10

39 22 4
                                    

-Menatap dari radar dekat, ternyata sensasinya jauh lebih mendebarkan.-
🌠
🌠

• • • • • •

Ada apa ini? Galbin membenturkan kepalanya pada dinding. Kenapa wajah gadis itu muncul selalu, wajah yang selalu ia liat dari jarak jauh, kini bisa ia lihat secara dekat.

Mata bulat, dan bibir mungilnya itu membuat fokus Galbin hilang.

"Lo gila Gal?"

Galbin menoleh dengan kepala tetap bersandar pada dinding.

"Apa?"

"Kenapa lo, kayak orang frustasi, jedot-jedotin jidat kek gitu."

Galbin berbalik, kini punggungnya ia sandarkan pada dinding. Menghela nafas, kini ia memang tengah didalam kamar Fino.

"Pusing.." lirihnya.

"Ya bego! Suruh siapa mentokin kepala gitu, dikira kepala kerasnya sebanding sama tembok apa!"

"Buatin minum kek, ada tamu bukannya dilayanin, malah di marahin!"

"Ya lo nya ngelunjak jadi tamu, maen nyelonong sembarangan, adab bertamu macam apa itu!"

"Haus Fin."

"Duduk, gue ambil minum. Dan berhenti jedotin kepala lo, kalau tetep aja di lakuin, panggilin gue. Sekalian gue bawa batu bata buat hantam lo!"

"Omongan lo ternyata bisa jahat jahat ya, pedes hot gila!"

"Gegara gaul sama lo jadi kek gini!"

Fino melenggang, menuruni anak tangga menuju dapurnya. Memang se-tengah jam yang lalu Galbin dengan tidak berperasaannya, menggedor rumah Fino brutal. Untung saja kedua orang tuanya tengah di luar kota untuk urusan kerja, jadi tak ada yang akan marah-marah karena fasilitas rumahnya hampir di rusak.

Fino berjalan ke lantai atas untuk mengantarkan minumnya pada tamu yang tak diharapkan itu.

"Oy!"

Fino yang baru saja pada undakan pertama berbalik, melihat orang menyebalkan itu tengah lesehan menyelonjorkan kakinya sambil memangku toples cemilan, dengan tv menyala dihadapannya.

Bener-bener gak tau diri!

"Gak usah ngumpatin gue, dosa!"

"Astaghfirallah.." ucap Fino sambil mengelus dadanya, berusaha sabar.

"File yang gue minta kemarin mana?"

"Ada."

"Mana? Gue mau ambil."

"Lo janji bakal ngambil entar malem, jadi baru sepenggal gue ngerjain."

"Pemalas!"

"Lo yang kerajinan!"

"Rumah yang di depan itu, rumah cewek yang sekelas sama lo kan?"

GalbinaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora