Rule #1 "Be Totality"

921 145 269
                                    

"JADILAH SE'UTUH'NYA"

Mereka bilang "Quiet people have the loudest minds"

Aku setuju dengan pernyataan itu, sebagai seorang yang telah memilih untuk menjadi pendiam selama 24 tahun ini(yaa aku tahu itu bukan angka yang besar untuk di pamerkan), aku menemukan dan menyadari banyak hal dalam diriku tentang kehidupan ini, tentang bagaimana seharusnya kita menjalani hidup, dan apa-apa saja yang seharusnya tidak boleh terlewatkan, yang kemudian aku refleksikan kembali dalam catatan ini.

Kembali ke topik.

Sebagai seorang pendiam terkadang,
'Kita hanya menjadi pendiam untuk orang-orang, tidak untuk pikiran kita sendiri'

Sementara itu seharusnya,
'Ketika kamu memutuskan untuk jadi pendiam, isi kepalamu juga harus melakukan hal yang sama'

Jangan memikirkan apapun karena itu akan membuatmu kecewa,
Jangan merasakan apapun karena itu akan membuatmu patah hati,
Jangan memimpikan apapun karena itu akan membuatmu putus asa,
Dan itulah kenyataan hidup yang harus kita amini.

Aku tahu itu semua sulit untuk dilakukan, oleh karena itu aku membuat 31 peraturan lainnya yang bisa kamu terapkan yang membuat kamu bertahan hidup sedikit lebih lama di dunia ini.

Ada sebuah pepatah bijak yang berkata;
"Tuhan, berilah aku kekuatan untuk mengubah hal-hal yang aku bisa,
keberanian untuk menerima hal-hal yang tidak bisa aku terima, dan
kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaan."

Dari kalimat itu kamu bisa menyadari bahwa kamu hanya bisa mengubah dirimu sendiri bukan orang lain, ada batasan-batasan dimana kamu perlu mengetahui dan merelakannya.
Sadarilah, kita ini manusia biasa bukan manusia setengah dewa apalagi manusia serigala kan hahaha(tertawa sarkas)...

Coba renungkan,
Berapa banyak dari kita yang merasa ada dilingkungan yang salah, teman yang hanya menceritakan tentang diri mereka sendiri, dan orang tua yang bertanya banyak hal namun tidak dengan 'apa kita bahagia?' dan semua itu membuat mu berharap ingin pergi jauh dan memulai hidup yang baru.

Lalu pertanyaannya adalah,
Apa jaminannya ketika kita pindah dan semua masalah itu tidak akan muncul di tempat yang baru???

Tidak ada bukan...

Seseorang dengan pendidikan S2 Psikologi klinis di sebuah ruangan kecil dengan sofa hitam dan tembok motif bunga di sebuah puskesmas pernah bilang padaku;
"Di situasi seperti itu, kita juga tidak mungkin melakukan rekayasa lingkungan. Berharap semuanya sesuai dengan apa yang kita inginkan, itu tidak mungkin. Semuanya harus diubah dari apa yang bisa di ubah, dan itu diri kita sendiri."

Sedikit catatan untuk kamu;
Ada kemungkinan di tempat yang baru keadaan justru semakin menjadi lebih parah.

Ada sebuah kisah inspiratif tentang itu yang ingin aku bagikan kepada kalian,
Tentang sebuah produk Shampoo terkenal yang iklannya sampai dengan hari dimana aku menulis ini masih sering bermunculan di televisi.

'head & shoulders'

Tentu kalian familiar dengan produk tersebut bukan?
Yaa, head & shoulders adalah sebuah merek shampoo yang berfokus pada masalah ketombe.
Sayangnya nama dari brand ini cukup sulit untuk di sebutkan secara benar oleh mayoritas orang Indonesia. Sehingga muncul banyak sekali lelucon, meme, dan ejekan terhadap produk ini.
Namun apa yang mereka lakukan?
Alih-alih menganti identitas(nama brand) dan menyesuaikannya dengan lidah pasar, mereka justru merelakan dan menerima kekurangan itu, dengan Joe Taslim sebagai model iklan mereka, mereka membuat konsep penerimaan diri terhadap kekurangan itu dengan menjadikanya lelucon di iklan mereka sendiri seperti; Solders, soldiers, souljers, souler, souliers, dan terakhir move on ke head and souljers lalu iklan pun selesai.

Mungkin kalian berpikir ini hanya sekedar strategi promosi biasa.
Namun sebagai penonton aku cukup merasa terhibur dengan semua penerimaan mereka di iklan itu, segala kelemahan yang tersampaikan dan di ubah menjadi sebuah parodi justru telah menjadikan mereka terlihat cerdas dan 'utuh'.

Jadi apa kalian sudah memahami pesanku?

Aku tidak bilang menjadi pendiam adalah sebuah kekurangan, yang aku maksud adalah kita manusia pasti memiliki kekurangan dan sebagaimana seorang pendiam kita pasti lebih sering menyembunyikannya dari pada mengatakanya. Dan itulah masalah yang baru saja muncul dan bertambah lagi.

Aku tidak berbakat dalam marketing ketika aku pernah magang menjadi seorang sales banquet di salah satu hotel di Bogor, Aku sadari itu dan aku tidak mengatakanya kepada siapapun, sehingga aku tidak memiliki kesempatan untuk diberikan masukan tentang pekerjaan apa yang sebaiknya aku lakukan disana.
Hingga akhirnya disuatu waktu aku menerima jika aku memang tidak berbakat disana(bukan karena aku bodoh), tapi karena aku jenius di bidang yang lain. Aku memutuskan untuk tidak bekerja di dunia perhotelan lagi dan memulai karirku sebagai penulis, dan yang terpenting,
"Kini aku bahagia".

Ngomong-ngomong soal utuh,
UTUH yang ku maksud adalah bukan menjadi diam sepenuhnya apapun yang terjadi, tapi menjadi apa yang dirimu inginkan. Tidak berfokus pada dimana kamu berada, tapi fokuslah pada kemana kamu ingin berada. Jadi lah pendiam yang dengan diam mu orang menantikan bicaramu, bukan yang dengan diam mu orang berpikir kamu bukan siapa-siapa.

Jadilah pendiam yang secara Utuh mengerti jika kamu tidak bisa mengubah apapun melainkan dirimu sendiri.
Jadilah pendiam yang secara Utuh tahu bahwa bukan saatnya untuk berteriak dan memaki di dalam hati dan berharap dunia menjadi sedikit lebih ramah, karena hal itu tidak akan pernah terjadi.
Jadilah pendiam yang secara Utuh menyadari kelemahanmu dan kemudian belajar untuk melengkapi itu bukan dengan kalimat "aku pendiam, aku emang orangnya kaya gini" tapi dengan kalimat "aku pendiam, aku berbicara ketika aku memang di haruskan untuk itu"

Karena ingat lah, tidak ada yang salah dengan menjadi pendiam.
Bahkan Umar bin Khattab pun pernah berkata;
"Aku tidak pernah sekalipun menyesali diam ku, tetapi aku berkali-kali menyesali bicaraku"

Masalah kita yang sebenarnya adalah kita memikirkanya, seolah ada jutaan kata yang siap dimuntahkan dari otak kita saat itu juga namun tertahan di ujung lidah.
Dan itulah awal dimana semua masalah dan kegundahan mu bermula,
Kamu menjadi pemikir yang memikirkan banyak hal justru ketika orang lain beranggapan saat kamu diam itu artinya tidak ada yang ingin kamu sampaikan,
padahal disana ada jutaan kata yang siap melayang bebas tak tentu arah.
Pemikiran-pemikiran yang tak tersampaikan itulah yang pada akhirnya membuatmu tidak hanya jadi pendiam tapi juga penyesal dan peragu. Akhirnya kamu hanya akan jadi orang yang menggerutu dan memaki dirimu sendiri di masa depan, dan semua itu hanya karena pikiranmu tidak jadi pendiam juga sebagaimana kamu.

#Kesimpulanya :

Jika kamu bisa menjadikan isi kepalamu sependiam sebagaimana kamu, selamat kamu sudah tidak perlu membaca 31 rule lainya. Karena dapat aku pastikan hidupmu tidak akan bermasalah dan kejiwaaanmu akan sehat-sehat saja... benar-benar sehat.

Namun jika kamu tidak bisa melaksanakanya, kamu berkewajiban membaca 31 rule lainya agar kualitas hidupmu jauh lebih baik.
Dan ingatlah, menjadi pendiam sekaligus pemikir tidak menjadikanmu salah, itu menjadikanmu penuh dengan ancaman(resiko). Selama kamu tidak terlalu menginginkan kehidupan yang tenang dan siap dengan segala kerumitannya, Kamu bebas berpikir.

Jadi, dengan semua kerumitan itu dikepalamu, apa kamu akan berubah?

Kembali lagi, itu terserah padamu.

Aku ingat seorang filsuf ternama pernah berkata,
"Every word has consequences. Every silence, too." Jean Paul Sartre.

'Jadilah se'utuh'nya'

dan itulah peraturanku yang pertama.

Hi Pejuang Keheningan,
Pedoman ini akan dirilis setiap minggunya.
Ayo berikan dukungan kamu dengan mem-Vote bagian ini dan menyebarkan keteman kamu yang juga pendiam.
Silahkan sampaikan opinimu tentang konten ini di kolom komentar atau inbox message saya.
Dan jangan lupa baca catatan saya yang lain.... Terima kasih banyak ^-^

------------------------------------------------------><------------------------------------------------------------------

Pedoman untuk jadi PendiamWhere stories live. Discover now