31

145 4 0
                                    

Saling memaafkan adalah sikap yang tepat untuk menjadi pribadi yang kuat
(Muhammad Ibnu Hamzah al Haitami )


Tangan Syarifa menggosok matanya pelan. Air matanya sudah tidak lagi mengalir. Hamzah tersenyum pada Syarifa.
"Udah nangis nya? " Syarifa melirik kesal pada suaminya.
"iiihhh.. Bukannya hibur.." rengeknya.
"iya iya.. Kamu mau apa?"
"gak jadi. Aku mau kasih tau ibu dulu, deh.. "
"eh, ja.. " belum sempat mengungkapkan semuanya, Syarifa sudah keluar dari pintu dan mulai memanggil orang tua nya. Melihat itu, membuatnya menepuk jidat seakan 'apa yang akan terjadi lagi selanjutnya? '

"ibu, ayah.. " semua menoleh.
"ada apa?"  melihat wajahnya terlihat senang.
"mas Hamzah udah bangun.. " ujarnya melempar senyuman dibibirnya.
"kami sudah tahu, Hamzah bangun," celetuk Arham yang kebetulan datang.
"Kenapa kalian membohongiku?"
"tidak, kami tidak membohongimu. Tapi suamimu sendiri yang membohongi mu..? " bela Key.
Syarifa yang berada diluar, melirik tajam pada Hamzah dikaca. Hamzah yang melihat itu langsung meneguk ludahnya dalam.
Syarifa yang mendengar jawaban itu, langsung masuk kembali ke kamarnya Hamzah. Dengan tatapan kesal. Aura yang menyeramkan menyerebak dalam ruangan. Syarifa menutup semua jendela dengan menarik gorden.

"mampuslah.. Dia.." ujar Arham kecil.
"apa yang akan terjadi pada anakku? " ujar Maimunah khawatir.
"tenang..  Rifa gak sekejam itu, kok.. " bela Dinda.

Syarifa tersenyum ngeri pada Hamzah. Hamzah berusaha untuk tidak terlihat takut.

Syarifa duduk dikasur Hamzah.

"kenapa kamu membohongiku, mas.." bisik nya.
"tadinya, saya ingin buat kejutan. Eh, malah kamu bawa orang.. "
"masa? " tanya nya tak percaya.
"i iya.. Tadinya aku bakal langsung bangun. Tapi kamu bawa orang, jadi aku pura-pura tidur lagi. Aku padahal mau kasih kamu hadiah.. "
"hadiah apa? "
Hamzah merogoh saku dan mengeluarkan gelang rantai berwarna perak yang ditengahnya berbentuk hati.
"bagus banget, mas.."
"sini tangannya, Mas pakein ya !"
"makasih ya, mas, " sambil memeluk nya.
"sama-sama. "
"tapi aku gak bakal lupa, kamu harus dihukum karena berbohong.. "
"yahhh.. "
"Aku mau.. Apa ya? "
"apapun, saya terima.. Asal kamu gak marah lagi.. "
"kisseu.. " sambil menunjuk ke arah pipinya.
"Mwo? "
"lha..  Kok bisa bahasa korea? "
"mau gak..? "
"mau.. "
Sebuah kisseu mendarat di pipi Syarifa.
"sekarang udah berani ya.. " godanya.
"hehe.. Kan udah halal ini.. " Alibi nya.
"kalau gitu, udah siap punya baby,  dong.." sambil melempar seringaian jahatnya.
"ssttt.." telunjuknya menutupi mulut Hamzah. Hamzah tersenyum jahil. "aku masih anak kecil.. "
"anak kecil masa minta kisseu? "
Kali ini Syarifa terskakmat. Ia turun dari kasur Hamzah dan duduk ditempat sofa yang sedikit jauh dari kasurnya.
"lha.. Mau kemana? "
"disini.. "
Hamzah turun dengan mendorong infusannya dan duduk di samping Syarifa. Lalu menarik kepala Syarifa pelan hingga tersandar didada bidang nya.
"kita kerjain yang diluar yuk.. " usulnya.
"kerjain gimana, mas ?" tanya nya antusias.
"kita pura-pura berantem," yang dijawab anggukan dan senyuman dibibir Syarifa.
"satu.. Dua.. Tiga.. Mulai.. " ujar Hamzah kecil.

"Mas.. Karena kamu udah bohongi aku, harus push up 100 kali.. " 
"maafin, mas ya Rifa.. Mas gak bakal ulangi lagi.. "
"mas harus tetep jalanin hukumannya!"

"kenapa anakku jadi kejam gitu.. "
"duh.. Kasian Hamzah.. Gimana ini Dinda? Anakku baru bangun dari koma.. "

Suara itu terdengar oleh mereka berdua. Tentu saja membuat mereka tertawa kecil.

Hamzah berhitung dengan suara yang sedikit keras dan ketika angka 22, Hamzah berpura-pura lemah dengan mengeluarkan suara kelelahan.

"argh.." ujarnya pura-pura kesakitan. "Maafin Mas.. Mas udah cape banget.. Udah ya.."
"lanjut dong, mas.. Hukum harus ditegakkan.." sambil tersenyum.

