6

45 28 6
                                    

-Ternyata benar, membohongi hati lebih sakit..berbanding terbalik dengan logika.-
🌠
🌠

• • • • • • •

Bina mendengus, ternyata ini yang para siswi sekolahnya hebohkan. Galbin yang tengah bermain basket dengan gesit, membuat kaum hawa terbengong karenanya. Jujur Bina juga ternganga akan aksinya.

Pria itu bermain basket dengan asik, tak peduli peluh keringat yang membanjiri tubuhnya. Bahkan di mata kaum hawa imhal itu sangat pas untuk asupan vitamin A.

Kelas Galbin memang jadwalnya untuk olahraga. Mungkin karena guru olahraganya tak ada jadi mereka di bebaskan bermain basket untuk siswa, dan hanya sebagian siswi untuk bermain voli. Kebanyakan dari mereka malah menonton permaian basket, atau lebih tepatnya menonton Gabin.

Bina  melihat ada tiga kakak tingkatnya yang ikut bergabung, mereka yang sedari tadi hanya menyaksikan di pinggir lapangan, akhirnya ikut terjun untuk bermain, menggantikan pemain yang udah kelelahan. Sedangkan Galbin, tetap asik dengan men-dribble bola basketnya.Dan ya..Galbin merupakan kakak kelasnya.

Tampan, satu kata simpulan yang menggambarkan Galbin yang tengah tertawa bersama temannya, di tengah lapangan basket itu. Ternyata jika sedang tertawa ia tak semengerikan dari sebelumnya.

Seperti nya Galbin, hanya akan menjadi dirinya yang dulu, ramah. Hanya kepada orang yang dekat dengannya, sedangkan orang asing, selalu ia cabein dengan kata pedas.

"Terpesona kan lo?"

"Hah?"

"Lemot lo jangan on sekarang lah!" sungut Siska.

"Apasih! Eh iya lo belum jawab pertanyaan gue!"

"Yang mana ya?"

"Jangan berlagak sok lupa, pikun beneran gue aminin!"

"Jahat lo!"

"Well, lo tau sendiri kenapa gue bergabung dengan ciwi-ciwi alay ini, demi melihat ciptaan Allah yang masyaallah!"

"Ketularan alay lo!"

"Bodoamat!"

"Lo terpukau juga kan?" goda Siska sambil menaik turunkan alisnya.

Bina mencebik, "kagak!"

"Masa?"

"TERSERAH!" ucap Bina nyaring.

Bina berbalik, kembali ke kelas merupakan tindakan yang bagus, di bandingkan melihat pria itu. Sebenarnya Bina mengakui kalau Galbin tampan, tapi jika mengingat ucapan pedasnya, Bina harus pikir dua kali untuk hal itu.

Bina meringis, perutnya sakit sekali. Lebih baik ia tidur di kelas saja, mungkin sakitnya akan berkurang.

***

Bina menatap sekeliling, dinding yang di dominasi oleh warna putih, dan bau obat. Oke, ia benci berbagai macam aroma yang berhubungan dengan rumah sakit. Tapi apakah ia di rumah sakit? Kenapa bisa? Eitss..tapi ada yang aneh ini bukan di rumah sakit, tapi di UKS sekolahnya.

"Udah sadar?" tanya suara berat di sampingnya.

"Eh?"

Bina menatap terkejut pada sosok pria yang tengah duduk di samping brangkar uks yang tengah ia tempati. Wajah dingin dan sorot mata yang entahlah menyiratkan apa. Begitu datar..pikirnya.

GalbinaWhere stories live. Discover now