01

6.7K 399 15
                                    

.
.

Taehyung bergerak ke arah depan si pemanggil, jalannya dibuat pelan.

Maniknya bersirobok dengan netra jelaga yang sedari tadi mandang dia dingin; tak bersahabat. Dengan masing-masing jemari saling memilin Taehyung tetap tunggu suara yang akan keluar dari labium si surai abu.

"Masih ingat rumah lo." nada sarkas terdengar alus, dan Taehyung semakin kecil merasa. Ini orang kalau marah seram juga soalnya.

Alhasil dia nundukin kepalanya, memotong akses untuk semakin kecil ketika tatapan matanya bertemu dengan sosok pemuda di depannya.

Hela napas jengah, sosok tadi kembali angkat suara, "Dua tahun Kim, dan lo baru balik sekarang? Kebayang jadi apa hubungan lo?" 

Taehyung diam tanpa niat bungkam omongan si surai abu, matanya perih dan panas tiba-tiba. Tenggorokannya serasa ditimbun batu; rasakan berat dan sakit.

"Terus sekarang mau lo apa?" lagi, sosok itu bersuara. Buat Taehyung semakin tak mau nunjukin muka.

Iya, dia tahu kalau dia salah. Tapi, tetap aja kan bukan semuanya salah dia?

Tolong jawab iya, Taehyung maksa!

Dengar helaan napas kasar dari sosok di depannya, Taehyung beranikan diri angkat wajah.

"Ya, terus gimana dong Jim. Lo tau kan, kalo gue kepaksa laukin hal itu." Taehyung tak tahu mau lakuin apa lagi, sekarang dia maunya cuma beresin masalah yang menurutnya sangat sepele ini. Dan, semua selesai.

"Gue ngga bisa bantu banyak, soalnya lo gobloknya udah kebangetan banget Tae." Jimin nekan suaranya, setelahnya sosok yang lebih tinggi darinya itu dia tarik dalam pelukan; coba dia berikan ketenangan. Kasian juga liatnya.

"Makasih, Jim." Cuma itu obrolan terakhir mereka di sore hari yang mendung itu.

...

Esok harinya Taehyung udah stay bareng Jimin di salah satu rumah temannya; Seokjin.

Mereka bertiga duduk duduk santai sembari obrol ringan, temu kangen; biasalah.

"Pacarlo sebentar lagi ke sini, dia bareng Namjoon." sosok yang paling tua disana mulai ngangkat topik.

Taehyung gugup tapi seneng juga, jadi bingung.

"Dia itu tololnya kebangetan Hyung, bukannya jelasin dulu sebelum pergi malah gak kontak apapun ke pacarnya." Jimin ngegas, bukannya apa. Tapi dia itu sebagai sahabat yang berbudiman tidak mau hal buruk terjadi ke Taehyung.

Seokjin senyum datar. "Lo juga goblok Jim. Udah tau Taehyung ngga bisa kontak pacarnya. Bukannya bantu bilangin ke si Jungkook malah sedieman aja." setelah dengar kalimat menohok dari Hyung tertuanya. Baru Jimin sadar, kalo ternyata dia juga sama gobloknya dengan Taehyung.

"Kalian jangan pada nakutin gue dong, pala gue bisa botak ini." Taehyung gerutu kesal. Buat dua orang di sekitarnya nimpukin dia pakai bantal.

Lalu, hening. Ketiganya sama-sama kaku saat ada dua orang tambahan yang masuki teritorialnya.

Terlebih si Taehyung yang kini matung sambil nganga.

Dalam benak udah pengen teriak; SI JUNGKOOK MAKIN GANTENG YA TUHAN.

"Ada apa manggil saya kemari?" yang paling muda di sana nanya, suaranya datar.

Ketiga orang yang saling diam tadi mulai kelabakan sendiri.

Seokjin yang sadar pertama kali. "Selesaiin dulu masalah lo sama Taehyung, dah sana pergi," ujarnya. Tangannya kibas pelan ngusir dua pemuda yang dimaksud.

Jungkook, walaupun tidak paham apa yang dimaksud tetap aja ngelangkah keluar lebih awal. Diikuti sama pacarnya di belakang.

Sampai di depan rumah Seokjin, Jungkook langsung masuk ke mobil.

Dan, Taehyung mau tak mau ikut masuk juga ke dalam kendaraan itu.

Mesin dijalankan dengan kecepatan sedang, beberapa detik diisi keheningan. Keduanya tidak ada yang mau angkat bicara sekalipun.

Pada akhirnya Taehyung yang emang daritadi mulutnya gatel, angkat suara.

"Gukkie, hai," nyicit pelan. Nundukin kepalanya sesaat selesai ngomong itu. Pilin jemari satu sama lain sebagai pengalihan rasa gugupnya.

Sedang sosok disampingnya hanya balas dengan dehaman pelan, ngga nanggapin lewat suara sosok manis di sebelahnya.

Dulu, dua tahun yang lalu. Kalo mereka lagi dalam satu mobil mesti akan rame dengan candaan manis walaupun garing. Sekarang tinggal garingnya doang, tak ada yang manis-manis.

Taehyung ngernyit pas liat kalo di depannya udah kepampang nyata Flat yang jadi tempat tinggalnya selama hampir 3 tahunan itu. Total lima tahun seharusnya dia tinggal di sana, tapi dua tahun dia udah gak tinggalin tempat itu lagi.

"Turun," ucapnya singkat, padat dan ngga jelas sama sekali. Maksud Jungkook apa?

"Aku mau ngobrol sebentar Guk." Taehyung beranikan diri angkat suara kembali.

Dan, respon yang didapat tak jauh beda dari yang sebelumnya.

"Saya bilang turun Kim!" suaranya lebih ditekan dibanding yang tadi. Mau tak mau Taehyung anggukin kepala setelah ukir senyum tipis sendu yang bahkan ngga dilirik sekalipun dari sosok sang kekasih.

Taehyung cepat beralih ke arah sisi mobil lainnya, ketuk pelan kaca yang sempurna ketutup sampai akhirnya dibuka oleh sosok Jungkook.

"Aku mau ngobrol lho sama pacar, kok malah disuruh turun," rengutnya manis, pasang senyum menawan saat lihat bibir tipis pemuda Jeon kebuka.

Dan senyumnya luntur setelah dengar ucapannya, "memangnya saya dan kamu itu masih bisa dibilang pacaran ya, bukannya kita sudah tidak ada hubungan?"

Taehyung geleng pelan. "Kapan kita putuskan hubungan Jung, kita masih sepasang kekasih."

Jungkook kasih satu sunggingan miring di sudut bibirnya, terus pelan tapi nusuk jawab, "Dalam hidup saya sekarang, kita sudah tak ada hubungan. Saya punya kekasih tapi bukan kamu Kim, namanya Rosè." setelah ucap itu, pemuda Jeon lajukan kembali mobilnya. Tanpa melihat raut wajah manis si Kim yang kini tampak sangat kacau.

"Jadi, kita benar-benar berakhir Jeon?" lirihnya. Air matanya berlomba-lomba turun dari pelupuknya. Satu tangan tekan dadanya yang denyut sakit.





Mau lanjut?
Cerita ini sangat slowburn nantinya,jadi nunggu up nya sabar ya. Lagi sibuk2nya di rl. Make You Mine, entah kapan di up, intinya gua coba secepatnya.

EX BoyF... [KV] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang