eight#

1.4K 176 1
                                    

Enjoy Reading ✨



Sudah beberapa hari semenjak kejadian kemarin. Jennie menjalani aktivitas seperti biasa, disekolah akhir akhir ini ia jarang bergaul dengan temannya, hanya dengan rose seorang.

Tentang rose, rose sudah beberapa kali memancing Jennie agar Jennie memberitahu semuanya. Tetapi, percuma Jennie sangat bungkam dan selalu mengatakannya tidak ada apa apa.

Jennie berbeda 90° dari dirinya yang sebenarnya. Sekarang, seperti yang dibilang Jennie sudah baikan. Jennie sedang berada di dalam mobil berdua dengan Taeyong, dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya.

Keadaan di mobil tenang, hanya suara dari radio yang terdengar. Jennie perlahan lahan berbaring di kursi mobil. Jennie menempati kursi dibelakang mobil. Ia yang meminta, tentu saja paksa. Sehingga taeyong terlihat seperti supirnya sekarang. Jennie tidak perduli.

Jennie sudah menerima kenyataannya, meski belum sepenuhnya. Maka dari itu, taeyong harus menerima resikonya.

Jennie tidur di kursi mobil. Memegangi perutnya, sambil memejamkan matanya, Jennie menerima semua yang masuk ke telinganya. Membuatnya tenang sedikit demi sedikit.

Tak sadar, mereka sudah sampai di sebuah mall. Taeyong menoleh kebelakang, mendapati Jennie yang tertidur dengan keadaan miring.

" Jennie." Ucap taeyong perlahan, "Jen-"

"Hmm." Tidak perlu waktu lama, Jennie bangun, membuat taeyong tergagap.

" Udah sampe, ayo keluar." ucap taeyong, berusaha tidak membuat Jennie risih.

Jennie bangun, dan keluar dari mobil menyusul taeyong. Saat sampai di dalam mall, tidak diduga. Mall begitu padat orang. Taeyong khawatir kehilangan Jennie di perjalanan, taeyong ingin menggenggam tangan Jennie, tapi apa daya Jennie menggulung erat tangannya di depan dada.

Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di sebuah toko cincin. Toko itu, milik temannya Nara. Taeyong memasuki tokonya diikuti Jennie.

Jennie duduk di salah satu sofa, sedangkan taeyong sedang berbicara dengan salah satu staff toko.

" Mbak, Bu Yina nya ada? Saya anak temennya, udah janjian kok." Ucap taeyong.

Staff itu mengangguk, kemudian berjalan menuju pintu bertuliskan, Boss. Staff itu mengetuk pintunya tak lama Yina keluar dari ruangan. " Tante." Sapa taeyong.

Yina memeluk taeyong mesra, "iya sayang, apakabar? Cie mau nikah ya." Ucap Tante Yina.

Taeyong hanya senyum menanggapinya. " Mana calonnya??"

Taeyong menunjuk Jennie yang berada di sofa. Tante Yina berjalan ke sofa, diikuti taeyong dibelakang, " hai, jennie!" Sapa Yina.

Jennie mendongak perlahan, kemudian bangkit, " halo, tante." Sapa Jennie balik.

" Wahh, cantik ya yong," puji Yina. Taeyong tersipu malu. Sedangkan Jennie tersenyum tipis. Merasa risih. " Btw, muka kamu pucet banget Jennie? Kenapa??"

Jennie melotot kaget, " cuma kecapekan kok tante." ucap Jennie ramah.

Taeyong yang merasa Jennie mulai tidak suka dengan suasanya berdehem, kemudian, " Tante, cincinnya mana?? Jennie keliatan capek banget, saya gak tega kalo lama lama."

philophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang