Lucky To Have You

1.4K 140 87
                                    

Dome Pov

Aku baru saja kembali dari kamar Sky saat melihat suami dan anak bungsuku sama-sama telah berbaring nyaman di tempat tidur kami. Pavel yang belum tertidur langsung memposisikan tubuhnya bangkit, duduk bersandar di headboard ranjang memandangku.

"Sky sudah tidur?" Tanyanya.

Aku menyusul duduk di pinggir ranjang, tepat di sebelah Pavel.

"Sudah. Tadi hanya agak rewel karena teringat mainan mobil-mobilannya yang rodanya lepas." Jawabku.

"Ck, ada-ada saja dasar."

Mataku memandangi Cloud yang sepertinya tak terusik dengan obrolan kami.

Mataku memandangi Cloud yang sepertinya tak terusik dengan obrolan kami

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Boneka Woody pemberian neneknya tak lepas dari pelukan. Maklum, masih baru. Jadi Cloud sedang suka-sukanya, dibawa ke mana-mana.

Dengan telaten kupindahkan Cloud ke baby crib-nya yang ada di dekat ranjang kami. Meski sempat sedikit mengulet namun Cloud kembali terlelap lagi setelah posisinya nyaman di dalam crib.

"Kita tidur. Kau pasti lelah." Pavel melambaikan tangannya padaku yang masih berdiri di samping crib.

Tanpa pikir panjang kususul dia masuk ke dalam selimut. Masih dengan posisi bersandar di headboard ranjang, dia merengkuh tubuhku.

"Berapa lama kita menikah, Pav?" Tanyaku tiba-tiba sambil memainkan jari di dada bidangnya.

Satu alis suamiku terangkat naik. "Hampir enam tahun kan?"

"Berarti sepuluh tahun sejak kita saling bertemu di kampus." Timpalku.

Tangannya merapikan anak rambut di dahiku. "Memangnya kenapa kau tiba-tiba bertanya begitu?"

Aku menggelengkan kepala. "Tidak. Tadi aku hanya tak sengaja membaca artikel tentang pernikahan. Tepatnya cara memperkuat tali pernikahan."

"Dengan cinta, maksudmu?"

"Bukan." Aku menegakkan dudukku. Memandangnya lurus sambil duduk menyila.

"Jadi begini, nanti kita cukup menuliskan di kertas tentang hal-hal yang tidak kita sukai dari pasangan masing-masing. Setelah itu kita diskusikan bersama agar lebih mempererat tali pernikahan kita. Oh, dan satu lagi kita tidak boleh saling tersinggung dengan keluhan masing-masing tentu saja." Jelasku.

Pavel mengangguk. "Kau mau melakukannya?"

"Boleh?"

"Tentu saja." Pavel lalu turun menuju tas kerjanya di meja.

Pavel kembali ke sampingku sambil membawa beberapa lembar kertas HVS kosong dan dua buah pena.

"Ini untukmu, di ini untukku." Dia membagi sebagian kertas dan sebuah pena padaku.

"Mau ditulis sekarang?" Tanyanya lagi.

"Iya. Kita diskusikan besok pagi sebelum anak-anak bangun." Putusku.

"Kalau begitu aku akan tidur di kamar Sky malam ini. Agar kau tak terganggu saat menulis keluhanmu."

"Ide bagus."





....






Author Pov

Dome merasakan pelukan erat seseorang di pinggangnya saat sedang mengaduk teh di counter dapur. Disusul dengan hembusan nafas di ceruk lehernya yang amat dia hafal siapa pemiliknya.

"Morning, darl."

"Morning." Satu kecupan diberikan Dome di bibir suaminya.

"Sky belum bangun?" Tanya Dome.

"Belum. Aku juga baru saja mengecek Cloud. Dia juga belum bangun."

"Baguslah. Kita diskusikan hasil semalam dulu, ya. Sudah selesai kan?" Tanya Dome lagi.

"Sudah, kok."

Setelah berbagi segelas teh hangat bersama, kedua pasangan suami istri itu duduk bersama di sofa ruang keluarga dengan kertas HVS yang sudah terlipat rapi di masing-masing tangan.

"Aku dulu?" Dome.

"Silahkan."

Dome mulai membuka lipatan kertasnya. Membuat Pavel kaget dengan jumlah kertas yang digunakan Dome, sampai tiga lembar HVS. Sebegitu banyakkah hal buruk Pavel menurut Dome?

"Hal yang tidak kusukai darimu adalah; ketika kau tidak mendengar saranku dalam memilih pakaian, ketika kau terlalu memanjakan anak-anak, lalu ketika kau membalas pesan orang lain saat kita sedang bersama, dan ....." Begitu banyak keluhan yang Dome sampaikan.

Sampai di lembar kedua, Dome sempat memperhatikan perubahan raut wajah Pavel yang menjadi sendu.

"Maaf, apa lebih baik kuhentikan saja?" Tanya Dome.

"Tidak, lanjutkanlah." Titah Pavel.

Dome kembali melanjutkan membacakan keluhan-keluhannya sampai habis di kertas ketiganya. Si manis menarik nafas lega. Kembali melipat kertas miliknya dengan raut puas.

"Sekarang giliranmu." Tunjuk Dome pada Pavel.

Pavel membuka kertasnya yang hanya selembar. Diberikannya kertas tersebut pada Dome. "Kau baca sendiri, ya."

Dengan raut bingung Dome menerima kertas dari Pavel. "Kau tak menulisnya?" Tanyanya ketika mendapati kertas milik Pavel masih kosong.

"Tidak. Tidak ada satupun dalam dirimu yang membuatku mengeluh, tidak ada yang harus kuubah. Kau sempurna bagiku, Dome. Tak satupun kurang dari pribadimu di mataku. Ingatkan dulu aku pernah bilang jika aku akan menerimamu apa adanya?"

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Ucapan suaminya itu menunjukkan bahwa ia menerima kondisinya apa adanya. Dome menunduk dan menangis.

"Maaf, maafkan aku, Pav. Begitu beruntungnya aku memilikimu."

Dalam hidup ini, seringkali kita merasa dikecewakan, depresi dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.

Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan, jika kita bisa menemukan banyak hal indah di sekeliling kita? Percayalah kita akan menjadi orang yang berbahagia, jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.







End






Inspired by artikel yang tiba-tiba nongol di beranda Fb saya.

Setelah kemarin bikin Pavel dihujat di Decision, sekarang kubuat Pavel kembali jadi suami idaman di sini. 😂😂 Biar adil dong 😜

Vote comment jangan lupa yaaa

Sorry for typo and thankyou 😉

Sky & Cloud (PavelDome)Where stories live. Discover now