18.

3.1K 404 24
                                    


Berhubung tangan author dah mendingan, malam ini bisa up sedikit.

.

.

.

Happy reading, good eader

.

.

"Pergilah dulu Tae"

"Ibu.."

.

.

.

.

Hati Taehyung hancur seketika. Meskipun kata-kata sang ibu terdengar biasa, namun bagi Taehyung terasa menyakitkan. Ditambah lagi sikap dingin nan acuh sang ayah menambah rasa sakitnya menjadi lebih.

Dia sudah bersusah payah menuju rumah sakit. Berlari sepert orang kesetanan dan tak menghiraukan tatapan setiap orang yang menegurnya. Bahkan tanpa sadar, dia berlari ke rumah sakit tanpa alas kaki. Bisa dipastikan kakinya sudah lecet dan begitu nyeri saat ini.

Tapi entah mengapa rasa sakit di kakinya sama sekali tak bisa ia rasakan. Justru rasa sakit dihatinya lebih dari itu. Seperti dihujam pisau berkali-kali.

Dengan rasa sesak didadanya, Taehyung berjalan keluar dari kamar rawat hyungnya. Terasa berat meninggalkan sang hyung yang terlihat begitu pucat itu. Ditutupnya pintu kamar itu perlahan.

Tubuh Taehyung merosot begitu saja bersadar di pintu rawat hyungnya dengan perasaan sedih, marah, semua perasaan yang ia rasakan tercampur aduk dengan sempurna. Menenggelamkan seluruh kepalanya pada lipatan kedua lengannya.

"Hiks.. Hiks.."

Taehyung menangis. Untuk kesekian kalinya ia menangis karena keluarganya. Menangis karena rasa sakit dan bukan sebaliknya.

"Namjoon hyung.. hiks.. ayah...hiks.. Ibu.." Tangisan itu terdengar memilukan untuk didengar.

Taehyung sudah tak tahu harus berbuat seperti apa lagi untuk membahagiakan keluarganya. Semakin hari semakin terasa menyakitkan baginya. Taehyung ingin menyerah sekarang juga. Taehyung menyerah. Jika ini yang Ayah ibunya inginkan, Taehyung ajkan dengan senang hati mengabulkannya.

Taehyung segera beranjak dari duduknya. Dengan sorot matanya yang sudah tak sehangat dulu, Taehyung dengan perlahan berjalan menyusuri koridor rumah sakit itu. Tatapan setiap orang yang melihat keadaan kacaunya merasa iba. Ditambah lagi kakinya yang lecet sudah mulai berdarah entah sejak kapan. Setiap langkah yang ia ambil membekas darah segar di lantai.

"Nak, apa kau baik-baik saja? Kakimu berdarah" Seorang dokter menghentikannya segera. Taehyung tak menghiraukan dokter muda itu dan terus berjalan keluar.

.

.

*BRAKK

"Telepon ambulan segera. Hei nak, kau baik-baik saja. Bertahanlah, jangan sampai tertidur" 

Suara sirine ambulan memekakkan telinga di sepanjang jalan di malam itu. Terjadi kecelakaan yang tak bisa terhindarkan antara mobil dan mobil pengantar bunga yang mengakibatkan seorang pemuda menjadi korbannya.

Suara brangkar memenuhi sepanjang koridor rumah sakit. Dengan tergesa-gesa seorang pemuda itu dibawa menuju ruang operasi.

"Ya tuhan, selamatkan anak itu. Aku siap menanggung apapun resikonya" Seorang lelaki paruh baya itu terus saja memanjatkan doanya untuk pemuda yang ia coba selamatkan itu. Mengingat itu juga adalah kelalaiannya yang mengendarai mobil pengantar bunga dengan tak hati-hati.

Selama lebih dari 2 jam ruang operasi itu belum  juga terbuka. Lelaki paruh baya itu masih dengan setia menunggu.

"Ayah.." seorang pemuda yang memanggilnya ayah menghampirinya.

"Hoseok.." Lelaki paruh baya itu merengkuh pemuda yang dirasa adalah anaknya.

"Masih belum selesai?" 

"Belum Hoseok-ah. Ayah benar-benar khawatir."

"Tenang yah, semua akan baik-baik saja. Untuk masalah kecelakaan tadi, sudah aku selesaikan. Sekarang kita fokus pada operasinya"

.

.

.

"Semoga saja"

I want (Complete)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin