jeno

2.8K 512 29
                                    

     “Hai, Jaemin-ah.”

Siang itu, saat jam makan siang, Jeno mendekati meja mereka bertiga—Jaemin, Renjun, Chenle—di pojokan kafetaria.

Hampir seluruh siswa jadi mencuri-curi pandang ke arah meja itu. Maklum saja, Jeno yang baru genap satu bulan pindah ke sekolah telah sukses menyita perhatian para siswa.

Berkat tubuh sempurna dan wajah tampannya, dan tentu saja bakatnya bermain basket yang luar biasa.

Dalam satu bulan, Jeno sudah seperti pangeran sekolah dalam cerita-cerita klise novel remaja.
Mendengar suara Jeno memanggil, Jaemin segera meletakkan sendok supnya lalu tersenyum manis pada Jeno.

“Ada apa, Jeno-ya?” Jaemin berucap dengan lembut.

Jeno tersenyum lalu duduk di depan Jaemin. “Tidak apa-apa. Hanya ingin makan siang denganmu,” Ia menoleh menatap Renjun dan Chenle yang sedaritadi memperhatikan. “Tidak apa-apa kan aku bergabung?”

Chenle tersenyum lebar dengan jahil. “Tentu saja, calon pacar sahabatku,” ucapnya dengan riang. “Benarkan, Injun-ah?” Chenle menyikut rusuk Renjun dengan pelan. Sedikit heran sedari tadi pemuda Huang itu hanya membeku.

Renjun menelan salivanya kasar, mencoba menahan isakan yang akan meluncur keluar.

Tetapi, ia masih bisa untuk tersenyum.

Sebuah senyuman palsu.

“Ya, duduklah,” Renjun mengangguk. “Calon pacar sahabatku.”

Tidakkah kau mengingat diriku?

***

Sepucuk Surat Yang Tak Pernah Dikirim [Jeno x Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang