3

63 29 6
                                    

-memantapkan hati ini kadang sulit, selalu saja ada ujian yang membuatnya kadang merasa sakit.-
🌠
🌠

• • • • • •

"Lelah hayati..."

Bina merebahkan tubuhnya diatas kasur miliknya, sepulang sekolah ia seperti melupakan sesuatu tapi apa ya? Eh! Bukankah ia di suruh untuk ke ruang BK? Pasti pak Irwan tengah menunggunya sedari tadi, tapi biarkan sajalah, mau bagaimana lagi kalau lupa.

Bina meraih ponselnya, banyak notif pesan dari sahabatnya, Bodoamatlah. Ia malas untuk sekedar membalas.

Ia beranjak menarik handuk yang di gantung di balik pintu kamarnya, berlalu memasuki kamar mandi untuk menyegarkan badannya.

Memakai setelan sederhana, Bina menuruni anak tangga untuk ke ruang makan, perutnya sedari tadi demo meminta asupan.

"Bina..makan dulu!"

"Iya mah."

Bina duduk di salah satu kursi, meraih piring dan mengisi makanan seperlunya, seperti biasa ia hanya makan berdua dengan ibu nya ini, ayah nya memang sering tak di rumah karena urusan bisnis.

"Mamah mau jemput papah, mau ikut?"

"Seriusan?!" serunya.

Rena-ibunya hanya mengganggukan kepala pertanda mengiyakan ucapan Bina.

"Gak ah males, nanti aja nyambutnya pas di rumah."

"Dasar!"

"Ish! Mamah mah jangan mainnya toyoran ah! Nanti kalau Bina bodoh gimana coba?!"

"Udah terlanjur bodoh juga."

"Nyebelin!"

Rena hanya terkekeh melihat wajah kesal putrinya.

Bina mencebik kesal, ia melanjutkan acara makannya. Setelah selesai ia memberi makan Gege, dapat dilihatnya kucing tengil itu tengah bergelung nyaman di kasurnya.

"Tuan Gege kemarilah, babu mu ini menyiapkan makanan!" ucapnya.

"Meong.."

Gege turun dari kasur itu, melangkah menuju piring yang telah siap dengan makanan kesukaannya dengan langkah gagah, seolah bangsawan.

"Banyak gaya ya kucing satu ini!" ucap Biru sambil menggendong paksa Gege dan melayangakan ciumannya.

Setelah puas menciumnya ia turunkan kucing jantan itu, membiarkannya makan.

"Ge, tau gak?"

Gege diam, menikmati makanan nya dengan tenang.

"Di sekolah tadi ada cowok nyebelin!"

"Meong.." Gege bersuara.

"Masa ya, aku udah nyelamatin dia dari jotosan si astral, tapi reaksinya biasa aja, gak ada makasihnya. Nyebelin kan Ge?!"

"Meong.."

Oke, percuma saja curhat pada kucingnya ini, secape-cape ia buang tenaga untuk membual, pasti responnya akan tetap sama, yaitu 'meong'. Memang di kamus hidup Gege, hanya kata itu yang ada. Daripada disangka gila mendingan ia tidur.

***

Tokk..tokk..

"Bangun wahai gadis kebo!"

GalbinaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora