O36 • misi rahasia

166 73 0
                                    

"Kira-kira singkatnya begini. Aku mengenalmu, lalu aku mengerti cinta."

— Atila Scorpio —

•••

"Kita mau ke mana, sih, Pio?" tanya Qisha gemas. Pasalnya sedari tadi Scorpio hanya fokus menyetir tanpa menjawab pertanyaan Qisha. Membuat gadis itu bingung karena rute yang mereka lewati bukan jalan menuju rumahnya.

"Ke rumah kamu, belajar bareng kayak biasa," jawab Scorpio tenang. Matanya melirik Qisha sekilas, lalu kembali fokus pada jalanan di depan.

"Tapi ini bukan jalan ke rumah Qisha," ucap Qisha, seakan ragu dengan jawaban Scorpio barusan. Gadis itu memalingkan wajahnya ke jendela mobil. Banyak terlihat gedung bertingkat dan juga mall besar di daerah ini.

"Ya maksud aku mampir dulu, baru ke rumah kamu." Scorpio mengarahkan mobilnya memasuki area mall.

"Ke mall?" tanya Qisha polos.

"Iya." Scorpio mengangguk. Ia terus menjalankan mobilnya, mencari area parkir yang kosong di basement mall tersebut.

Setelah beberapa saat mengitari basement, Scorpio akhirnya menemukan area kosong kosong yang langsung ia manfaatkan untuk memarkir mobilnya.

"Yuk turun." Scorpio melepas seatbelt dan keluar dari dalam mobil tanpa membukakan pintu untuk Qisha. Hal itu tentu saja membuat gadis yang masih berada di dalam mobil tersebut merengut kesal.

"Pio kok main keluar gitu aja? Nggak ada niatan bukain pintu mobil untuk Qisha?"

"Qisha, astaga. Itu cuma pintu mobil, bukan pintu brankas. Kamu bisa buka sendiri," ucap Scorpio yang tak peka terhadap kode keras Qisha saat ini.

Merasa kesal, akhirnya Qisha membuka sendiri pintu mobil itu dengan cemberut. Tak cukup sampai situ, detik berikutnya ia harus menahan kesal karena Scorpio dengan santai berjalan meninggalkannya. Benar-benar tipikal pria yang tak bisa bersikap romantis terhadap pasangan!

"Qish, jangan lama," keluh Scorpio yang menoleh ke belakang dan melihat Qisha masih pada posisi awal.

"Pio nggak ada niatan untuk gandeng Qisha?" tanyanya dengan bibir yang melengkung ke bawah. Qisha pikir jurus puppy eyes yang ia lakukan saat ini akan berhasil. Namun, sepertinya ia salah jika mempraktikkannya pada seorang Atila Scorpio.

"Cepet atau aku tinggal?"

Mau tak mau Qisha segera menyusul Scorpio. Ia berlari untuk menyamai langkahnya dengan lelaki itu. Namun, begitu malang nasibnya, tali sepatu yang terlepas membuatnya jatuh tersungkur di permukaan keras basement.

"Qish? Kamu lari, jalan, apa ngesot? Lama banget ditungguin nggak muncul-muncul." Scorpio yang merasa Qisha masih jauh pun menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia saat mendapati gadisnya terjatuh dengan lutut yang berdarah.

"Lah jatoh," beo Scorpio yang kemudian bergegas menghampiri Qisha. Gadis itu kini sedang mengaduh kesakitan.

"Pio, lutut Qisha--"

"Jangan diliat! Kamu phobia darah, 'kan?" Scorpio dengan cepat membuka jaketnya dan menutup kepala Qisha dengan benda itu. Tanpa berlama-lama, ia mengeluarkan botol air, tisu, dan plester dari dalam tas.

Entahlah, Scorpio tidak tahu pasti mengapa dirinya membawa benda-benda itu di dalam tas. Namun, sepertinya mulai saat ini benda semacam itu akan selalu ada di dalam tasnya untuk berjaga-jaga kalau saja Qisha terjatuh lagi. Scorpio merasa bahwa ia akan bersama Qisha dalam jangka waktu yang lama. Ia memercayai feeling tersebut, setidaknya mulai hari ini.

[✔] Pio's RegretDonde viven las historias. Descúbrelo ahora