9

189 8 0
                                    

"ini pak dokter'kan ?"

Hamzah menoleh ke sumber suara.

"Ini aku, anaknya bu Dinda.. "
"oh.. Syarifa ya ?"
"iya, dok. "
"masnya dokter ?" tanya ibu warung.
"iya, bu." ujar Hamzah.
"Wow, sempurna banget. "
"apaan sih, bu.  Biasa aja !" ujarnya merendahkan.
"ini siapa dok ? Boleh nggak aku gendong ?"
" itu ponakan saya, Ali. Kalo mau gendong boleh. Nih.. Hati-hati ya.. " ujarnya sambil memberikan Ali pada Syarifa.
"kamu kok ada disini ?" tanya Hamzah.
"ah, iya.  Aku habis pulang sekolah. Karena gak ada angkot,  dan pulang lebih cepat. Jadi jalan saja. "
"oh, begitu. Kamu sekolah dimana?"
"di SMA Garda Bangsa, " ujarnya.
"oh.. " ujar Hamzah ber-oh ria.
"pak dokter ngapain disini?  Nggak kerja ?"
"tadinya mau istirahat, tapi kakak saya menitipkan ini.. "
"oh, begitu." ujarnya kemudian menatap Ali. Sedang Hamzah sedang menyeruput es nya.
"kalian cocok deh, kalau jadi keluarga.."
"uhuk uhuk.. " Hamzah hampir tersedak. Sedang Syarifa membulatkan matanya kaget.
"ups, sepertinya salah ya? " tanya ibu warung itu polos.
Hamzah tidak menjawabnya. Baju Hamzah basah karena tumpahan air itu.
"Syarifa, kamu mau bantu saya ?"
"iya, apa itu dok?"
"bawa Ali ke rumah. Baju dan gendongan nya basah !"
"tapi aku gak tahu rumah dokter. "
"ikuti saya aja. Mau gak ?"
"iya, aku mau. "

Hamzah membayar minuman nya. Dan pamit pada ibu warung tersebut. Hamzah berjalan didepan Syarifa. Syarifa menghibur Ali sebisanya. Hamzah sesekali melihat belakang untuk melihat kondisi Ali.  Tidurkah?  Rewel kah? Tapi ternyata ia nyaman bersama Syarifa.

"kamu duduk disini, ya.  Saya ganti baju dulu.. " titahnya saat sampai.
"iya, dok."

Hamzah mengambil kaos milik kakaknya dan menyimpan baju kotornya di mesin cuci kakaknya.

"nitip ya, kak.. " ujarnya kemudian meninggalkan tempat itu.

Hamzah menghampiri Syarifa. Dari jauh,  ia seperti seseorang yang ada dimimpiku saat itu.  Pakaiannya mirip sekali. Tapi Hamzah menghapus pikiran itu dulu, dan bergegas segera menuju Syarifa.

"kamu pasti capek, sini gantian !"
"gak papa, dok.  Biar saya saja yang jaga !"
"tapi..."
"gak papa,dok. Aku Ikhlas," potongnya.

Tak lama, rasa canggung menyelimuti mereka berdua ketika Ali yang ketiduran di pangkuan Syarifa.

"Dor..! " Arham mengagetkannya dan Syarifa.
"Astagfirullah.. " ujar keduanya kompak.
"cie..  Hamzah lagi pacaran !" ledek kakak iparnya.
"ehem, ehem !" susul Arham.
"kakakkk.. "
"dok, ini Ali-nya !"
" iya,  makasih ya.. maafin kakak saya ya,  Syarifa.. "
"iya, gak papa dok. Aku pamit dulu,  ayah pasti cariin !" ujarnya berlari untuk memakai sepatu.
"eh, Ham.  Kejar... Masa cewe pulang sendirian !"
"tapi aku bawanya motor.  Gak muhrim !"
"yaudah nih,  mobil kakak. " sambil melempar kunci mobil nya.
"makasih, kak.  Pamit. "

Hamzah berlari ke arah Syarifa.

"saya antar kamu sampai rumah, ya..  Bahaya pulang sendirian .." bujuk Hamzah dan membukakan pintu di mobil tersebut.
"tapi.. "
"udah.. Saya gak mau ucapan menolak !" potongnya.
"bbaik, dok. "

Pagar dibukanya, kemudian mengantarkan Syarifa pulang.

"abis ini kemana lagi ?"
"belok kanan, nanti berhenti dirumah itu! " sambil menunjuk rumahnya yang sudah terlihat di belokan.

Syarifa turun dari mobil itu dengan dibukakan oleh Hamzah.

"makasih, dok.  Mau mampir dulu tidak, dok ?"
"nggak usah, saya pamit. assalamualaikum !"
"Waalaikum salam, hati-hati ya, dok! " hanya dijawab senyum dan anggukan oleh Hamzah.

Entah mengapa, ucapan ibu warung itu terngiang terus ditelinganya.

