seventeen

1.2K 171 0
                                    


Enjoy Reading ✨


" gua mau sekolah," ucap Jennie, ia sedang menonton tv di ruang tamu bersamaan dengan Taeyong yang ingin pergi kerja. Taeyong menoleh, memberhentikan langkahnya, " Mama gak bilang kalo gua harus berhenti sekolah kan?" lanjut Jennie.

Taeyong menghela nafas dan berjalan ke arah Jennie, kemudian, duduk di sebelah Jennie, "mama belum bilang ke kamu ya?"

" Apa?" tanya Jennie, ia tetap memandang lurus ke depan.

" Kamu bakal tetap di rumah sama saya," ucap Taeyong santai, detik berikutnya air mata Jennie menetas, " Gua kesepian, gua pengen kayak teenager biasa tanpa terhalang pernikahan," jawab Jennie.

" Ada saya,"

" Kalo kamu nerima saya di hidup kamu dan lupain phobia kamu, kamu gak bakal kesepian," lanjut Taeyong, Jennie terkekeh kecil mendengar perkataan Taeyong, " asal kamu tau Jennie, saya gak tau perasaan apa yang ada di benak saya, tapi yang saya tau saya sayang kamu. Saya pengen yang terbaik buat kamu. Tapi terkadang cara saya juga salah,"

" ..... saya minta maaf. Kamu tau? Saya selalu sakit hati saat phobia kamu kambuh, kamu gak bisa lupain masalalu kamu. Ini aku bukan dia. Saya selalu wajarin kala phobia kamu kambuh, tapi lama kelamaan, ini makin sakit entah untuk saya atau untuk kamu. Ini udah hampir seminggu, saya yakin kamu juga capek. Mungkin kalau kamu mau sembuh, saya bakal seneng banget. Tapi saya gak bisa maksain, karena itu kemauan kamu. Saya mau pergi kerja, jaga diri baik-baik, i love you..." ucap Taeyong dan pergi begitu saja meninggalkan Jennie dengan air matanya.

Jennie terisak kencang, ia menutupi wajahnya. Rasanya ia seperti ditampar dengan kenyataan. Taeyong memang benar, ini sudah hampir seminggu. Ia juga lelah dengan semua ini. Ia tidak bisa selalu seperti ini. Ia juga tidak boleh egois. Mungkin Taeyong benar, sudah saatnya ia berubah dan melupakan masa lalunya.




••••••





" Mending pulang aja deh, lo. Daripada kayak gini, gak liat berantakan??" kesal Doyoung, lantaran dari tadi Taeyong terus memijat kepalanya dan mendesah pasrah membuatnya menunggu lama.

" Sialan," umpat Taeyong, ia bosnya disini kenapa Doyoung yang sewot.

ia menyelesaikan berkas berkas tersebut beberapa menit kemudian, ia memberikannya kepada Doyoung. " Sip, makasih bos. Btw, soal sekretaris gimana? Gua capek gantiin sekretaris, males ketemu lo mulu, tugas gue masih banyak." kesal Doyoung karena sekretaris yang lama sudah resign jadi selama beberapa bulan ia yang harus menggantikan menjadi sekretaris.

" Cariin, siapa kek, lo punya kenalan gak??" tanya Taeyong, " Lo tau gua lagi sibuk banget," lanjutnya.

" Ntar gua kabarin, gua ngasih ini dulu, see u," ucap Doyoung kemudian pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Taeyong melihat arloji di tangannya, waktu jam istirahat sudah datang, ia langsung pergi keluar ruangan untuk membeli minuman.

Ia berjalan kaki ke starbucks yang kebetulan di depan kantornya, ia hanya ingin kopi. Ia terlalu stress karena urusan Jennie. Ia pikir rencananya membuat Jennie jera akan berhasil, tapi nyatanya hampir seminggu ini Jennie masih tetap sama, sehingga ia mengungkapkan semuanya tadi.

Saat hendak membuka pintu, bersamaan dengan itu tangan mungil ikut memegang knopnya. " Maaf," ucap Taeyong kemudian melanjutkan jalannya memasuki sbux, perempuan tersebut menoleh lalu menutup mulutnya tak percaya, " Taeyong?"

Taeyong memberhentikan langkahnya kemudian menoleh ke belakang, ia menatap perempuan tersebut dan mengerutkan alisnya, " Aku Yooa sahabat SMA kamu, lupa ya??"

Taeyong berpikir sejenak kemudian ia tersenyum tipis, " YooA Anatasya?"

YooA mengangguk antusias kemudian menyesuaikan langkahnya dengan Taeyong, " How are you? Aku gak nyangka bakal ketemu disini, aku kangen kalian." ucap Yooa, ia lalu mengingat masa masa dimana mereka masih menjalin persahabatan.

Mereka berdua duduk bersama disatu meja, omong omong mereka sudah memesan minuman terdahulu, Taeyong terkekeh menatap Yooa, lantaran gadis itu masih terlihat sama, " i'm fine, how about you?? kenapa ngilang gitu aja setelah kelulusan??"

YooA mengempoutkan bibirnya, " i'm sorry, aku langsung terbang ke as dihari yang sama saat kelulusan, maaf gak ngabarin kalian karena jaringan,"

" it's ok, mendingan minta maaf sama Jaehyun, soalnya dia galau banget waktu itu," ucap Taeyong, lalu tertawa setelahnya.

YooA terkekeh, " masa sih? Aku minta maaf banget hahaha," saut YooA ia juga tertawa membayangkan jaehyun galau kala itu, lantaran ia dan Jaehyun adalah yang paling dekat.

" Lo masih sama," ucap Taeyong tiba-tiba, Yooa mengangguk kecil, kemudian ia menyadari cincin yang ada di jari manis Taeyong, " kamu??... udah nikah??"

Taeyong mengangguk dan tersenyum, " waa, gak nyangka, mau dong ketemu istri kamu, pasti cantik banget,"

Taeyong terkekeh mendengar perkataan YooA kemudian menggeleng kecil, " ntar ya, gua kenalin, sekarang udah dulu gua harus balik kerja." Yooa mengangguk, kemudian ia berdiri bersamaan dengan Taeyong, " Dah, see u." ucap Taeyong, " see u." balas YooA, kemudian Taeyong pergi meninggalkan cafe tersebut.



11.45 pm

Taeyong menyelesaikan tugasnya hari ini juga, sebenarnya mau hari ini atau esok tak masalah. Karena ia boss disini bukan? Hanya saja, Ia tidak bisa menunda pekerjaan.

Setelah selesai, ia menghela nafas kemudian meminum kopi yang ada disebelahnya. Ia melihat arloji di tangannya dan melotot kaget, " Astaga, Jennie!" pekiknya tertahan, ia sudah terlalu lama dikantornya dan meninggalkan Jennie sendirian dirumah

Ia membereskan semua berkas berkas yang baru saja ia kerjakan. Lalu mengambil jas di belakang pintu dan pergi ke area parkir mobil yang berada di belakang gedung dengan tergesa gesa.

Setelah sampai di parkiran ia langsung memasuki mobilnya dan mengendarai dengan kecepatan penuh. Taeyong tidak menyangka bahwa jalanan akan macet parah. Ia membuka kaca mobil nya lalu menanyakan hal tersebut kepada pedagang kaki lima, " pak, ada apa ya?" tanya Taeyong.

" Oh, didepan ada kecelakaan mas," jawab pedagang tersebut, " makasih ya pak,"

Taeyong mendesah kesal, kemudian ia berbalik arah dan melewati jalan tikus untuk sampai dirumah.

Beberapa menit kemudian ia sampai di rumah, Taeyong langsung membuka pintu rumah, tapi nyatanya pintu tersebut dikunci dari dalam. Taeyong berusaha membuka pintu tersebut tapi sia-sia, ia menyender di pintu kemudian mendudukkan badannya lesu.

Tiba-tiba suara pintu dibuka terdengar, Taeyong langsung berdiri ia melihat Jennie dengan piamanya, tanpa ba-bi-bu Taeyong langsung memeluk Jennie, Jennie terdiam kaku, " saya pikir kamu marah,"

Jennie menggeleng dipelukan Taeyong, kemudian perlahan ia mengangkat kedua tangannya, ia membalas pelukan Taeyong. Jennie menelan ludahnya dengan susah payah. Taeyong melotot kaget, " maaf, g-gue mau sembuh," ucap Jennie pelan.

Taeyong tersenyum dibaliknya, " Jennie," gumamnya pelan tapi terdengar keras di telinga Jennie, " kamu serius??" lanjut Taeyong, Jennie mengangguk lagi, " i love you." bisik Taeyong tepat di telinga Jennie. Jennie memejamkan matanya ia sedang berperang dengan masa lalu.


•••••

Jangan lupa vomment hahaha
Jadilah pembaca yang bijak

philophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang