Tentang Sky, papanya, mamanya, dan Cloud.
Siapa Cloud?
Note:
Saya memutuskan buat book sendiri tentang Sky. Cerita di book One Shot tidak akan dihapus atau dipindah ke sini. Tapi semua cerita baru tentang Sky akan di upload di sini.
Matahari sudah bersinar hangat ketika aku dan papanya Sky memasak bersama di dapur. Tumben? Memang. Tadi malam kami bermain dari jam satu pagi sampai subuh. Setelahnya kami sama-sama tak bisa tidur lagi. Akhirnya kusuruh saja dia membantuku memasak sekalian.
"Sky hari ini sekolah kan, ma?" Pavel bertanya padaku yang masih menggoreng nasi. Sedangkan dia kutugaskan membuat susu untuk kami semua.
"Sekolah kok. Ini kan hari selasa." Jawabku.
"Kok belum bangun juga?"
"Coba kau cek pa. Mungkin dia sudah bangun."
Pavel tak menjawab, hanya menuruti perintahku menuju kamar si kecil Sky.
Memang aneh sih, sudah jam setengah delapan tapi Sky belum juga bangun. Biasanya dia akan bangun sendiri kalau sudah jam tujuh.
....
Pavel Pov
"Sky.." panggilku saat masuk kamar anakku yang tak pernah terkunci.
Bantal dan selimutnya masih acak-acakan. Tapi sudah tidak ada anakku di atas ranjang. Kemana dia?
"Sky.." panggilku lagi sambil menyusuri kamar bertema tokoh Iron Man ini.
Kepalaku menggeleng saat menemukan si kecil sedang goleran sambil mewarnai gambar di karpet bawah samping ranjang.
"Sky, kok papa panggil tidak menjawab?" Tanyaku me dekatinya dan mengusak rambut tebalnya, mirip Dome.
Anakku menoleh padaku. "Sky sibuk, pa."
"Sibuk? Sibuk apa?"
"Mewarnai dong. Memang papa ndak liat?"
Savage memang anakku ini. Gen punya Dome benar-benar mengalir sempurna.
"Iya, tapi besok lagi kalau dipanggil itu jawab ya sayang. Apa susahnya jawab sih??"
Perkataanku tak digubris. Dia malah kembali fokus pada krayon dan gambar di hadapannya.
"Sky, sudah siang lho. Sky tak mau mandi? Nanti telat sekolahnya."
Gerakannya memoles warna berhenti. Menoleh padaku dan memandang dengan muka sayu. Kenapa lagi anak ini?
"Pa.. Sky ndak usah sekolah ya.."
Tumben. Biasanya bangun pagi-pagi yang diingat langsung sekolah.
"Kenapa sayang? Sky sakit?" Tanyaku lembut.
Dia menggeleng.
"Ada yang nakal ya sama Sky di sekolah?"
Dia menggeleng lagi.
Benar juga. Mana ada yang berani nakal pada Sky. Kemarin saja ada anak yang melemparinya dengan sebatang krayon dia balas dengan melempar kotak krayonnya. Katanya kalau masih bisa membalas kenapa harus nangis segala? Ck. Ajaran siapa sih anak ini?
"Lalu kenapa Sky tidak mau sekolah?" Masih kucoba bertanya lagi.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