"Argh.. Lupain lupain.. "
"tapi,  kok penampilannya sangat mirip dengan orang yang ada di salat istikharah ku, ya? Apa benar dia ?" ragunya.
"Syarifa juga, kalau di inget-inget mirip cewe yang ada di bus, deh. Apa yang harus saya lakukan ya Allah.. Jika memang dia yang dikirimkan sebagai tulang rusuk ku, tunjukkanlah kebenarannya.. Jika bukan, jangan buat saya menyukainya ya Allah.. Aamiin.. Aamiin ya Robbal alamin.. "

...

"udah kumpul semua nih ?" tanya Liera.
"udah.. " ujar mereka kompak.
"ayah sama ibuku lagi keluar.  Paling pagi, datangnya !"
"kita bakar jagung nya yukk!" ajak Rifa.
"yukk. ." ujar mereka serempak.

Mereka mengoles mentega pada jagung bakar nya. Terkecuali Syarifa, dia yang mengibaskan angin menggunakan kipas anyaman.

"itu, fat.  Tolong balikin.  Udah mateng!"
"iya, Rif. Okok !"
"Nindy, kamu jaga jagungnya ya.. Aku mau buat minumannya dulu.."
"okok. Sekalian bawa piring kosong ya,Lie.." dijawab senyuman dan jempol tanda sip.

Makan jagung bakar memanglah enak saat malam-malam begini. Menghangatkan tubuh dan rasa manis nya membuat happy. 

"Besok,  aku gak mau liat ada yang sedih, oke?" usul Liera.
"oke.." ucap nya kompak .

Setelah selesai, Liera mengantarkan temannya menggunakan mobil. Tentunya, dengan di kendarai oleh supir pribadinya.

..

Rifa Dan Hamzah memiliki cara bicara yang mirip.  Cara bicara mereka menggunakan kata 'saya','aku', 'kamu' dan digunakan pada situasi sesuai hati.

"Rifa berangkat ya, yah.. " sambil menyalami ayahnya yang sudah mengantarnya ke sekolah.
"iya,  hati-hati ya.. " pamitnya.

Syarifa berjalan ke arah kelasnya. Sebuah gelang pemberian Rian dipakainya. Plang bertuliskan 'SMA Garda Bangsa' menyambutnya.

Saat masuk kelas,  teman-temannya menyapanya.  Dia tersenyum dan duduk ditempat nya. Wajahnya yang bingung,  membuat temannya heran.

"kamu kenapa? " tanya Liera
"waktu malem mimpi buruk.. "
"mimpi buruk apa ?" tanya Nindy.
"ustt..  Kalau mimpi buruk gak boleh diceritakan.. Ya'kan Rif ?" ucap fatimah. Syarifa mengangguk.
"udah,  jangan di pikirin.. " usul Fatimah.
"iya, Lagian cuma mimpi.. " celetuk Nindy
"gak bakal kenyataan'kan?" ujar Liera.
Syarifa menganggukan kepalanya. Temannya benar,  mimpi itu mungkin tidak akan menjadi kenyataan. Pikirnya.

Suara bel sekolahpun berbunyi,  mereka semua kembali ke tempat masing-masing.

..

Hamzah duduk disinggasananya. Dia mengotak-atik laptopnya dan sesekali membuka berkas.

Hendra tiba-tiba saja masuk ke ruangan nya.

"ada apa?"
"hari ini ada pemeriksaan untuk beberapa pasien," sambil memberikan beberapa carik kertas yang berisi biodata pasien yang harus di upload. 
"jam berapa?" ujarnya sambil memeriksa beberapa kertas itu.
"sembilan."
"oke. Makasih kamu bisa lanjutkan pekerjaan mu !"
"baik! " ujarnya sambil tersenyum.

Hamzah meng- upload juga menyalin biodata pasien yang akan diperiksa hari ini.

Tangan Hamzah menyusuri sebuah telepon genggam.  Dia mengetik beberapa deretan angka yang akan ditelepon nya.

"Halo! "
"..."
"iya,  bawakan saya kopi seperti biasa!"
"..."

Tut.
Sambungan telepon itu diputusnya. Hamzah kembali mengetik pekerjaan yang sebelumnya. Sekitar satu jam lagi dia akan memeriksa beberapa pasien hingga selesai.

Tok tok tok
Suara ketuka dari luar terdengar.

"masuk !" titahnya.

Klek.
Pintu itu terbuka. Disana menampilkan seseorang yang membawa nampan berisi kopi yang di pesannya.

"terimakasih.. "
"sama-sama, pak. " ujarnya undur diri.

"Srptt... " Hamzah menyeruput kopi tersebut. Asap dari kopi itu menandakan kopinya masih panas.  Namun,  sangat nikmat jika kita meminumnnya saat panas-panas.

"em..  Enak sekali. Alhamdulillah.." ucapnya sambil melanjutkan pekerjaan nya.


..

Next jumpa lagi ya..
See you..

Istikharah Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang