O24 • rapuh

217 84 0
                                    

"Karena yang terlihat ceria tak selalu ceria dalam artian sesungguhnya. Bisa jadi ia berpura-pura kuat dan ternyata rapuh di dalam."

— Atila Scorpio —

•••

"Tadi kok si Rafka ngeliatin Qisha mulu, ya, Pio?" tanya Qisha yang baru saja selesai mengajari Scorpio rumus fisika. Beberapa rumus sudah berhasil dihafal oleh Scorpio. Semoga saja rumus-rumus itu awet di dalam pikiran Scorpio dan tidak segera terlupakan.

Scorpio mengangkat bahunya. "Nggak tau. Suka sama lo kali."

"Ehm ... masa, sih?"

"Iya." Scorpio mengangguk singkat. "Eh, tapi lo jangan suka sama dia!"

"Kenapa?" tanya Qisha.

"Kalo gue bilang jangan, ya jangan!" jawab Scorpio penuh penekanan.

"Iya, tapi kenapa, Pio?"

"Kepo banget lo kayak Dora!" ketus Scorpio.

"Ish, Qisha dibilang kayak Dora!" Qisha mengerucutkan bibirnya karena kesal disebut mirip Dora oleh Scorpio.

"Lagian lo 'kan sukanya sama gue. Jadi ya udah, nggak usah pake pindah hati segala."

Qisha menoleh terkejut. "Hah?! Jadi ... Pio--"

"Eh, bikinin gue kopi dong, tapi yang enak ya," potong Scorpio cepat. Tanpa Qisha ketahui, laki-laki itu baru saja mengalihkan pembicaraan mereka.

"Siap, Komandan!"

Qisha baru saja ingin bangkit dari duduknya, tetapi tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Scorpio yang melihat hal itu pun refleks memegangi bahu Qisha karena gadis itu tampak kehilangan keseimbangan.

"Eh, lo kenapa?" Terselip kekhawatiran dalam pertanyaan Scorpio begitu melihat raut wajah Qisha yang tampak sedang menahan sesuatu.

Qisha menggeleng pelan, lengkap dengan senyum kecilnya agar terlihat baik-baik saja. "Nggak papa, kok. Qisha ke dapur dulu ya, Pio."

Merasa tak percaya, Scorpio menahan tangan Qisha. "Kalau masih nggak enak badan nggak usah dipaksain, Qish."

"Nggak papa, kok," ucap Qisha. Gadis itu kemudian berjalan ke dapur untuk membuatkan Scorpio segelas kopi.

"Bubuk kopinya di mana, ya?" Qisha mengerutkan kening ketika tak menemukan toples berisi bubuk kopi di rak dapurnya. Namun, detik berikutnya mata bulat itu menemukan toples kopi di balik kaleng susu berukuran besar.

"Pasti kerjaan Qais, deh," gumam Qisha. Ia kemudian menuangkan bubuk kopi dan gula ke dalam cangkir yang baru saja diambilnya. Tak lupa Qisha juga menuangkan air panas dari dalam termos.

"Aduh!"

Sakit kepala yang tiba-tiba menyerang membuat Qisha terpaksa menghentikan gerakan tangannya yang sedang menuang air panas ke dalam gelas kopi. Napasnya tersekat di tenggorokan saat Qisha berusaha menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa. Tubuhnya melemah seiring dengan sulitnya ia bernapas. Qisha tak menyangka penyakitnya kambuh disaat yang tidak tepat.

Qisha berusaha keras untuk menahan rasa sakitnya. Namun, sekuat apa pun ia mencoba untuk bertahan, nyatanya ia selalu kalah. Qisha jatuh tak sadarkan diri bersamaan dengan pecahnya cangkir kopi yang ikut tertarik oleh tangannya.

Sontak suara pecahan kaca itu menarik perhatian Scorpio. Lelaki itu bergegas menghampiri asal suara. Ternyata suara bising tersebut berasal dari dapur.

"Qisha!"

Scorpio terbelalak kaget melihat Qisha yang tergeletak tak berdaya di lantai dapur dengan tangan terluka akibat pecahan kaca dari cangkir kopi yang pecah. Ia kemudian langsung menghampiri Qisha dan menggendong tubuh gadis itu.

[✔] Pio's RegretDonde viven las historias. Descúbrelo ahora