Orang diluar semakin deg-degan. Mereka tidak tahan dengan kekejaman Syarifa pada suaminya yang baru bangun dari koma. Tapi mereka tahan karena ini adalah masalah pribadi mereka.

Aslinya, mereka sedang saling menatap dan tersenyum bahagia. Tangan Syarifa memeluk pinggang Hamzah dan salah satu tangan Hamzah merangkul Syarifa agar lebih dekat.

"tiga.. Puluh lima.. Hah hah.. " ujarnya dengan suara parau disertai ngosngosan. "uhuk uhuk.. " suara batuk buatan dari Hamzah seakan orang yang kelelahan. Itu membuat semua yang berada diluar semakin khawatir.

Dan tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Dengan wajah sangat panik mereka masuk ke ruangan itu. Tapi mereka lebih kaget lagi saat melihat kosongnya kasur Hamzah.

Mata mereka terbelalak saat didapatnya dua sejoli yang sedang bermesraan.

"Ooohh.. " ujar mereka kompak dengan nada seakan gangster yang baru menemukan persembunyian musuh.

Syarifa dan Hamzah tersenyum kaku pada seseorang yang barusaja muncul dari pintu itu. Mereka yang melihat, tersenyum kecut. Kecut sekali. Tatapan kesal membara dimata mereka. Tangan yang mengepal kuat menandakan tertahannya amarah dalam dirinya.

Syarifa dan Hamzah meneguk ludahnya sendiri. Mereka saling pandang, seakan berkata 'bagaimana ini ?'.

"Apa-apaan ini? " ujar Maimunah dengan suara beratnya.
"Apa maksud kalian menipu kamu?  Ha? " amuk Dinda
"oh.. Kalo gitu, karena menipu kami, ibu hukum kalau Hamzah udah sembuh, ibu bakal kasih hukuman buat kalian. Awas jangan coba-coba kabur ya.. " setelah ucapan itu, tawa bergelegar di telinga mereka sampai,
"maaf, bu.  Pasien kamar sebelah terganggu," ujar salah satunya perawat.

Ucapan perawat itu membuat Maimunah diam dan memandang nya kesal. Sedang Syarifa dan Hamzah menahan tawanya.

..

Seminggu sudah, Hamzah siuman. Kondisi badan nya sudah bugar lagi.  Tubuhnya sudah pulih dan luka dikepalanya, tidak sakit lagi. Hanya saja, bekas luka itu ada disana.

"Hari ini Hamzah boleh pulang, dok?"
"iya, sekarang boleh pulang. "

Usai mengatakan itu, mereka merapikan barang-barang untuk pulang ke rumah Hamzah.

Sesampainya, Syarifa memasukan beberapa pakaian Hamzah pada mesin cuci. Sedangkan Hamzah, ia sedang berbaring sambil menonton televisi. Maimunah ada di rumah Hamzah seakan cctv mereka berdua. Dinda dan suaminya sudah pulang ke rumah lebih dulu. Reza sedang kerja menggantikan Hamzah.

Syarifa keluar dari rumah untuk menjemur pakaian yang ia cuci. Mbak Keke datang pada Syarifa. Ia membantu Syarifa menjemur lalu menyuruh Syarifa untuk makan. Sebelumnya, Mbak Keke juga mengatakan hal itu pada Maimunah dan Hamzah.

Mereka makan bersama hari ini, tapi hanya suasana canggung yang ada. Tidak ada canda tawa diantara kita seakan masih dalam suasana seminggu yang lalu, dimana Hamzah dan Syarifa bermain sandiwara pada Maimunah itu.

Walau menu yang dimasak sederhana, piring-piring sudah bersih. Habis tak bersisa. Inilah yang paling baik, tidak membuang-buang makanan. Rumah Syarifa dan Hamzah agak jauh dari rumah ibunya, bahkan kakaknya. Gunanya, agar Hamzah tidak disuruh menjaga Ali yang kadang ditinggal karena ada pertemuan atau hal penting lainnya.

Usai makanan habis,  meja sudah dibersihkan, Maimunah angkat bicara.

"ibu akan temui kalian di kamar atas jam 17.00. Dan Keke, kamu telepon saya jam 14.00 ya !?"
"Baik, nyonya.. " "I iya, bu," ujar mereka bersamaan.

Maimunah bangkit dari duduknya dan keluar dari ruang makan. Ia kemudian menunggu seseorang didepan gerbang rumah Hamzah dan datanglah seorang pria dengan jaket hijau nya alias ojek online yang sepertinya sudah di olehnya sedari tadi. Maimunah pergi dan tanpa sadar rasa lega menghampiri Syarifa dan Hamzah.

.
.
.
Assalamualaikum semua..
Gimana?  Penasaran'kan?
Kuy sebelum lanjut,  kita Follow dulu aku penulisnya, juga vote dan komen ya..
Bila ada Typo,  harap para pembaca menandainya dengan komen dari kalian.  Karena komentar kalian, seperti suplemen untuk diriku..

Love you muach..
Thanks a lot for All..
By Hadline150202

Istikharah Cinta (Selesai)Kde žijí příběhy. Začni objevovat