5. Nyonya Morgan yang Baru

3.7K 458 9
                                    

"Alesha, kenalin, ini Nyonya Besar keluarga Morgan."
5
Alesha mengamati wanita itu. Wajahnya masih segar dengan senyum manis yang tak pernah luntur tersungging di bibirnya yang berwarna merah karena lipbalm. Dari wajahnya dapat dilihat kalau wanita itu sangat ramah.

"Hai, perkenalkan aku Vania. Kau pacarnya Bayu, kan? Jangan sungkan-sungkan padaku, ya!"
"Ma...." Ucap Bayu memperingatkan, bahkan ia sudah membuka mulut namun cepat-cepat Alesha memberi kode pada cowok itu bahwa jangan mengatakan apapun tentang nya. Bayu pasrah, dia pun memilih untuk berlalu menuju ruang makan.
"Anak itu benar-benar!" Gerutu Vania dengan wajah tak senang menatap kepergian Bayu. Ia kembali tersenyum cerah pada Alesha yang sudah mengeluarkan buah-buahan dari tempat yang sempat ditunjukkan oleh Bayu tadi. Tak disangka, di dalam ruangan tadi terasa dingin seperti musim Salju di New York.
"Eh, tak usah repot-repot. Biarkan bibi yang membuatnya untuk kalian. Kau sebaiknya temani Bayu saja di ruang makan," ucap Vania yang langsung mengambil alih pekerjaan Alesha yang sedang mengupas apel. Alesha mengangguk saja lalu berjalan menuju ruang makan yang disana ada Bayu yang sibuk dengan ponselnya.
"Jadi... Yang itu tadi emak lo?"
Bayu mengangguk. "Gimana? Cantik, kan? Selena Gomez aja lewat!"
Alesha mengangguk setuju dan memilih untuk tak menjawab pernyataan terakhir yang dilontarkan Bayu. "Dia cantik, sopan lagi. Jauh banget, gak kayak situ," sindirnya sinis.
Bayu mengedikkan bahunya dengan acuh. "I don't care about that. Terus kenapa lo gak bilang ke Mama kalo lo anak kandungnya Papa?"
"Nanti Dad bakal ngenalin kami, kok. Lo tenang aja."
"Ha, lucu juga, gue manggil mereka 'Mama-Papa' nah, elu manggilnya 'dad-mom', beda emang anak lokal sama anak selundupan."
Alesha menatapnya garang. "Gue bakal—"
"Seru banget kayaknya. Pada ngomongin apa, sih?" Vania memasuki ruang makan dengan nampan dikedua tangannya, berisikan tiga gelas jus apel diatasnya. Ia memilih untuk duduk di samping Alesha yang bersebrangan dengan Bayu.
"Alesha mau nginap disini, ma. Boleh nggak?"
"Oh, jadi namanya Alesha, ya?" Vania kembali tersenyum hangat. "Alesha ... Nama siapa, ya? Rasanya mama pernah dengar nama Alesha," sambung Vania sambil menatap lelangitan mansion, berpikir keras untuk mengingat nama itu.
"Jadi gimana, ma? Alesha boleh nginap, nggak?" Ucap Bayu untuk kedua kalinya sekaligus memecahkan pikiran Vania tentang Alesha. Ah, Bayu baru ingat. Ben pernah menceritakan pada mereka tentang putrinya yang tinggal di Manhattan, setahun sebelum Ben dan Vania menikah. Sudah lama sekali, namun Vania masih mengingatnya walau sedikit.
"Kamu ngomong apa sih, Bayu!" Vania menatapnya kejam. "Jelas boleh, lah. Gitu aja minta izin. Lagian mama pengen banget punya anak cewek. Tau-taunya malah dapat anak cowok pencicilan!"
Alesha tertawa. "Ha, Tante bener banget. Bayu mah pencicilan banget sampe aku pengen giles mukanya pake papan cucian!"
Vania ikut tertawa. Ia menunjuk-nunjuk putranya. "Kalah, kamu. Mama udah punya sekutu buat ngelawan gendoruwo kayak kamu!"
"Heh, Alesha. Lo membelot apa gimana? Lo temen gue, bukan temen emak gue!"
Vania menatap keduanya dengan alis yang naik-turun. "Temen apa temen?"

"Dih!" Alesha menatap Bayu seolah jijik. "Siapa yang mau jadi temen gendoruwo!"

•••••

Tak terasa, jam makan malam hampir tiba. Di dapur, Vania sibuk membuat kue dibantu Alesha yang kurang paham. Wajar saja, Clara tak pernah mengajarinya memasak selama ini karena wanita itu memang tak bisa memasak. Berbeda dengan Vania, wanita yang satu ini jauh lebih terampil dan entah kenapa, Alesha lebih nyaman bersamanya dibandingkan dengan Clara.

Bayu menatap keduanya dengan malas. Vania masih segar seperti siang tadi. Namun Alesha ... Cewek itu sudah penuh dengan belepotan tepung di pakaian bahkan juga di rambut cokelat nya.

Ting!

Bunyi oven mengalihkan perhatian dua perempuan yang sibuk mengobrol. Alesha cepat-cepat memakai sarung tangan khususnya dan mengambil kue brownies coklat berisi coklat lumer. Saat oven dibuka, harum coklat langsung menyeruak ke seisi dapur. Bayu bahkan mengalihkan pandangannya dari ponsel karena harum yang membuat perutnya ingin menyicipi kue kesukaan Vania itu.

PRETTY BOY✓Where stories live. Discover now