Tentang Sky, papanya, mamanya, dan Cloud.
Siapa Cloud?
Note:
Saya memutuskan buat book sendiri tentang Sky. Cerita di book One Shot tidak akan dihapus atau dipindah ke sini. Tapi semua cerita baru tentang Sky akan di upload di sini.
Jam tujuh malam sudah berlalu sejak lima belas menit lalu. Dome bersama si sulung Sky juga sudah menyelesaikan makan malamnya meskipun hanya dilakulan berdua saja.
"Kak, jaga adiknya sebentar ya. Mama mau cuci piring." Dome berkata pada Sky yang sedang bermain mobil-mobilan di lantai kamarnya.
Sang anak menoleh. "Ok, ma." Lalu dengan sigap naik ke atas ranjang dimana adiknya dibaringkan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tangannya dengan iseng memainkan pacifier si adik. Ditariknya pelan lalu dikembalikan.
"Adiknya jangan diganggu, kak. Nanti nagis." Ternyata mamanya masih ada di depan pintu belum beranjak.
Seolah tertangkap basah, Sky langsung melepaskan tangannya dari si adik. Kaget. "Iya, iya ma.."
"Awas kalau sampai Cloud menangis." Peringat mamanya sebelum beranjak ke dapur menyapa cucian piringnya yang sudah setumpuk.
Sepeninggal sang mama nyatanya Sky tak kapok. Kali ini pipi tembam sang adik yang jadi sasaran. Awalnya hanya dielus lembut lama kelamaan karena gemas pipi kemerahan itu malah diuyel pelan dengan jarinya.
"Cloud, kapan kita main bola bersama? Kata papa dulu kalau punya adik bisa diajak main bola. Kok sama mama ndak boleh?" Sky menceritakan keluh kesahnya pada Cloud yang hanya dibalas gumaman atau tawa dari bayi empat bulan itu.
"Oh iya papa juga belum pulang. Kenapa sih? Padahal mau Sky ajak main ninja-ninjaan. Ish.." kali ini dia bermonolog. Kesal sendiri.
....
Dome mengelap tangannya setelah piring terakhir selesai dibersihkan. Dapur juga sudah bersih dari sisa kotoran bekasnya memasak tadi.
Mengistirahatkan tubuh sejenak dengan duduk di meja makan, Dome menghela nafas. Dia memang tak seperti Pavel yang dicap 'punya pekerjaan' tapi nyatanya pekerjaannya di rumah tak kalah banyak dengan suaminya itu. Mengurus kebersihan rumah, memasak, mengurus dua anak laki-lakinya, belum lagi mengurus segala keperluan suaminya. Alangkah benar jika seseorang mengatakan 'jika seluruh ibu rumah tangga digaji atas pekerjaannya di rumah oleh negara maka negara tersebut akan rugi besar'.
Menyandarkan punggung di sandaran kursi, Dome mulai membuka handphone-nya. Satu nama terpaku dalam list pesan Dome paling atas menarik perhatiannya.
From : Hubby
Malam ini aku pulang larut Jangan menunggu, tidurlah dengan anak-anak Love you 🖤
Dome tersenyum membacanya. Tapi sepersekian detik kemudian senyumnya berubah jadi dengusan.
Kembali menyimpan handphone di saku celana, Dome beranjak ke kamar menghampiri dua jagoannya.
Didengar dari depan kamar, tak ada suara. Hanya sunyi yang didapati Dome. Sampai di kamar Dome melihat kedua putranya sudah terlelap dengan posisi tangan kanan Sky yang memeluk adiknya, sedangkan Cloud sendiri tidur terlentang dengan pacifier yang terlepas dari mulut.