17 - Kancil Kecil

399 20 56
                                    

ALWAYS memarkirkan sepeda motornya di depan pintu masuk Panti Asuhan Pelangi. Panti Asuhan yang terbilang cukup besar, juga terletak tak jauh dari sekolahnya. Awes meletakkan helm di kaca spion motornya, sedangkan Happy sudah lebih dulu turun dari motor dan memberikan helmnya kepada Awes.

Di dalam Panti yang tertutup oleh kaca transparan, Awes bisa melihat lima anak-anak yang ditaksir usianya lima sampai tujuh tahun sedang berlari, tertawa, dan bermain bersama. Awes mengulas senyum. Ia bisa melihat dengan jelas kebahagiaan yang tersirat di wajah mereka.

"Itu Kak Happy!" teriak mereka saat melihat Happy berjalan menghampiri. Mereka semua berlari keluar menyambut kedatangan cewek itu.

Happy tersenyum riang melihat anak-anak itu berlari menyambutnya. Ia merentangkan kedua tangannya, lalu berjongkok dan memeluk mereka ketika sudah berada di hadapannya. Happy juga mengelus lembut puncak kepala mereka. "Kak Happy kangen sama kalian semua," ucapnya dengan memeluk hangat mereka.

"Aku juga kangen Kak Happy," balas mereka semua.

Happy memang rutin mengunjungi Panti Asuhan di setiap bulannya. Tapi, tidak hanya Panti Asuhan Pelangi yang dikunjunginya. Melainkan, ada banyak Panti Asuhan yang tak luput didatanginya di wilayah Jakarta ini. Sehingga, setiap kali Happy datang, semua anak Panti selalu saja melepas rindu, juga selalu menanti kedatangannya kembali.

"Oh ya, aku punya sesuatu untuk kalian." Happy merogoh tas selempang kecil miliknya.

Semua tampak begitu antusias, menunggu Happy mengeluarkan sesuatu yang akan diberikan kepada mereka. Happy tak begitu saja mengeluarkannya, membiarkan tangan kanannya tetap bersembunyi di dalam tas kecilnya itu. Ia pun tersenyum penuh makna menatap mereka. "Coba tebak, aku punya apa?"

Tanpa waktu lama mereka menjawabnya, "Permen," sahut mereka secara bersamaan.

"Pintar. Tapi, aku akan kasih permen ini kalau kalian bisa jawab pertanyaan dari aku, ya?" Kini Happy menyodorkan lima buah permen lollypopnya di depan mereka.

Semua tampak senang, menyetujui saja ucapan Happy. Dan kini mereka telah siap untuk mendengarkan pertanyaan dari cewek yang masih berjongkok di hadapan mereka.

"Coba kamu jawab pertanyaan aku, ya? Lima ditambah lima berapa?" Happy menunjuk anak perempuan yang tubuhnya paling kecil. Anak itu masih berusia lima tahun. Happy juga mengangkat satu per satu tangannya ke udara, melebarkan ke sepuluh jari-jemarinya, membiarkan anak itu menghitungnya sendiri.

Nawang. Nama anak kecil itu. Satu per satu ia menghitung jari-jemari Happy. "... Delapan, sembilan, sepuluh. Sepuluh, Kak," jawabnya tepat.

"Waaah ... Nawang pintar." Happy memberikan tepuk tangannya untuk anak kecil itu. Lalu, ia pun memberikan satu lollypopnya untuknya. "Ini untuk kamu," ucapnya.

"Terima kasih, Kak," balas Nawang dengan menerima permen pemberian Happy dan langsung berhambur memeluk cewek itu. Kemudian, ia pun berlari senang meninggalkan Happy dan teman-temannya.

"Sekarang, siapa yang bisa jawab angkat tangan, ya?" beritahu Happy kepada keempat anak-anak di hadapannya. Mereka mengangguk. "Siapa nama Presiden kita?" tanya Happy dengan nada cepat.

"Saya, Kak."

"Saya, Kak."

Semua mengangkat tangan, membuat Happy bingung sendiri. Namun, tak lama kemudian, ia pun mengulas senyum dan menunjuk anak laki-laki yang bertubuh tinggi di antara yang lainnya. Anak itu berusia tujuh tahun.

WOLF (TAMAT)Where stories live. Discover now