16

1.9K 207 122
                                    

Ps. Naruto hanya milik Masashi Kishimoto






"Apa yang kau pikirkan?"

Naruto tersentak dalam lamunannya. Saat menoleh pada Sakura, gadis pirang itu menyunggingkan sedikit senyuman. Tak ada yang benar-benar ia pikirkan, hanya sesuatu yang entah apa membuat perasaannya tak nyaman. Apa Naruto meninggalkan sesuatu di rumah?

"Ada apa, Naruto? Tugasmu tertinggal?"

Naruto memeriksa isi tasnya, semuanya lengkap. Dirinya bahkan sudah membawa payung yang kerap ia lupakan. Naruto menarik napas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. Mungkin dirinya masih belum siap dengan kepindahan ibunya ke Uzu beberapa hari lagi.

Sekali lagi Naruto tersenyum kepada Sakura, mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja. Perlahan Naruto menyandarkan kepalanya ke bahu Sakura. Sekitar lima belas menit lagi hingga bis yang mereka tumpangi akan sampai di halte universitas.

"Hanya masih mengantuk. Biarkan aku tidur sebentar, oke?"

Sakura menggumam. Setelah menelponnya semalam suntuk untuk menceritakan harinya, Naruto mungkin tidur lewat tengah malam. Kurang puas rasanya gadis merah jambu itu memarahi Naruto karena tindakannya yang ceroboh, baik itu yang berkaitan dengan Sasuke, maupun Karin. Naruto pantas mendapatkannya.

Tapi bagaimanapun juga Naruto adalah sahabatnya. Tentu Sakura menyesal di pagi hari karena memarahi Naruto dengan kejam semalam. Sebagai permintaan maafnya, Sakura akan membiarkan Naruto terlelap di bahunya. Jangan lupakan semangkuk ramen untuk makan siang nanti, Sakura akan mentraktir Naruto hingga puas.

Meskipun matanya terasa berat, Naruto tetap tak bisa tidur. Bukan karena dirinya tengah berada di dalam kendaraan umum, Naruto tipe orang yang bisa tidur di mana saja. Pesan singkat yang diterimanya saat tengah malam berhasil mengganggunya sedemikian rupa. Haruskah Naruto benar-benar memikirkannya?

Bis berhenti tepat di depan halte universitas, Naruto dan Sakura segera turun dan segera disambut oleh Hinata dan Temari yang sepertinya sedang menunggu keduanya.

"Kau baik-baik saja, Naruto-chan?"

Naruto menoleh pada Sakura yang hanya mengangkat kedua bahunya. "Mereka juga perlu tahu"

Sudut bibir Naruto terangkat. "Tentu" sudah cukup dirinya membuat cemas ibunya, Sakura, bahkan sekarang Hinata dan Temari.

"Lepaskan jika dia menyakitimu, pirang" Temari berucap saat keempatnya berjalan membelah halaman universitas.

Semakin hari semakin banyak orang yang secara terang-terangan khawatir akan hubungannya dengan Sasuke. Tak dapat dipungkiri jika Naruto mulai terpengaruh. Belum lagi fakta mengenai Karin yang ternyata adalah mantan kekasih Sasuke. Fakta yang baru ia ketahui beberapa hari yang lalu dari Sakura.

Masih jelas di ingatannya saat Naruto pernah menyebut mantan kekasih Karin adalah pria berengsek di hadapan banyak orang saat masa orientasi. Dan sekarang, dirinya malah mengencani pria berengsek itu.  Permainan takdir kadang begitu menggelikan.

Naruto melambaikan tangannya saat dirinya dan ketiga gadis lainnya berpisah untuk menuju kelas masing-masing. Sekali lagi Naruto membuka pesan di ponselnya, membaca pesan yang diterimanya semalam. Baru saja Naruto hendak membalas, guru Iruka memasuki kelas dengan buku-buku tebal di tangannya.

Sebelum memasukkan ponselnya ke dalam tas, satu notifikasi pesan muncul di layar, dari Sasuke.

"Aku harus pulang awal dan tak bisa mengantarmu pulang hari ini."

Baguslah. Naruto memang perlu waktu untuk sendiri.

Kelas Naruto yang seharusnya berakhir di tengah hari terpaksa menjadi lebih panjang karena kelas tambahan. Orochimaru memang gemar membuat mahasiswanya kewalahan. Naruto harus menahan senyum gelinya saat melihat wajah teman-temannya yang kosong seakan kehilangan roh. Dirinya pernah mengalami hal yang lebih buruk dengan dosen bermata tajam itu. Orochimaru memang unik.

Our September Story [Book-1]Where stories live. Discover now