmmm, sejujurnya aku tidak selera untuk memakan burger itu, bagaimana jika aku masakkan sesuatu untukmu?,"

"Kau yang jadi tamu disini tetapi kau yang memasak," Vernon terkekeh.

"Tapi okay kalau itu maumu, baru-baru ini pelayanku mengisi barang dikulkas, mungkin kau bisa menggunakannya," lanjutnya.

Stella kemudian beranjak dari tempatnya menuju dapur apartemen. Ia membuka pintu kulkas besar dihadapannya.

Betapa terkejutnya Stella melihat isi kulkas milik Vernon. Kulkas itu penuh dengan pasokan bahan makanan mentah hingga makanan yang siap dihidangkan hanya dengan sekali dipanaskan.

Stella masih terperangah tak percaya. Jika isi kulkas seperti ini miliknya, ini merupakan pasokan kebutuhan makanannya selama 1 bulan.

"Mari kubantu, kupikir makan daging dipagi hari tak masalah," Vernon mendekat pada Stella, dan mengeluarkan beberapa potongan daging sapi mentah.

"Kau bisa masak?," tanya Stella pada Vernon disebelahnya.

Vernon menoleh dengan sedikit menunduk karena perbedaan tinggi kedua orang tersebut. "Aku tidak yakin, tapi aku adalah orang yang mudah bisa," ujar Vernon dengan sedikit sombong.

Stella hanya tersenyum hambar. Perhatiannya merasa teralihkan ketika ponselnya berbunyi. Tertera nama Lenard disana.

"Kau potong daging ini dulu, aku akan mengangkat telpon," Stella kemudian sedikit menjauh.

"Halo?,"

"Apa kau masih bersama Vernon?,"

"Tentu, memang ada apa? Kau ingin berbicara dengannya?,"

"Tidak usah, apa yang ia lakukan hingga ponselnya tak bisa dihubungi?!," ujar Lenard geram.

Stella tertawa. "Ia sedang memasak," Vernon mengalihkan perhatiannya ketika ia merasa jika Stella membicarakan tentang dirinya.

"Memasak?! Dia bisa memasak?, dia tak pernah mau dan tak pernah melakukannya," Lenard sedikit terkejut dan tak percaya.

"Tapi sekarang dia mau melakukannya,"

"Huh mustahil, baiklah. Katakan padanya aku mengiriminya pesan email, aku mohon suruh dia membukanya, dan satu lagi tolong hidupkan ponselnya," cerocos Lenard.

"Baiklah," Stella mematikan ponselnya.

Stella kemudian berlalu menghampiri Vernon. "Sahabatmu tiba-tiba menjadi cerewet. Ia memintamu untuk membuka email, dan satu lagi hidupkan ponselmu,"

Vernon menghela napas dan langsung menghentikan kegiatannya. Vernon langsung pergi menuju kamarnya untuk mengecek emailnya.

Setelah tiba dikamarnya ia kemudian langsung membuka laptopnya.

Message from: hackerblclynrd@gmail.com
Mobil yang mengejarmu itu adalah mobil milik Barton yang dikemudikan oleh Diego yang berasal dari Illinois. Untuk alasan kenapa mobil ini berasal dari sana aku tidak tahu. Berarti memang benar jika 2 klan antara Lucio dan Curcio sedang bekerja sama untuk menghancurkan Klan Gunslingers. Untuk saat ini aku masih belum bisa mengetahui dimana titik kordinat tempat  Barton berada. Aku cukup kesulitan memecahkan kodenya. Kita harus bergerak cepat Vernon. Merencanakan strategi segera mungkin. Bagaimana menurutmu? Apa yang kau pikirkan?. Oh ya berhati-hatilah menutupi semuanya pada Stella, ia mulai mencari tahu siapa dirimu sebenarnya.

A Man From HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang