[1] Asisten Laknat

3.1K 345 312
                                    

Kai berjalan terhuyung ke arahku Sabtu dini hari selepas konser. Sebagai asisten pribadi yang baik—meski mengantuk setengah mati menunggu selesai konser dan fans meeting, aku berusaha tetap profesional dengan menanyai idol yang kuasisteni.

"Lo kenapa, Kai?"

Dia tidak menjawab. Hanya mengendurkan kostum dan sepatu yang dikenakannya.

"Minum ya, lo?"

Dia mendelik, lalu menggeleng. "Lo bisa bedain mana orang pusing sama mabok nggak?" Sahutnya sedikit ketus. Pasti bete melanda. Sudah capek, pakai ditanya-tanya. Lihat saja bibirnya yang manyun itu. Nggak ding, pada dasarnya memang bibirnya manyun begitu.

"Ya terus lo kenapa?" Aku menarik baju ganti dari koper dan menyerahkan padanya. "Asisten make up wardrobe lo udah balik. Make up lo harus banget gue yang bersihin?" Tanganku menuang micelar water ke kapas. "Bersihin sendiri nggak bisa apa? Gue kan, digaji bukan buat ini. Huh. Harusnya gaji gue ditambah," keluhku.

"Lo tuh, orang capek bukannya care sebagai asisten malah ngomel." Kai sudah mengganti kostum panggungnya dengan kaos katun lembut yang kuberikan. Ya iyalah gantinya cepat. Orang tadi dia cuma pakai jas sebagai luaran, dalamnya nggak pakai kemeja. Kaos yang kini dipakainya dengan cepat berubah lembab dan menempel di badannya yang penuh keringat.

"Gue tadi kan, udah tanya lo kenapa. Lo diem aja," geramku sambil menotol-notol wajahnya yang berlapis make up. Gila ya, aku saja yang cewek malas kalau pakai make up setebal ini. Aku penggemar berat skincare, tapi make up? Kalau nggak kepaksa mending nggak usah pakai. "Sekarang gue curcol, lo ngomel."

"Meriang. Enter wind nih, kayaknya."

"Enter wind, pala lo." Aku bersungut-sungut. Sebenarnya aku yang memberi istilah enter wind karena tidak tahu bagaimana menerjemahkan masuk angin dalam Bahasa Inggris apalagi ke Korea. Kalau Kai sudah pakai istilah itu, aku yang paling malas karena itu berarti aku harus bertugas. "Disuruh tampil dengan baju ngebuka ke mana-mana lagi?"

"Hmm..." Kai bergumam tak jelas. "Besok-besok gue mau makan junkfood segentong deh, biar buncitan dikit jadi badan gue nggak mesti diekspose ke mana-mana."

Percuma deh, dia mau makan junkfood segentong kalau habis makan harus latihan koreo berjam-jam, ditambah lagi fitness sama nge-gym.

"Atau lo masakin bebek kayak kemarin deh. Gue bisa makan nasi satu rice cooker sendiri. Jangan dibagi lagi sama anak-anak kayak kemarin."

Aku memutar bola mata sambil bangkit dari sofa sementara Kai sudah tergeletak dengan kepala menyandar ke lengan kursi yang lain.
"Mau ke mana lo?" Teriaknya sambil berusaha menjangkau lenganku.

"Ogah gue ngerokin elo. Jobdesk gue udah berlebih hari ini. Gue mau minta tolong Chanyeol atau Sehun biar ngerokin elo."

"Asisten laknat!" Kai mengomel. Dia memang yang paling shortest temper dibanding member yang lain. Sikapnya juga kadang kekanak-kanakan melebihi Sehun yang jadi maknae grup.

"Laknat-laknat begini, kalau gue minggat, lo bisa sekarat." Aku menjulurkan lidah. "Dengar ya, Kai. Gue di-hire sebagai asisten lo dengan job desk tukang ngerokin. Itu speciality gue."

Iya kalian nggak salah baca. Aku memang direkrut untuk menjadi tukang kerokan dia. Gimana cerita awalnya? Nanti deh, kuceritakan.

"Dengan gaji yang nggak seberapa dibandingkan dengan asisten lain, gue masih aja lo suruh-suruh masakin Bebek Madura-lah,"

Kai aslinya suka roasted duck. Nanti aku ceritakan di part tersendiri bagaimana dia bisa tergila-gila sama Bebek Madura.

"Bersihin make up lo, nyiapin baju lo, dengerin lo ngomel, dan lain-lain dan lain-lain." Aku melipat tangan. "Jadi, jangan salahin gue dong kalau gue malah nggak ngerjain tugas utama gue."

Kai mulai ngamuk dengan melempar jas bekas manggungnya padaku. Bibirnya yang memang sudah manyun jadi tambah manyun. Sebagai asisten harusnya aku takut, tapi bodo amat. Dia tidak mungkin memecatku. Cuma aku yang bisa diandalkan urusan nggak enak badan yang dialaminya setiap habis manggung. Di seluruh pelosok Korea Selatan, cuma aku yang dengan lancangnya ngerokin cowok asing yang masuk angin, yang ternyata dia itu idol.

Ya, cuma aku yang bisa memperkenalkan kearifan lokal 'kerokan' pada seorang idol. Di Indonesia tukang kerokan banyak, tapi ini Korea Selatan. Aku mungkin cuma asisten abal-abal, tapi aku yang paling tidak tergantikan.

oOo

Aya's Note
Pendek-pendek aja part-nya. Namanya juga slice of life.
Coba tunjuk tangan yang biasnya Kai!
Aku bukan fans KPop mana pun, lagi iseng aja. Jadi, coba bisikin jenis-jenis kehaluan kalian sama idol. Kali aja menginspirasi aku buat lanjut part.
Komen!

Love,
Aya

Love Shot ObsessionWhere stories live. Discover now