#1. Rumahnya dekat pabrik tahu.

3K 502 126
                                    

Desember, 2006

Malam sunyi ku sendiri
Duduk sepi diatas pohon
Kubiarkan rambutku terurai
Tanpa kaki kelawar
Anjing dan bulan purnama
Menanti kekasih ku yg belum mati

Kapan mati kekasihku
Ku menanti kau disini
Ayo mati bunuh diri
Biar kita jumpa lagi
Seperti dulu

"Tuh 'kan merinding!"

"Kamu mah penakut, ah!"

"Ih emang serem liriknya, dengerin dia ketawa-ketawa apa coba sok maksudnya." kata si Ningning.

Bukan tidak mau menanggapi lagi, tapi akhirnya saya diamkan aja dia. Saya sedang di teras rumah habis cuci motor. Ningning, dia anak bu RW tapi suka main ke rumah. Oh iya sekarang Sabtu sore, menuju malam Minggu. Tuh Ningning juga mau apel tapi nungguin pacarnya disini.

Bentar, sudah kenal? Teman-teman biasa panggil saya Aril meski gak setenar vokalis Peterpan. Tapi kalau Mamah biasa panggil saya kehed kalau susah dibangunin! Jenis kelamin ganteng, sedang mau bikin kopi.

"Nengning, beliin kopi bentar."

"Ih gak mau!"

"Sambil nungguin atuh da bentar."

"Capek, ah." katanya.

"Pulang, jangan nungguin disini." kata saya bercanda tapi dibuat serius.

"A Aril mah!" katanya.

Saya tinggalin dia di teras sendirian. Karena gak ada kopi ya sudah saya buat teh manis. Habis itu saya duduk-duduk di ruang tamu dan bilang,

"Sini didalem nunggunya,"

"Sok, ini si Aa udah mau nyampe da." tolaknya.

Lalu saya diam lagi. Sebetulnya sore itu saya gak tau tepatnya Mamah kemana, pengajian yang biasa dia hadiri itu hari Jumat soalnya.

"Neng Ning!" panggil saya.

"Apa?"

"Lagu tadi judulnya apa?"

"Menanti Kekasih, kenapa gitu?"

"Enggak."

"Mau bunuh diri?" tanya dia.

"Sembarangan," jawab saya, dia ketawa diluar sana.

Menanti kekasih, ya. Kalau saya ada yang menanti gak, ya? Kalau saya bisa tau, sejujurnya berharap ada satu orang yang menanti. Tapi bukan buat bunuh diri! Buat bertemu kembali, atau balik lagi ke tahun 96.











Januari, 1996

"Udah weh A, sampe sini. Makasih." katanya sambil nunduk.

Entah kenapa dia kayak takut, saya ingin bilang saya bukan orang jahat.

"Sama-sama, Teh."

Baru dijawab gitu dia langsung pergi, jalannya cepet-cepet kayak dia ini lagi rusuh atau memang takut sama saya. Rumah saya harus masih lurus lagi masih lumayan kalau jalan, sementara perempuan tadi masuk ke jalan yang satu dusun dengan saya tapi beda RT. Gambarannya saya di timur, dia di barat laut.

Ah, saya jadi lupa tanya namanya! Tapi perempuan itu terus jalan lurus di jalan itu. Perkiraan saya rumahnya di ujung. Saya pikir pindahan, makanya saya gak pernah lihat. Tapi untungnya saya punya teman yang rumahnya di RT yang sama, suka dibilang dekat pabrik tahu soalnya disana ada pabrik tahu kuning.

Pokoknya nanti siang atau sore saya harus ke rumah teman, biasa dipanggil Deden. Kenapa gak sekarang? Soalnya dia pasti sekolah! 'Kan saya mah kabur.

"Naha, Ril?"
(Kenapa,)

Saya baru sampai di pagar rumah.

"Gurunya pada rapat, Mah."

Bisa aku tebak Mamah baru selesai nyuci terus mau ke warung atau beli tahu ke-eh!

"Mah!"

"Kah?" katanya sambil pake sendal.

"Mamah mau beli tahu?"

Bukannya ngejawab, beliau kerung.

"Udah masak, kasép. Mau beli odol sama amplop. Jug ke warung, sholeh. Mamah mau nyiapin baju." katanya sambil nyodorin uang lima ribu rupiah satu lembar.

"Mau kemana?"

"*Uleman."

*Undangan (pernikahan)

Hari itu sebenarnya saya ingin disuruh beli tahu biar sekalian nanti keliling siapa tau ketemu lagi. Tapi yang saya lakukan hari itu adalah ngebeliin amplop sama odol buat Mamah, lalu makan dan diem aja di rumah. Gak tau kekuatan dari mana hari itu saya tiba-tiba ketiduran masih pakai seragam. Sampai begitu tau-tau saya digebug pake sapu dan kepaksa bangun gara-gara Mamah ngomong terus kenceng,

"Hudang siah kehed!"

Begitu lihat jam, tiba-tiba sudah jam tiga sore! Saya ngibrit ke wc dan cuci muka terus balik lagi ke kamar dan ganti baju lalu buru-buru keluar.

"Rék kamana?!" teriak Ibu Negara.
(Mau kemana?!)

"*Ka teun Deden!"

*Ke rumah/tempat



















cerita ini sudah tamat karena saya juga bikinnya sudah lama. jadi kemungkinan akan terus di up secara rutin kalau saya ingat

PANASEA 1996Where stories live. Discover now