4

264 12 0
                                    

Aku hanya berharap kau menjadi imam hidupku, bukan hanya sekedar imam salatku.

(Nur Syifa Asy-Syarifa)

...

"Oh, begitu. Saya juga belum, bagaimana jika kamu salat berjamaah bareng saya? "

Tanpa pikir panjang,  Syarifa menganggukan kepalanya.

"tapi saya beresin ini dulu ya ?"
"saya bantu ya, pak !" ujarnya sambil merapikan berkas yang berserakan.
Tapi,  saat itu,  ada tinggal satu berkas lagi. Kedua tangan mereka menempel dikertas tersebut.  Tatapan mereka terkunci.

Drzztt..
Sebuah getaran di ponselnya membuat tatapannya beralih. Dengan cepat mereka mengangkat tangannya. Suasana begitu canggung.

"m.ma.maaf,dok !"
"iya, saya juga minta maaf. "

Hamzah membuka ponsel tersebut.

"halo, assalamualaikum !"
"Waalaikum salam, kamu kapan pulang  ?"
"Aku lagi lembur, bu. "
"oh, begitu.  Yaudah,  kamu beli makanan saja disana."
"iya, bu."

Tut.
Ibunya mematikan teleponnya.

"yuk, salat isya dulu! " ajaknya, yang dijawab senyum dan anggukkkan dari Syarifa.

Hamzah berjalan di depan Syarifa. Mereka mengambil wudhu ditempat yang berbeda.

"Allahu Akbar !" suara takbir dari Hamzah membuat Syarifa mengikuti.

Mereka salat dengan khusyuk.  Suasana hening,  membuat lantunan Al Qur'an dari suara Hamzah begitu nyaring. Suara indah Hamzah saat membaca Al Qur'an menimbulkan sensasi tentram bagi pendengarnya.

"assalamualaikum warohmatullah, assalamualaikum warohmatullah.."

Hamzah melantunkan doa sesudah salat. Dan Syarifa mengaminkannya.

..

Syarifa kembali ke ruangan ibunya.  Disana ayahnya sudah tertidur pulas di kursi. Syarifa tidur di kursi dan memeluk ibunya sayang. Dan mulai terlelap disana. Tanpa diketahui, ada sosok yang sedang melihat nya dari jendela.

Hamzah melihat tersebut, merasa iba. Waktu sudah menunjukkan jam 22.00. Hamzah bergegas meninggalkan rumah sakit ini dan memesan makanan di restoran dekat rumah sakit, paling hanya berjarak 20 m dari depan rumah sakit.

Setelah membawa makanan itu pulang, Hamzah memakannya seorang diri dimeja makan. Beberapa lampunya mati, karena sudah malam. Dan suasana nya begitu sepi,  sunyi,  dan senyap.  Hanya terdengar suara krauk krauk dari makanan yang Hamzah makan. Ini membuat Hamzah secepatnya untuk habiskan makanannya.

Setelah habis,  Hamzah bergegas segera ke kamarnya. Ia berganti pakaian, kemudian berdoa dan tidur. Tapi,  otaknya kini terpikir gadis bernama Syarifa. Dia gadis baik yang ditemuinya di bus dan dia juga anak dari pasien Hamzah.  Untuk kedua kalinya, Hamzah benar-benar merasa tidak asing terhadap dirinya. Hamzah mengingat-ingat masa lalunya. Namun,  ia tidak pernah bertemu dengan nya.

"Argh..  Daripada mikirin itu, mending tidur. Agar bisa bangun malam. "

Hamzah tertidur pulas di kasur empuk nya. Kasur king size miliknya,  dibalut sprei biru laut menambahkan kesan elegan. Namun,  walau kasurnya terbilang besar, ia hanya tertidur di tempat itu saja tidak bergerak.  Bergerakpun, sedikit. Bahkan jika bangun tidur, tanpa dirapikan pun,  sudah terlihat rapi.

Pukul 02.30, suara alarm dari ponsel membuat dia terbangun. Ia berjalan ke arah kamar mandi yang kebetulan dibangun disetiap kamar. Hamzah membasuh seluruh badannya dengan  air dan membersihkan tubuhnya dengan sabun. Setelah itu,  ia langsung dibaju dan sebelum berwudhu ia menyikat giginya dulu.

Setelah berwudhu, Hamzah salat dua rakaat tahajud dan dua rakaan istikharah yang masing-masing diselang dzikir dan berdoa.

"Ya Allah.. Tunjukkan Jodohku secepatnya. Berikan jodoh yang terbaik dari yang terbaik.. Pilihan-Mu adalah sebaik-baiknya pilihan. Hanya Engkaulah yang tahu mana seseorang yang baik untuk hidupku.  Aamiin.. Aamiin..  Ya Robbal alamin. "

Hamzah mengusap wajahnya pelan dengan penuh pengharapan. Hamzah kemudian tertidur dalam keadaan mempunyai wudhu.

..

Perempuan berpakaian serba putih mendekatinya. Dia menyalimi tangan Hamzah layaknya suami istri. Hamzah tersenyum pada perempuan itu. Lalu,  perempuan itu pamit untuk pergi.  Hamzah mengikutinya.  Dan berhenti disebuah SMA yang bernama  SMA Garda Bangsa.

Wajah perempuan itu tidaklah asing bagi Hamzah.  Perempuan itu melambaikan tangannya dan pergi dengan senyum dibibir nya. Hamzahpun tersenyum padanya. Sebelum dia pergi, Dia membisikkan sesuatu pada telinga Hamzah.

"Aku akan segera datang untukmu !"

Begitulah kiranya isi ucapan perempuan tadi. Wajahnya yang bercahaya, membuat Hamzah tidak begitu jelas melihatnya.  Namun yang paling jelas adalah nama sekolah yang diberitahukan di situ.

..

Kring..
Suara Alarm menunjukkan adzan Subuh.  Hamzah mandi dan bergegas menuju masjid terdekat karena belum terdengar kumandang adzan,  padahal sudah waktunya.

Hamzah mengumandangkan adzan,  suara lantang, nyaring nan merdu darinya,  membuat orang-orang yang tertidur bangun dan bergegas untuk salat jamaah dimasjid.

Tak lama setelah adzan dikumandangkan, jamaah pria dan wanita berkumpul.

"Allahu Akbar Allahu Akbar," suara iqamat dilantunkan ketika imam sudah datang.

Mereka salat begitu khusyuk dan hebatnya, tidak ada makmum masbuk hari ini.

Seusai salat,  mereka berdzikir dan berdoa yang di pimpin oleh imam.

Sudah beberapa hari,  Hamzah menginap dirumah orang tuanya.  Karena ayahnya sedang diluar kota. Tapi, setelah pertemuan waktu itu dengan ayahnya,  Hamzah merasa rindu.  Biasanya, jika ia menginap, ia akan pergi ke masjib bersamaan.  Tapi sekarang, ia pergi ke masjid sendirian.
"Aku merindukan mu yah.. " ujarnya saat ada dikamar setelah pulang dari masjid.
"oh, iya.  Siapa perempuan itu ya?  Kenapa dia bilang akan segera datang?  Kenapa tidak sekarang saja datangnya  ?"
"ah,  sudahlah.  Aku harus ke rumah sakit! "

Hamzah mengganti baju kokonya dengan setelan kerja.

"Hamzaahh ..," panggil ibunya.
"iya, buu..! " sahutnya menuju sumber suara.
"cepetan sarapan. Ibu udah siapin nasi goreng spesial buat kamu !"
"iya, bu.  Makasih! " ujarnya sambil memeluk ibunya singkat kemudian melahapnya.

"ibu juga makan donk! "
"iya,  ini ibu makan !"

Mereka melahap nasi goreng itu dengan sangat nikmat.  Harumnya saja,  sudah menggoda.  Apalagi rasa nya ? Uh,  pasti enak sekali.

Hamzah pamit pada ibunya. Dia akan datang ke rumah sakit untuk memeriksa beberapa pasien dan mengecek beberapa data.

Hamzah duduk disinggasananya. Dia memanggil salah satu OB untuk menyuruh nya membuatkan kopi untuknya.

"baik, pak. " pamitnya.
"ouy..  Sibuk amat! "  taklama OB itu pergi, Hendra datang.
"eh,  Hendra!  Ada apa  ?"
"aku ini temanmu. Mau gak bantu aku? "
"apa? " sambil mengetik.
"uangku untuk bulan ini menipis,  kalau kamu mau makan dikantin,  traktir ya.. "
"sudah ku tebak! "
" ya?  Pliss.. " ujarnya sambil menunjukan wajah melasnya.
"iya, iya.  Nanti aku traktir.  Tapi cuma kamu doang!"
"oke, oke.  Siap boss! Aku pamit mau ngerjain tugas lain! "
"iya,  udah sana.  Lagian ganggu ajah !" ujarnya yang dijawab cengiran oleh Hendra.

Kopinya datang.  Hamzah langsung menyeruput kopi tersebut.  Ia jadi teringat pada kopi buatan Syarifa.

Hamzah selalu menggunakan bahasa saya, aku dan kamu. Dia menggunakan bahasa itu sesuai kondisi dan keadaan hatinya. Bahasa yang digunakan Hamzah selalu tidak membuat orang canggung. Hamzah menggunakan bahasa itu karena  menyukai kata 'saya, kamu, dan aku' tentusaja  membawa kesan sopan baginya.

Hamzah kembali memeriksa berkas kemarin sebelum di cetak.

Istikharah Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang