|22| ia berlari, Kisa mengejar, begitu seterusnya

256 21 2
                                    

Sudah tiga hari ini Kisa tak pernah lagi berusaha mengajak ngobrol dirinya semenjak kejadian dimana Delan menyakiti perasaan gadis itu. Dia lebih memilih ke kantin bersama abang-abangnya karena sepertinya, gadis bermulut mercon itu tak memiliki teman. Dilihat dari sedikitnya interaksi dia dengan teman sekelasnya. Dan satu lagi, selama ini juga Kisa duduk sendirian sebelum Delan pindah ke sekolah ini.

Delan menghembuskan napasnya kasar, saat ini dia tengah berada dalam kelas. Jika biasanya gadis itu memilih berusaha mengajak ngobrol Delan. Untuk sekarang, Kisa lebih mengutamakan tidur siangnya saat pelajaran Bu Tati selaku guru Bahasa Jawa. Ya, Delan harus belajar Bahasa Jawa karena Semarang merupakan kota yang berada di Jawa Tengah dan jangan lupakan juga perihal Ibu Kota Jawa Tengah yang berada di kota Semarang. Setelah sekian lama Delan tinggal di Ibu Kota Negara Indonesia, sedikit susah apalagi perihal aksara jawa yang benar-benar rumit dimengerti olehnya.

Delan menghembuskan napasnya kasar kemudian ikut tenggelam memasuki alam bawah sadarnya saat merasa bosan dan mengantuk.

Dan mereka berdua kini dalam posisi menelungkupkan kepalanya diatas kedua tangan dengan napas yang berhembus secara teratur pertanda mereka telah memasuki mimpi masing-masing.

Pletak.

Sebuah benda entah apa itu menghantam meja yang Kisa dan Delan tempati. Mereka berdua terlonjak kaget, segera duduk tegap sambil melirik sekitar.

Ya Tuhan... Lagi-lagi mereka mempermalukan diri sendiri.

"Enak sekali ya tidur di pelajaran saya? Kalian berdua pikir saya ini mendongeng sampai kalian tertidur? Iya?" Tanya Bu Tati membuat Kisa yang baru bangun dari tidurnya menguap dan segera ditutup oleh tangan kanannya.

Benar-benar tipikal murid kurang ajar, pasti ini ajaran abangnya, Ethan yang suka sekali membuat onar.

Mereka berdua terdiam. Tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru Bahasa Jawanya itu.

"Kalau kalian tidak mau ikut pelajaran saya, ya sudah keluar saja! Saya tidak butuh murid yang tidak menghargai saya! Keluar kalian! Saya tidak perlu menghukum kalian. Malas, saya juga tahu kalau kalian sering dihukum juga kan? Berdiri di bawah teriknya matahari berdua? Romantis sekali kalian ini." Cibir Bu Tati membuat teman sekelasnya menertawakan candaan garing guru satu itu. Sementara Delan berdecak keras, sedangkan Kisa sudah mendengus sebal.

Bibirnya sudah mengerucut sejak tadi akibat ulah gurunya yang super duper berisik ini.

"Tunggu apalagi? KELUAR KALIAN!"

Diusir untuk kedua kalinya, harga diri Delan seakan terinjak. Dengan segala kepercayaan dirinya, dia bangkit kemudian disusul oleh Kisa yang senantiasa mengikuti dia.

"Jangan mencontoh perilaku mereka berdua. Yang perempuannya bodoh yang laki-lakinya juga malas. Mau jadi apa mereka nanti? Kalian jangan mencontoh perbuatan seperti tadi! Ingat, hargai orang yang bicara didepan!" Wejangan Bu Tati masuk kedalam telinga Kisa saat dia hendak menyusul Delan.

Semua murid kelas X IPA 2 terdiam. Tanpa menjawab ucapan Bu Tati.

×××

"Mas ganteng! Tungguin!"

Setelah tiga hari lamanya tak pernah menyapa pujaan hatinya itu, Kisa kembali menjadi Kisa yang biasanya. Yang akan tetap memperjuangkan cintanya, meskipun kerap kali tak dihargai.

Tiga hari kemarin dirinya mencoba menunggu Delan untuk meminta maaf padanya, tapi harapan itu pupus kala Delan justru ikut-ikutan mendiamkannya.

Dan setelah memendam rindu tak pernah bertegur sapa membuat Kisa tak tahan untuk mengutarakan perasaan rindunya melalui komunikasi yang biasa mereka jalin.

Delan berbalik, menatap Kisa. Sedikit tak menyangka juga bahwa gadis itu kembali mengejarnya. Senyum tipis terukir diwajahnya.

"Mas ganteng, kangen..." Ujarnya dengan nada manja membuat Delan bergidik ngeri.

For God Sake! Dia baru mendengar suara bernada manja semacam itu dan baginya terdengar menjijikan.

"Gak usah ngomong selebay itu!" Ujarnya kemudian berlalu meninggalkan Kisa, mencoba tidak membuat keributan di luar kelas saat pelajaran tengah berlangsung.

Tanpa pikir panjang dia melangkah menuju kantin untuk makan siang yang tertunda karena saat istirahat dia memilih bersama temannya di lapangan indoor untuk bermain bola basket.

Tak perlu ditanya lagi kemana perginya gadis bermulut mercon itu. Kalian pasti tahukan? Dimana ada Delan, disitu ada Kisa.

"Apa lagi sih?" Geram Delan saat Kisa malah menarik-narik lengan seragamnya sampai membuatnya kusut.

Ingin mengumpat, namun dia sadar kemarin telah melakukan kesalahan.

Satu-satunya yang dia bisa hanya memendam.

"Mau kemana sih? Kantin ya? Emang mas ganteng gak makan waktu istirahat? Baru aja masuk masa mau ke kantin sih?"

Pelajaran Bahasa Jawa memang masuk setelah jam istirahat usai.

"Gak." Jawab Delan singkat membuat Kisa berpikir, jawaban dari pertanyaan mana yang Delan lontarkan itu?

"Mas ganteng ih! Jawab dulu. Gak tuh gak apa? Kisa tadi nanya banyak banget dijawab cuma enggak. Kan gak jel— eh eh mau kemana? Hih! Ditinggal mulu perasaan!" Gerutunya sembari berlari mengejar Delan yang juga menghindar darinya.

Delan selalu begitu.

Kisa sudah mendekat. Delan menjauh. Delan berlari. Kisa mengejar. Begitu seterusnya.

To be continue...

a/n :

kesian juga sih sebenernya sama si Kisa. Tapi emang gitu kok ceritanya. Ini akan jadi cerita yang panjang dari yang biasanya ku buat.
So, ikuti aja alurnya ya!
Sejujurnya aku juga gak terlalu suka sama cerita yang panjang lebar. Terlalu bertele-tele padahal udah ketebak alurnya gimana. Tapi aku buat ini karena memang konfliknya gak sesedikit ceritaku yang sebelumnya. Sumpah ya ini tuh cerita ecek-ecek banget yang kubuat sesempurna mungkin.

So, don't forget vote and comment😋

Xoxo,
cᵢₜᵣₐₛₐ❤️

Kisa(h) Delan [END]Where stories live. Discover now