6

1.4K 147 15
                                    

Ps. Naruto hanya milik Masashi Kishimoto


Sudah 15 menit Naruto berguling-guling di ranjang dengan telepon genggam di tangannya. Sudah 15 menit pula dia hanya mengetik pesan tanpa mengirimnya.

Ya. Dia bertukar nomor handphone dengan Sasuke.

Sasuke mengatakan Naruto bisa menghubunginya jika Karin mengganggu lagi. Hell, insiden antara dirinya dengan Karin menyebar begitu cepat seperti asap. Mungkin seharusnya dia diam saja sejak awal. Sekarang semua orang seakan-akan menunjuk Karin sebagai tersangka utama. Setidaknya seperti itu kata Sakura saat meneleponnya satu jam yang lalu.

Suara pintu kamarnya yang diketuk mengalihkannya dari layar handphone.

Kushina memasuki kamar Naruto, meletakkan susu hangat di atas nakas, dan duduk di tepian ranjang sambil memandangi putrinya. "Bagaimana harimu?"

Naruto menghambur ke dalam pelukan ibunya, mencium pipi wanita kesayangannya itu, "Sangat menyenangkan" Mari kita lewati bagian tentang Karin, maka semua akan baik-baik saja. Ibunya tidak perlu tahu.

Kushina menangkup wajah Naruto kemudian mencium dahinya sebelum menidurkannya di pangkuannya. "Hari ini kau pulang mengenakan pakaian siapa?" Kushina bertanya dengan nada yang mengalun lembut, tangannya tak lupa mengusap pucuk kepala putrinya.

"Sakura"

"Terjadi sesuatu? Ku perhatikan beberapa hari ini kau pulang dengan wajah yang jelek" Kushina terkekeh sebentar, dia tahu saat ini putrinya sedang mencebikkan bibir tidak suka, "Ah, hari ini adalah pengecualian. Apa karena putra Mikoto?"

Naruto menggigit bagian dalam pipinya. Apa dia harus menjawab semua pertanyaan Kushina?

"Mau bercerita?" Tawar Kushina.

Naruto mendudukkan dirinya berhadapan dengan Kushina, mengambil bantal untuk dia peluk, "Ibu janji tak akan marah?"

Senyum Kushina meneduhkan hati Naruto. Gadis itu menceritakan semuanya dari awal, tentang Karin. Hingga bagaimana dia berakhir memakai baju Sakura.

Kushina hanya menghela napasnya. "Kau menyesal melakukannya pada Karin?" Naruto mengangguk cepat. "Kalau begitu minta maaf padanya besok. Minta maaf tidak akan pernah membuatmu kalah"

Naruto kembali mengangguk, menunjukkan cengirannya kepada Kushina. Seharusnya dia menceritakannya sejak awal. Bercerita dengan Kushina selalu menenangkan hatinya.

Kushina dengan cepat mengubah eskpresinya menjadi masam, "Berapa kali ku bilang untuk berhenti mengumpat saat marah?"

Naruto memegang tengkuknya canggung, tidak berani menatap ibunya. Ibunya kembali pada mode cerewet menyebalkan. "Terjadi begitu saja, maafkan aku"

Kushina menggelengkan kepala, kebiasaannya saat remaja menurun pada Naruto.

"Lalu..." Naruto kembali menatap Kushina, "Bagaimana dengan dia?" Kushina menaikturunkan alisnya.

Astaga. Ibunya selalu ingin tahu tentang kehidupan cintanya.

***

Kushina sudah keluar dari kamarnya sejak 10 menit yang lalu. Naruto kembali pada handpone-nya. Hanya ucapan selamat malam, mungkin dia akan mengirimkannya kepada Sasuke. Dia sudah memikirkannya berkali-kali.

Naruto baru saja akan menekan tombol kirim saat notifikasi pesan singkat masuk.

Selamat tidur.

Itu dari Sasuke. Naruto membelalakkan matanya, menenggelamkan wajahnya di bantal dan berteriak gemas.

Sementara itu, di tempat tidurnya, Sasuke merebahkan diri sambil menutup kedua matanya menggunakan lengannya, "Aku mungkin sudah gila" gumamnya.

Our September Story [Book-1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang